Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/130 |
|
e-Wanita edisi 130 (21-8-2014)
|
|
_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________ TOPIK: Penghasilan Istri Lebih Banyak daripada Suami Edisi 130/Agustus 2014 e-Wanita -- Penghasilan Istri Lebih Banyak daripada Suami Edisi 130/Agustus 2014 Salam kasih, Sekarang ini, ada banyak wanita yang berkarier dan berpenghasilan lebih banyak daripada pria. Hal ini juga berlaku dalam banyak rumah tangga. Namun, tidak berarti bahwa para istri boleh menyepelekan suami mereka. Seperti petunjuk yang tertulis di dalam Alkitab, istri tetap harus tunduk dan menghormati suami. Sikap seperti apa yang harus dilakukan wanita? Dalam edisi ini, selain menyuguhkan artikel dalam kolom Dunia Wanita, kami juga menghadirkan kesaksian seorang wanita tentang pemeliharaan Tuhan dalam hidupnya. Kiranya sajian kami menjadi berkat dan menolong Anda untuk tetap bersikap bijaksana sebagai wanita mulia. Pemimpin Redaksi e-Wanita, S. Setyawati < setya(at)in-christ.net > < http://wanita.sabda.org/ > DUNIA WANITA: DAPATKAH PERNIKAHAN BERJALAN KETIKA SEORANG WANITA MENDAPATKAN PENGHASILAN LEBIH BANYAK DARIPADA SUAMINYA? Para suami biasanya menjadi pemberi nafkah satu-satunya bagi keluarga mereka sementara para istri tinggal di rumah untuk menjaga anak-anak dan rumah. Dan, sebagian kecil wanita yang bekerja melakukan yang sama untuk beberapa jam. Namun, pada masa sekarang, banyak wanita pergi bekerja, mengejar posisinya sampai ke atas, menenggelamkan diri dalam pekerjaan selama berjam-jam, dan memilih karier yang akan memberi mereka lebih banyak uang dan puncak kehidupan. Sebagai contoh, meningkatnya jumlah wanita yang memperoleh pendapatan yang sama banyaknya dengan pasangan mereka atau bahkan lebih. Menurut statistik, kira-kira dua puluh persen wanita tidak mendapatkan nafkah dari pasangan mereka. Berkat atau Kutuk? Situasi ketika wanita bekerja dan memperoleh pendapatan yang "besar" dianggap menjadi berkat karena lebih banyak uang yang tersedia untuk keluarga, tetapi cukup banyak pria yang masih tidak merasa nyaman dengan hal ini. Pendapatan wanita yang lebih banyak berarti bahwa ia akan memberikan lebih banyak pembiayaan seperti untuk membayar uang sekolah, tagihan-tagihan, memenuhi kebutuhan keluarga, dan perjalanan liburan. Dalam beberapa keluarga, perubahan besar dalam tanggung jawab telah menimbulkan masalah-masalah yang serius. Tampaknya, sejumlah orang masih lebih menyukai peran tradisional, yaitu seorang pria mendukung dan memberi nafkah untuk keluarga dan wanita mengurusi rumah. Ada kasus-kasus saat wanita menjadi tidak sopan dan tidak dapat dikontrol karena mereka memperoleh lebih banyak pendapatan daripada suami mereka. Tentu saja, tidak semua wanita menyukai hal ini karena apa yang orang lakukan adalah masalah mengenai siapa mereka dan apa yang mereka percayai. Ada wanita-wanita yang merasa sangat tidak nyaman atau merasa bersalah karena memperoleh pendapatan lebih banyak, sementara beberapa wanita yang lain memiliki sikap yang menyatakan, "Saya adalah pencari nafkah utama, mengapa saya harus mengerjakan hal yang lain di rumah? Ada contoh-contoh saat para suami tidak lagi makan di rumah hanya karena istri mereka menghina mereka setiap kali menghidangkan makanan untuk mereka. Ada suami-suami yang pergi kepada orang lain untuk meminjam uang karena mereka tidak berani meminta pinjaman atau hibah dari istri mereka. Seorang laki-laki dalam situasi tersebut akan pergi kepada orang lain untuk meminjam agar tidak mendapatkan penghinaan dari istrinya, yang melihat bahwa uangnya adalah miliknya sendiri. Tentunya Anda sering mendengar istri semacam itu, yang menyatakan segala sesuatu sebagai miliknya, seperti "uangku, mobilku, rumahku". Salah satu dari para wanita yang saya ajak berbicara tentang hal ini mengatakan bahwa memperoleh pendapatan lebih banyak akan membuat wanita kehilangan semua penghargaan kepada suaminya, yang pada akhirnya akan memengaruhi pernikahan mereka secara keseluruhan. Saya segera bertanya kepadanya, "Mengapa dia kehilangan penghargaan kepada suaminya? Firman Tuhan berkata, "Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?" (1 Korintus 4:7) Bahkan, apa yang kita miliki yang tidak diberikan kepada kita oleh Allah? Setiap kali seorang istri memperoleh pendapatan yang lebih banyak daripada suaminya, itu karena anugerah Allah! Dan, siapa yang tahu, mungkin karena alasan ini, seorang istri diletakkan di posisi tersebut untuk melengkapi usaha-usaha suaminya dalam peran yang diberikan Allah kepadanya sebagai "penolong yang sepadan", yaitu seorang penolong yang tepat bagi suaminya. Dalam Ester 4:14, Kitab Suci berkata, "Sebab, sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu." Seorang istri yang mendapatkan uang lebih banyak harus menyokong suami dan keluarganya. Pada waktu suami saya dan saya memulai rumah tangga, saya menyokong dan membeli sebagian besar barang-barang yang kami miliki. Dan, saya yakin banyak orang sebelum saya telah melakukan hal yang sama, dan lebih banyak lagi yang akan tetap menyokong suami-suami mereka. Mengapa Anda perlu menyokongnya? Karena pernikahan adalah kesatuan dua orang. Anda menikah dengannya untuk memberikan kepadanya suatu bagian yang belum ada padanya saat ini, dan juga menyadari bahwa tidak ada kondisi yang kekal karena posisi-posisi tersebut dapat dibalikkan jika Allah berkehendak! Anda menikahinya sebagai solusi atas apa yang Allah lihat sebagai jurang kesepian yang mungkin saja mencakup bidang keuangan, fisik, atau emosi. Anda harus menjadi teman bagi suami Anda, dan sebagai teman, tentu akan mendukung satu sama lain. Jangan biarkan uang merusak pernikahan Anda. Sebaliknya, manfaatkan uang dan sumber-sumber yang lain untuk menyelamatkan pernikahan. Ingatkan diri Anda sendiri secara teratur bahwa uang seharusnya tidak menjadi masalah. Jangan biarkan uang menimbulkan perbedaan bagi pernikahan Anda; jika sesuatu perlu dilakukan, biarlah itu dilakukan tanpa mencari-cari atau memikirkan apa yang suami Anda lakukan atau bawa ke dalam keluarga. Seorang istri yang berada pada posisi keuangan yang lebih baik harus memperhatikan sikap dan tingkah lakunya karena mungkin saja ia akan mulai bereaksi secara negatif (dan selanjutnya, tampak begitu sombong) setiap kali suaminya atau keluarganya menuntutnya. Dia seharusnya tidak berpikir bahwa suaminya sedang berusaha untuk mengambil keuntungan darinya. Sebaliknya, ia harus melihat apa yang dapat ia lakukan untuk menguatkan suaminya dengan lebih baik. Ketika ia berada di posisi tersebut, ia juga harus menguatkan dan membiarkan suaminya mengetahui bahwa dia masih dicintai dan dihargai atas apa yang dia lakukan untuk keluarganya. Lebih dari itu, seorang wanita harus berusaha menjaga agar segala sesuatu seimbang dalam keluarganya. Dia tidak perlu membiarkan pekerjaannya mengambil tempat utama atas keluarganya dan jika suaminya melakukan hal-hal yang membuatnya marah atau kecil hati, itulah waktunya bagi mereka untuk berbicara. Untuk Para Suami Jangan merasa buruk, terancam, tidak aman, atau marah terhadap istri Anda jika ia memperoleh pendapatan lebih banyak daripada Anda. Beberapa orang merasa terancam terhadap perkembangan yang ada sehingga mereka menyangka atau bahkan menuduh istri-istri mereka telah memiliki hubungan gelap, dan setiap kali istri pulang terlambat, ia berada dalam masalah. Ada satu contoh seorang istri yang terus-menerus memberi tahu suaminya bahwa ia tidak mungkin berlaku tidak setia terhadapnya, tetapi si suami tidak memercayainya, dan si suami memukulnya berkali-kali hanya karena cemburu dengan kesuksesannya. Reaksi semacam ini benar-benar merendahkan martabat dan sudah tentu salah! Suami harus melihat prestasi istri sebagai sesuatu yang baik dan ikut berbahagia untuknya, dukunglah istri dan nikmatilah apa yang mereka miliki bersama. Jika istri tidak berubah, tidak ada alasan bagi Anda untuk berubah. Akan tetapi, jika Anda merasa dia sedang bertindak dengan cara yang tidak Anda suka, katakanlah itu kepadanya. Untuk Pasangan Pasangan-pasangan dalam situasi ini harus melakukan dialog. Mereka harus berbicara, berbicara, dan berbicara! Mereka harus berdiskusi dan bersepakat tentang bagaimana mereka dapat bekerja bersama untuk melakukan bagian mereka lebih banyak dan menjaga agar keluarga mereka bahagia serta berjalan dengan harmonis. Beberapa masalah yang dibicarakan harus mencakup yang pertama, perlu atau tidak perlukah suami mendapatkan pekerjaan yang lebih baik; yang kedua, apa yang harus menjadi bagian tanggung jawab dari masing-masing pihak, dalam upaya memenuhi kebutuhan keuangan dalam keluarga? Ketiga, bagaimana mereka dapat memiliki hubungan yang baik? Dan keempat, apakah masing- masing mereka sudah berubah karena pihak wanita memperoleh pendapatan lebih banyak daripada laki-laki? Mereka juga harus berfokus pada pernikahan mereka, mengasihi satu sama lain, dan melakukan hal-hal yang dapat membuat mereka bahagia. Jika mereka tidak sepakat, mereka harus pergi berkonseling karena tidak ada alasan bagi pernikahan untuk berakhir dalam perceraian atau tidak berjalan baik. (t/S. Setyawati) Diterjemahkan dari: Nama situs: Nairaland Forum Alamat URL: http://www.nairaland.com/886529/marriage-work-where-woman-earns Judul asli artikel: Can Marriage Work Where The Woman Earns More Than Her Husband? Penulis artikel: Omamokta Tanggal akses: 29 April 2014 WOMEN TO WOMEN: KATIA: PEMELIHARAAN TUHAN TIADA HENTI DI HIDUP KAMI PBB menyatakan bahwa lebih dari 70.000 orang telah menjadi korban jiwa dalam kemelut yang melanda Suriah selama dua tahun terakhir ini. Banyak orang Kristen menjadi martir karena imannya kepada Kristus. Berikut ini kesaksian Katia, seorang wanita Kristen Suriah yang masih bertahan di negaranya. "Kekerasan di Suriah semakin meningkat dan umat Kristen menjadi target pembunuhan yang dilakukan kelompok ekstremis," ungkap Katia, seorang wanita Kristen dari Suriah. "Beberapa tahun lalu, kami masih bisa merayakan Natal di Suriah dengan bebas dan memajang pohon Natal di balik jendela rumah. Dua tahun ini, sekalipun kami mampu membeli pohon Natal, kami tidak dapat memajangnya lagi karena akan menimbulkan keresahan di lingkungan perumahan kami. Ibadah dan perayaan Natal tidak lagi bisa dilaksanakan dalam skala besar karena dapat memancing kericuhan." Staff Open Doors di Suriah melaporkan berbagai daerah pemukiman orang Kristen menjadi target serangan yang memakan korban jiwa. Misalnya di sebuah kota, orang-orang Kristen yang tinggal di sana kehilangan rumah mereka karena dihancurkan warga. Mereka juga diancam dengan todongan senjata di kepala agar meninggalkan kota itu. Bahkan, yang lebih mengerikan, beberapa dari mereka diculik dan diperkosa. "Awalnya, revolusi di negeri kami hanya bertujuan untuk memprotes rezim pemerintahan. Akan tetapi, hari ini kelompok-kelompok ekstremis Islam malah mencampur-adukkan motif semula dengan tujuan pribadi, yaitu menyebarkan Islam dan pengaruhnya di Suriah. Kelompok ekstremis juga memfitnah umat Kristen sebagai pendukung pemerintah. Akibatnya, banyak terjadi pengeboman di pemukiman Kristen oleh para pemberontak yang mengira kami adalah sekutu pemerintah," jelas Katia kepada Open Doors. Terlepas dari ini semua, Tuhan justru mengizinkan mukjizat demi mukjizat terjadi di Suriah. "Banyak orang Kristen yang telah pergi meninggalkan Suriah karena gentingnya situasi di negara kami ini," ungkap Katia menambahkan kesaksiannya. "Akan tetapi, banyak pula yang masih bertahan karena Tuhan menyuruh mereka untuk tetap tinggal di masa-masa sulit seperti ini. Tuhan menggunakan mereka sebagai alat-Nya dengan luar biasa! Mereka menjadikan gereja sebagai tempat penyimpanan dan penyaluran bahan makanan, air minum, dan segala kebutuhan lainnya bagi umat Kristen maupun non-Kristen. Sering kali, mereka juga menyelenggarakan kebaktian dan menjelang akhir khotbahnya, pengkhotbah akan mengundang siapa pun yang belum percaya untuk menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Begitu banyak jiwa yang datang kepada Kristus melalui pelayanan ini. Suatu saat, seorang pria yang tampaknya anggota kelompok ekstremis Muslim datang menghadiri ibadah tersebut. Sepanjang ibadah, ia terus menyerukan kalimat-kalimat bernada fanatisme Islam yang menyebabkan jemaat merasa terganggu sepanjang berjalannya kebaktian. Para pelayan dan hamba Tuhan di tempat itu mulai mengawasi gerak-gerik pria tersebut. Pada akhir kebaktian, pria itu menerima Kristus sebagai Penyelamatnya! Pria yang tadinya terlihat seperti ancaman bagi gereja, sekarang justru menjadi saudara seiman dalam Kristus." Banyak di antara gereja-gereja yang bertahan tidak memiliki banyak persediaan makanan, tetapi mereka memberi dengan ikhlas dari apa yang dimilikinya. Gereja-gereja dan denominasi-denominasi yang tadinya terpecah-pecah, kini bersatu dalam doa dan mulai menjangkau umat Kristen di Suriah. Salah satu cara efektif yang mereka lakukan tahun ini adalah dengan membagi-bagikan dua buah hadiah yang dapat mengubah hidup anak-anak Kristen: baju hangat dan Alkitab bergambar untuk anak. "Gereja ingin menyemangati anak-anak di Suriah selama masa-masa sulit ini," jelas Katia. "Selama musim dingin, anak-anak membutuhkan baju- baju hangat yang dapat melindungi mereka dari udara dingin, itulah sebabnya gereja membagi-bagikan baju hangat kepada anak-anak yang datang ke gereja. Mereka juga diberikan Alkitab bergambar sebagai hadiah bagi mereka yang belum mengenal Kristus. Berdoalah supaya hadiah-hadiah yang diberikan dapat menjadi berkat bagi anak-anak yang menerimanya." Kepada koresponden Open Doors, Katia juga mengatakan bahwa ia berharap saudara-saudara seiman di seluruh dunia mau berdoa untuk keamanan dan kekuatan bagi umat Kristen yang memilih untuk tetap bertahan di Suriah, kiranya Tuhan tidak hanya melindungi tetapi juga menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan umat-Nya berdasarkan kekuasaan-Nya yang tak terbatas. Diambil dan disunting dari: Judul buletin: Frontline Faith, Mei -- Juni 2013 Penulis: Tidak dicantumkan Penerbit: Yayasan Open Doors Indonesia, 2013 Halaman: 7 STOP PRESS: PROMOSI FACEBOOK DOA Anda rindu untuk berbagi pokok doa dan saling mendoakan? Kami mengundang Anda untuk bergabung dengan komunitas e-Doa dalam Facebook e-Doa. Selain bisa saling mendukung dalam doa, Anda juga bisa mendapatkan berbagai bahan kekristenan seputar doa seperti artikel, renungan, kesaksian, dan tokoh doa! Segera bergabung dengan Facebook kami dan temukan berkatnya! ==> http://www.facebook.com/sabdadoa Kontak: wanita(at)sabda.org Redaksi: S. Setyawati dan N. Risanti Berlangganan: subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-wanita/arsip BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |