Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/131 |
|
e-Wanita edisi 131 (18-9-2014)
|
|
_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________ TOPIK: Relasi dengan Saudara Tiri Edisi 131/September 2014 e-Wanita -- Relasi dengan Saudara Tiri Edisi 131/September 2014 Salam damai bagi Wanita Kristen, Sebagai pengikut Kristus, tentu kita berharap orang tua kita dan kita sendiri hanya menikah sekali untuk selamanya. Membayangkan hidup bersama dengan saudara tiri kemungkinan besar tidak pernah terlintas dalam benak kita. Namun, pada kenyataannya, ada beberapa orang Kristen yang mengalami situasi ini. Mereka harus bergumul untuk menerima saudara tiri dalam hidup mereka. Jika demikian yang terjadi, apa yang harus kita lakukan? Dalam edisi ini, redaksi e-Wanita menyiapkan artikel dan tip yang kiranya dapat menjadi berkat bagi Sahabat Wanita atau teman dan kerabat Anda yang mengalami pergumulan dalam membangun hubungan dengan saudara tiri. Tuhan memberkati. Pemimpin Redaksi e-Wanita, S. Setyawati < setya(at)in-christ.net > < http://wanita.sabda.org/ > DUNIA WANITA: BERELASI BAIK DENGAN SAUDARA TIRI Ditulis oleh: S. Setyawati Dalam kehidupan di dunia, manusia tentu tidak luput dari konflik. Hal ini juga terjadi dalam keluarga, terlebih keluarga campuran. Keluarga campuran (blended family) adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung dan tiri. Di dalam keluarga seperti ini, konflik yang terjadi antaranggota keluarga tentu lebih kompleks dibandingkan keluarga pada umumnya, apalagi jika pihak suami dan istri memiliki anak dari pernikahan sebelumnya. Mengapa? Sebab, masing- masing anggota keluarga memiliki latar belakang budaya dan kebiasaan keluarga yang berbeda. Misalnya, keluarga dari pihak suami memiliki kebiasaan piknik saat akhir pekan, sementara keluarga dari pihak istri terbiasa bersih-bersih rumah. Selain itu, rasa cemburu antara anak yang dibawa dari pihak suami dan yang dibawa dari pihak istri juga dapat memicu munculnya konflik di antara saudara tiri. Jika perbedaan dan persoalan semacam ini tidak dikomunikasikan dengan baik, intensitas meningkatnya konflik akan semakin tinggi. Dalam keluarga campuran, anak-anak biasanya lebih merasa terbeban untuk beradaptasi dan lebih merasa sulit untuk membaur dengan keluarga baru. Anak mungkin tidak dapat menerima orang tua dan saudara tiri dengan cepat. Anak-anak mungkin juga merasa tidak nyaman tinggal dengan saudara tiri karena harus berbagi kamar, rumah, serta kasih sayang dan perhatian orang tua mereka. Konflik memang tidak dapat dielakkan selama kita hidup di dunia yang penuh dosa ini, termasuk konflik dengan saudara tiri. Namun, konflik yang terjadi dengan saudara tiri sebenarnya dapat disikapi dengan bijaksana, bahkan diselesaikan. Sebagai murid Kristus, kita dipanggil untuk hidup dalam damai seorang dengan yang lain (1 Tesalonika 5:13). Oleh karena itu, kita harus mengupayakan hidup damai dengan sesama kita, termasuk dengan saudara tiri, dan juga mengupayakan rekonsiliasi saat konflik antarsaudara tiri terjadi, sesuai anjuran firman Tuhan. Jika kita membiarkan konflik antarsaudara tiri berlarut-larut tanpa ada penyelesaian, seluruh energi dan emosi bisa terkuras, kesatuan keluarga bisa hancur, dan tugas panggilan kita sebagai duta Allah Bapa bagi dunia pun terhambat. Konflik yang tidak terselesaikan itu seperti kanker yang menggerogoti jiwa kita. Dampaknya akan sangat mengerikan dan menghancurkan. Oleh karena itu, segeralah mencari penyelesaian setiap kali terjadi konflik antarsaudara tiri atau antaranggota keluarga. Mungkin, dalam relasi dengan saudara tiri, kita merasa diperlakukan dengan tidak baik dan tidak adil, tetapi itu bukan alasan bagi kita untuk membalas kejahatan dengan kejahatan (Roma 12:17). Justru ketika kita tetap berbuat baik saat saudara tiri kita bertindak keras atau arogan, kita menjadi saksi kasih Kristus. Selain hidup dalam damai, kita juga harus sabar terhadap saudara tiri kita dan mau mengampuni kesalahannya dengan kasih. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang sempurna. Sebagai manusia yang tidak sempurna, saudara tiri atau kita sendiri tentu bisa mengecewakan atau menjengkelkan orang lain. Karena itu, marilah kita memohon hikmat dan kebijaksanaan dari Tuhan untuk dapat menyikapi dengan tepat terhadap sikap dan perilaku saudara tiri yang menyakiti dan melukai perasaan kita. Rekonsiliasi dan Pengampunan Pemicu konflik yang terjadi antarsaudara tiri pada dasarnya sama seperti konflik yang terjadi pada umumnya, antara lain perbedaan kepribadian, kecemburuan, keegoisan (Yakobus 4:1), kesombongan (Yakobus 4:6), ketidakdewasaan pemikiran, dan sebagainya. Gaya bicara saudara tiri kita mungkin juga berbeda dengan kita sehingga kita tidak perlu tersinggung ketika ia berbicara dengan gayanya. Dalam hal ini, mungkin kita perlu memiliki "praduga tak bersalah" bahwa pada dasarnya, saudara kita itu tidak bermaksud menyakiti kita. Bagaimana jika kita yang justru menyakiti saudara tiri kita tanpa kita sadari? Kalau begitu, diperlukan sikap proaktif untuk mengintrospeksi dan memeriksa hati kita. Mohonlah pengampunan dari Tuhan karena sikap kita itu dan memintalah maaf kepada saudara tiri yang telah kita sakiti. Orang yang selalu berusaha membereskan hubungannya dengan Tuhan akan lebih mampu mengatasi masalah dengan sesama (Amsal 16:7). Kita harus memohon belas kasihan, pengampunan, dan pertolongan dari Tuhan agar kita tidak egois dan sombong di hadapan Tuhan Yesus dan saudara tiri kita. Untuk meminta maaf memang diperlukan keberanian dan kerendahan hati. Mintalah Tuhan untuk memampukan kita melakukannya, diikuti dengan tidak menghakimi atau mengungkit-ungkit kesalahan yang pernah dilakukan satu dengan yang lain (Yakobus 4:11-12). Usahakanlah hal ini agar konflik tidak berkepanjangan. Ingatlah bahwa hubungan yang buruk dengan sesama hanya akan menghambat hubungan kita dengan Allah (Matius 5:23-24). Jika kita dalam posisi sebagai "pihak yang tertindas", kita harus dengan lapang dada mengampuni saudara tiri kita. Karena Tuhan Yesus telah mengampuni kita, kita pun harus mengampuni orang lain. Mengampuni adalah kunci terjadinya pemulihan pascakonflik. Ketika kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita, hal itu sama artinya kita telah membebaskan seorang narapidana. Dan, narapidana itu adalah kita sendiri. Salah satu cara rekonsiliasi dengan saudara tiri adalah dengan mengajaknya berbicara secara pribadi. Jika cara ini tidak berhasil, kita perlu mengajak orang lain untuk menjadi pihak pendamai, bukan orang yang akan memihak sebelah. Demikianlah prinsip mengupayakan rekonsiliasi atas konflik yang kita hadapi, termasuk dengan saudara tiri, menurut Matius 18:15-20. Kesimpulan Konflik terjadi bukan untuk dihindari, tetapi diatasi. Kita harus mengupayakan perdamaian karena itulah yang dikehendaki Tuhan Allah. Seperti halnya Yesus Kristus datang ke dunia untuk mendamaikan manusia yang berdosa dengan Allah yang Mahasuci, kita pun harus mengusahakan perdamaian seorang akan yang lain. Dengan membiarkan konflik berlarut- larut, berarti membiarkan hubungan kita dengan Tuhan Yesus dan sesama tidak sehat. Untuk dapat hidup damai dengan Tuhan Yesus, kita pun harus hidup damai dengan sesama. Pastikan keluarga kita tidak membiarkan konflik berkepanjangan dan senantiasa hidup damai dalam Kristus. Sumber bacaan: 1. Cole, Steven J. 2005. "Lesson 16: Resolving Conflicts God`s Way (James 4:7-10)". Dalam https://bible.org/seriespage/lesson-16-resolving-conflicts-god%E2%80%99s-way-james-47-10 2. _____. "The Jesus Prescription for Conflict Resolution". Dalam http://www.sewardunitedmethodist.com/TheJesusPrescriptionforConflictResolution WAWASAN WANITA: LIMA CARA UNTUK MEMBANTU SAUDARA TIRI UNTUK HIDUP RUKUN Jika persaingan antarsaudara kandung merupakan lubang ranjau bagi para ibu, berusahalah menghadapi persaingan antara saudara tiri! Membesarkan anak-anak yang tidak mengenal satu sama lain dengan baik dalam satu atap dapat menaikkan tingkat ketegangan yang tidak tertahankan, ungkap para anggota "Circle of Moms" (perkumpulan ibu-ibu - red.), yang sedang dalam proses membaurkan anggota keluarga dengan pasangan baru. Carie, yang memiliki dua orang anak kandung berusia 2 dan 5 tahun, dan juga dua anak tiri berusia 5 dan 7 tahun, mengetahui secara langsung: "Anak laki-laki saya dan dua anak perempuan [dari suami saya] berkelahi [tanpa henti]," lapornya. "Saya berada di rumah sepanjang hari menghadapi hal ini dan kemudian itu menjadi sepuluh kali lebih buruk ketika suami saya tiba di rumah, dan kami berdua tidak tahu bagaimana mengatasinya." Erica N. dan Jennifer J. juga sangat membutuhkan nasihat. Erica menyambung, "Anak tiri saya yang laki-laki dan perempuan tidak bisa rukun. Yang laki-laki selalu berkata begini, `tetapi ia tidak pernah mendapat hukuman` atau `ia selalu jahat kepada saya.`" Dan, Jennifer bergumul setiap hari dengan putra sulungnya dan putri tirinya yang sulung, "Saya tidak ingin berada di tengah-tengah, jadi saya biarkan mereka berusaha menyelesaikan pertengkaran mereka. Akan tetapi, ada masa-masa ketika saya kehabisan akal dan tidak tahu bagaimana mengatasi pergumulan yang tidak berakhir ini." Di bawah ini, para anggota "Circle of Moms" yang memiliki anak kandung dan anak tiri membagikan lima tip terkait keluarga campuran Anda. 1. Berilah dukungan. Dengan kemungkinan banyaknya emosi rumit yang dapat muncul, para anggota "Circle of Moms" seperti Charnel H. mengatakan bahwa mereka telah menjangkau teman-teman yang pernah menghadapi masalah yang sama dan mencari nasihat dari buku-buku. Beberapa di antaranya sudah datang menemui konselor profesional untuk menolong mengarahkan jalannya. Bahkan, Charnel merekomendasikan untuk bertindak secepatnya daripada terlambat, dan Angel G. menimpali, "Saya akan menyarankan beberapa konseling untuk mengatasi isu-isu yang dihadapi anak mengenai hal ini," katanya. "Penting bagi kita untuk menyampaikan persoalan- persoalan ini ketika mereka masih muda; ketika mereka semakin dewasa, semakin sulit untuk mengendalikannya.", 2. Bertindaklah secara proaktif. Lindsey D. berharap ia dan suaminya menetapkan peraturan-peraturan di rumah dengan putri tirinya sejak awal. Putri suaminya yang berusia sembilan tahun, yang cemburu dengan kelahiran saudara tirinya dan menganggapnya sebagai "sebuah teror", tidak lagi membuat rumah mereka menjadi tempat yang aman untuk bayi mereka yang masih berusia tiga bulan. "Suami saya pergi dan menjemputnya serta menghabiskan waktu bersamanya jauh dari rumah kami", katanya. "Saya merasa tidak nyaman karena harus sampai seperti itu, tetapi saya tidak mungkin membiarkan anak saya dalam bahaya ...." Untuk mencegah masalah-masalah seperti yang sedang digumulkan keluarga Lindsey, Dyanne menyarankan untuk mengadakan pertemuan keluarga dan menetapkan peraturan-peraturan rumah untuk saudara-saudara tiri yang baru -- sejak awal: "Duduk dan adakan pertemuan keluarga yang memberikan kesempatan kepada setiap anggota keluarga untuk berbicara," katanya. "Buatlah serangkaian peraturan keluarga dalam pertemuan itu dan konsekuensinya, lalu lanjutkanlah.", 3. Berilah anak-anak ruang untuk berusaha terlebih dahulu. "Kadang-kadang, cara terbaik untuk mengatasi persaingan antarsaudara tiri adalah dengan membiarkan mereka menyelesaikannya sendiri dan tidak terlalu banyak memberikan perhatian pada pergumulan mereka," kata Megan B., yang memiliki keluarga campuran dengan anak-anak berusia 7 tahun, 6 tahun, dan 18 bulan. "Ini mungkin terdengar konyol, tetapi bertindaklah seolah tidak terjadi apa-apa," katanya. "Tidak peduli apa yang terjadi, jangan biarkan diri terlibat dalam percekcokan mereka. "Ketika anak kami yang lebih tua 3 tahun berkelahi, kita biarkan saja itu terjadi. Satu-satunya kesempatan kita masuk ke dalamnya adalah apabila sebuah kata kotor diucapkan atau ada yang terluka secara fisik. Semakin Anda berusaha masuk ke dalamnya, semakin kecil mereka akan belajar bagaimana mengatasi persoalan dengan pemikiran mereka." Serupa dengan pendapat itu, Dyanne H. menasihati para ibu untuk tidak memberi label "tiri" karena label itu bersifat memecah-belah: "Kami juga tidak melabeli `saudara atau saudari tiri`. Mereka adalah `saudara` dan memang begitu.", 4. Ajarkanlah untuk menghormati milik orang lain. Deidre Z. merasa bahwa sangat penting jika saudara-saudara tiri diizinkan untuk memiliki (dan melindungi) milik mereka sendiri: "Anda mungkin tidak dapat mengusahakan untuk memiliki kamar-kamar yang terpisah, tetapi mereka berdua perlu diizinkan memiliki privasi. Jangan suruh anak-anak berbagi segala hal.", 5. Kumpulkanlah kesabaran Anda. Amber mendesak para ibu untuk mengingat bahwa suatu hal yang alami bagi anak-anak jika merasakan kecemasan ketika keadaan mereka berubah dan mereka tiba-tiba harus bersaing dengan saudara barunya yang berlomba-lomba mencari perhatian orang tua mereka. Ia mengetahui bahwa perlu beberapa waktu untuk membuat segala sesuatu menjadi tenang: "Biasanya diperlukan hingga tiga tahun bagi keluarga campuran untuk bisa dekat, dan setiap orang bisa merasa tenang sepenuhnya," katanya. "Inilah yang diharapkan. Hanya karena Anda menghadapi persoalan ini tidak membuat Anda menjadi keluarga yang tidak normal, atau orang tua yang buruk. Bahkan, saudara-saudara kandung yang bukan anggota keluarga campuran dapat menghadapi fase-fase perkelahian. Teruslah mencari hal-hal yang dapat menjadikan Anda semua bersatu, dan pastikan Anda meluangkan waktu yang tenang untuk sendirian bersama masing- masing anak setiap hari. Shannon A., yang membesarkan lima saudara tiri ketika ia menikah kembali, juga menasihati para ibu untuk bertahan di sana, membagikan berita-berita yang menenangkan bahwa, "Setiap orang sudah menyesuaikan diri dengan baik dengan perubahan besar semacam ini dalam kehidupan mereka; itu hanya butuh waktu." (t/S. Setyawati) Diterjemahkan dari: Nama situs: Pop sugar Alamat URL: http://moms.popsugar.com/5-Ways-Help-Step-Half-Siblings-Get-Along-27333648 Judul asli artikel: 5 Ways to Help Step or Half Siblings Get Along Penulis artikel: Mary Beth Sammons Tanggal akses: 12 Juni 2014 STOP PRESS: Undangan Bergabung di Facebook Grup "Alkitab Setiap Hari" (Walking With God) Facebook Grup "Walking With God" dibuat oleh Yayasan Lembaga SABDA (YLSA), untuk mengajak setiap orang percaya berjalan bersama Allah dengan membaca Firman-Nya setiap hari dan membagikan berkat-Nya kepada anggota yang lain. Melalui grup ini, kami mengajak setiap peserta untuk: 1. Mengucap syukur atas campur tangan Tuhan dalam hidup kita setiap hari. 2. Membaca dan merenungkan teks Alkitab sesuai dengan perikop yang sudah disusun. 3. Memilih salah satu ayat dari teks Alkitab yang dibaca, yang berbicara paling banyak untuk Anda. 4. Menuliskan pelajaran dari ayat yang dipilih untuk dibagikan kepada anggota lain. Bergabunglah di Facebook Grup "Alkitab Setiap Hari" (Walking With God). ==> http://www.facebook.com/groups/alkitab.setiap.hari/ Ajak juga teman-teman Anda yang rindu belajar firman Tuhan dengan mengundang mereka bergabung di Facebook Grup "Alkitab Setiap Hari" (Walking With God). Kontak: wanita(at)sabda.org Redaksi: S. Setyawati dan N. Risanti Berlangganan: subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-wanita/arsip BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |