Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/29

e-Wanita edisi 29 (4-2-2010)

Tokoh Wanita yang Memengaruhi Dunia (1)

_________e-Wanita -- Milis Publikasi Wanita Kristen Indonesia_________
             Topik: Tokoh Wanita yang Memengaruhi Dunia (1)
                         Edisi 29/Februari 2010
_____________________________________________________________________
                              MENU SAJI

- SUARA WANITA
- RENUNGAN WANITA: Mengasihi Orang Lain
- DUNIA WANITA: Lillian Dickson
- POKOK DOA
- STOP PRESS: Publikasi e-Doa: Sekolah Doa Elektronik
______________________________________________________________________
- SUARA WANITA

  Salam dalam kasih Kristus,

  Sebagian besar Pembaca e-Wanita pastinya tahu bahwa bulan Februari
  merupakan bulan yang identik dengan kasih sayang. Sejak awal
  Februari, mungkin sudah terpampang ornamen dan hiasan-hiasan bertema
  Valentine di pertokoan atau di tempat umum, guna meyambut Hari
  Kasih Sayang.

  Bagi orang Kristen, Valentine memang bukan hari besar yang secara
  khusus dirayakan. Namun, tidak ada salahnya juga kita ikut memaknai
  Hari Kasih Sayang ini untuk lebih lagi mengasihi Tuhan yang telah
  terlebih dahulu mengasihi kita. Selain itu, berbagi kasih dengan
  sesama merupakan cara yang bijak pula dalam memaknai hari tersebut.
  Bila pada umumnya Valentine dirayakan hanya dengan pasangan atau
  seseorang yang istimewa, maka sebaiknya kita merayakannya dengan
  setiap orang yang ada di sekitar kita.

  Nah, banyak cara yang dapat kita lakukan untuk berbagi kasih dengan
  sesama. Kita dapat belajar melalui tokoh-tokoh wanita yang menjadi
  pokok bahasan e-Wanita sepanjang bulan Februari ini. Mereka banyak
  membagikan kasih kepada orang-orang di sekitarnya, bahkan yang jauh
  dari jangkauan mereka, sebagai wujud kasih mereka kepada Allah.
  Tanpa memikirkan risiko dan tantangan yang ada, mereka dengan
  sepenuh hati mengerjakan panggilan mereka di ladang Tuhan. Silakan
  Sahabat Wanita menyimak edisi yang terbit pada bulan kasih sayang
  ini. Kiranya menjadi penyemangat untuk semakin mengasihi dan
  melayani Kristus dan sesama.

  Pimpinan Redaksi e-Wanita,
  Christiana Ratri Yuliani
  http://wanita.sabda.org/
  http://fb.sabda.org/wanita/

______________________________________________________________________
        Cinta jangan dicari, berikan cinta kepada siapa saja
                  dan cinta akan mencari-cari Anda.
                             (Beth Black)
______________________________________________________________________
- RENUNGAN WANITA

                         MENGASIHI ORANG LAIN

  Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan
  kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. (1 Korintus
  13:13)

  Hari Valentine dirayakan untuk menghormati Santo Valentine, seorang
  Kristen martir yang meninggal di Roma pada tahun 270 setelah Masehi.
  Hingga sekarang, selama lebih dari 500 tahun, hari Valentine menjadi
  pengungkapan kasih sayang. Ungkapan itu bisa berupa kartu, pesan,
  hadiah, karya seni, atau apa saja yang menunjukkan kasih sayang.
  Kasih menjadi tema utamanya.

  Kita pernah mendengar ungkapan yang demikian, "Aku ingin dikasihi."
  Kita semua membutuhkan dukungan. Kita semua butuh dikasihi. Kita
  semua perlu memberikan kasih.

  Kita sering berkata, "mutiara kesayangan" atau "jaket kesayangan".
  Mary Crowley mengajarkan kepada kita bahwa dalam kenyataannya kita
  hanya bisa menyayangi manusia. "Kita menyukai benda, tetapi kita
  menyayangi manusia," katanya, dan saya tidak pernah melupakan
  kata-kata itu.

  Ada waktu yang sangat tepat dalam 1 tahun untuk melihat kembali
  sasaran kasih kita. Apakah kita menyayangi mutiara -- dan
  mengabaikan rekan kerja? Atau kita menyayangi orang lain dan
  menyukai benda?

  Pada hari Valentine, fokus saya adalah lebih mengasihi dan lebih
  memberikan dukungan. Dalam mengasihi kita merasa dikasihi; dalam
  memberi dukungan kita merasa lebih didukung.

  Jadikan renungan pribadi: Bagaimana saya bisa menunjukkan kasih yang
  lebih banyak kepada orang-orang yang ada dalam hidup saya? (t/Ratri)

  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Judul buku: Keeping It Personal; Daily Wisdom for Today`s Woman
  Judul asli artikel: Loving People
  Tanggal renungan: 14 Februari
  Penulis: Joan Horner
  Penerbit: Premier Design, Texas 2006
______________________________________________________________________
- DUNIA WANITA

                           LILLIAN DICKSON

  "Kita pergi ke tempat yang paling membutuhkan kita. Kita hidup hanya
  sekali saja." Lillian LeVesconte menulis kata-kata mengagumkan itu
  untuk calon suaminya, Jim Dickson, setelah ia menerima surat dari
  tunangannya tentang pilihan-pilihan mereka setelah menikah. Oleh
  karena itu, mereka pergi ke Taiwan, dan menikmati perjalanan mereka
  dari Pasifik ke Shanghai pada pertengahan tahun 1927. Dari sana
  mereka melanjutkan perjalanan menuju Selat Taiwan, lalu mendarat di
  Taiwan. Mereka sampai di Taipei setelah perjalanan kereta selama 10
  jam, kemudian mereka melanjutkan perjalanan 24 km ke arah barat laut
  menuju Tamsui (Danshui), tempat rumah misi mereka berada. Lilian
  rindu pulang ke Amerika Serikat selama 7 tahun pertama di sana.
  Namun, setelah itu, ia tanpa pamrih mencurahkan segala kekuatannya
  dan tenaganya; ia bertahan melalui angin topan, banjir dan
  pengeboman saat perang. Kemudian, ia mendirikan beberapa rumah
  sakit, panti asuhan, sekolah dan gereja, dan memenuhi "kebutuhan
  yang lebih besar".

  Pada awal pernikahan mereka, Lillian dan Jim memunyai dua anak yang
  kemudian meninggal dan dikuburkan di pulau itu. "Dua dari lima anak
  para misionaris di Tiongkok meninggal," ujar dokter yang
  berusaha menenangkan Lillian.

  "Saya telah kehilangan kedua anak saya," ujar Lillian dengan sedih.
  "Selanjutnya semoga saya bisa merawat anak-anak saya yang
  berikutnya." Pakaian-pakaian bayi itu masih disimpan di lemari
  ketika Ronald lahir dengan selamat pada tahun 1931. Satu tahun
  kemudian, adik perempuan Ronny, Marilyn, juga lahir dengan sehat.

  Jim Dickson adalah kepala sekolah dari sekolah menengah yang besar
  di Tamsui dan kemudian menjadi kepala perguruan tinggi teologi.
  Namun, dalam setiap kesempatan, setelah mendapat izin dari Jepang,
  ia pergi ke pegunungan untuk melakukan tugas penginjilan. Selain
  itu, ia juga menyelenggarakan berbagai macam konferensi dan
  pertemuan misionaris di pos Dickson. Sering kali ada sekitar 60
  orang yang perlu diberi makan tiga kali sehari, selain para murid
  sekolah yang sering tinggal pada waktu jam makan. Dan ketika
  seseorang bertanya kepada Lillian, "Apa tugas Anda selama
  konferensi?", ia diam sejenak, lalu menjawab, "Saya adalah istri
  dari pengurus rumah ini." Di luar pelayanan misi mereka, Lillian
  tetap sibuk dan juga mengasuh serta mengajar anak-anaknya.

  Pada tahun 1940, polisi rahasia Jepang mengawasi setiap gerakan
  keluarga Dickson. Mereka pun diperintahkan untuk pergi. Waktu itu,
  Taiwan merupakan pusat yang penting di Pasifik Selatan. Kemudian,
  mereka kabur ke Hawaii, menyelinap ke Pearl Harbor saat Hari Ucapan
  Syukur (Thanksgiving) pada tahun 1941. Jim segera memperingatkan
  para polisi Amerika bahwa Jepang tidak dapat dipercaya. "Saya telah
  hidup bersama mereka. Saya tahu bagaimana cara berpikir mereka, apa
  yang mereka pikirkan. Mereka akan berperang dengan Amerika dan
  menang." Mereka hanya mendengarkannya, dan setelah Jim selesai
  bicara, mereka berkata, "Terima kasih telah datang."

  Keluarga Dickson langsung meninggalkan tempat itu sebelum hari
  bersejarah, 7 Desember 1941; ketika Jepang menyerang Pearl Harbour.
  Jim dan Lillian menitipkan anak-anak mereka pada saudara mereka di
  Amerika Serikat ketika mereka ke Kanada untuk memberikan laporan
  kepada dewan misi di Toronto. Dewan misi mengutus mereka ke Guiana
  Britania (sekarang Guyana); dan 5 tahun terpenting bagi anak-anak
  mereka dihabiskan di sana. Saat mempelajari negara itu, Lillian
  berkata kepada Jim, "Daerah ini tampak seperti negara yang dipenuhi
  hutan belantara dan gelap, sangat tidak beradab." Mereka tiba di
  negara perkebunan yang memiliki pekerja perkebunan sebanyak tiga
  sampai sepuluh ribu orang. Pekerja yang datang dari India Timur
  kebanyakan beragama Hindu atau Muslim.

  Lima tahun kemudian, mereka kembali ke Taiwan dan menjumpai diri
  mereka berhadapan dengan orang-orang komunis. Taiwan sudah menjadi
  provinsi dari Republik Tiongkok. Di Taipei, di mana-mana terdapat
  kerusakan yang disebabkan oleh bom. Untungnya, tidak ada bom yang
  jatuh di kamp misi. Ini sangat berisiko dan berbahaya; mereka berada
  dalam hukum perang. "Tapi sekarang kita punya kebebasan dalam
  beragama," kata Lillian mengingatkan suaminya. "Sesuatu yang tidak
  kita dapatkan saat dijajah oleh Jepang."

  Lillian rindu memberikan kontribusi dalam pekerjaan mereka. "Saya
  telah mengatur pekerjaan Martha dalam diriku, tapi saya juga ingin
  melakukan pekerjaan Maria."

  "Lakukanlah!" kata Jim, dengan senyum yang menyemangati. Sejak saat
  itu semangat kerja Lillian tidak terhentikan sehingga ia mendapat
  julukan "Typhoon Lil" (Angin Topan Lil). Di sekelilingnya, ia
  menyaksikan kemiskinan yang menyedihkan, penyakit lepra, pemburu
  kepala manusia, penyakit TBC, penjualan gadis-gadis kecil untuk
  pelacuran -- orang-orang yang tidak lagi memunyai harapan hingga ia
  memberikan harapan itu kepada mereka -- dan korupsi di pemerintahan.
  Suatu saat seseorang berkata padanya, "Kapankah proyek-proyekmu akan
  berhenti?"

  "Mengapa harus berhenti?" tanya Lillian. "Apakah kita mengira Tuhan
  bisa menyediakan 2 dolar untuk kita namun tidak 3 dolar? Ataukah,
  ketika kita menyaksikan seorang anak yang lapar atau sakit, Dia akan
  berkata, `Kamu tidak perlu khawatir dengan anak itu -- kamu sudah
  cukup melaksanakan tugasmu.` Apakah setiap kebutuhan, di mana pun
  juga, berada di luar jangkauan kasih Allah? Dan jika Dia peduli,
  bukankah kita juga harus turut peduli?"

  "Anda tidak bisa menjangkau seluruh dunia!" desak orang-orang.

  "Saya tidak bisa," ujar Lillian menyetujui. "Allah bisa."

  Lillian tidak pernah belajar berkata tidak untuk orang-orang yang
  membutuhkan. Karena Allah yang menyediakan uang, kekuatan fisik, dan
  kemampuan emosional, ia menekankan bahwa persediaan itu akan selalu
  bertambah. Ketika ia mencoba menjelaskan kepada mereka yang
  terpukau pada apa yang sedang terjadi, ia berkata, "Terkadang saya
  merasa seolah-olah saya sedang `didorong` -- terkadang menuju
  masalah, terkadang keluar dari masalah."

  Seseorang menanggapinya, "Naluri wanita."

  "Atau, ada malaikat di pundakku," ujar Lillian.

  Dr. Kenneth L. Wilson tinggal bersama keluarga Dickson di Taipei dan
  dari ibukota itu ia melakukan perjalanan ke berbagai daerah bersama
  Lillian untuk menulis kisah hidup Lillian, seperti yang tertulis
  dalam biografinya "Angel at Her Shoulder" (Malaikat di Bahunya).
  Kisah yang menggugah ini menceritakan Lillian saat ia bekerja
  membawa peralatan medis dan makanan untuk ribuan orang di desa-desa
  terpencil di pegunungan, menolong orang kusta mendapatkan kembali
  harga diri dan keberanian untuk melanjutkan hidup, menyelamatkan
  ribuan bayi dan anak-anak, selalu melayani kebutuhan fisik dan
  rohani dari ribuan orang yang tidak beruntung. Ia mendirikan panti
  asuhan dan rumah lepra. Ia mengunjungi penjara-penjara. Kemudian,
  atas dorongan dari Eleanor Doan dari Gospel Light Publishing, yang
  mengunjungi keluarga Dickson dan menyaksikan sendiri pelayanan
  mereka, Lillian membentuk sebuah dewan penasihat dan menjadikannya
  yayasan, yang disebut Mustard Seed, Inc.

  "Diperlukan iman," ujar Lillian, "iman seperti biji sesawi.
  `Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja
  kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke
  sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil
  bagimu.` (Matius 17:20)."

  Selain itu, Lillian juga mengatur sebuah klinik berjalan. Dalam
  setiap perjalanan mereka, dokter-dokter menemukan lusinan kasus TBC.
  Sebenarnya, mereka dapat tertolong dengan istirahat yang cukup,
  kebersihan yang layak dan nutrisi yang baik; namun, hal ini sulit
  bagi orang pegunungan. Lillian mendatangi kantor organisasi American
  Aid untuk meminta saran. Mereka berkata kepadanya, "Masalah ini
  sebesar lautan. Apa pun yang Anda lakukan hanyalah seperti menimba
  air satu ember penuh dari laut tersebut."

  "Tapi, karena saya adalah orang Kristen," katanya, "saya akan
  menimba hingga ember saya penuh." Itulah warisan Lillian Dickson.
  (t/uly)

  Diterjemahkan dari:
  Nama buku: 100 Christian Women Who Changed The 20th Century
  Judul asli artikel: Lillian Dickson
  Penulis: Helen Kooiman Hosier
  Penerbit: Flemming H. Revell, USA, 2002
  Halaman: 252 -- 254
______________________________________________________________________
- POKOK DOA

  1. Doakan agar setiap wanita Kristen dapat mengasihi sesama,
     seperti Kristus mengasihi mereka.

  2. Berdoalah agar setiap wanita Kristen dapat lebih sungguh-sungguh
     mengasihi Kristus dalam hidup mereka, sehingga mereka bisa
     membawa damai di mana pun Tuhan tempatkan.
______________________________________________________________________
- STOP PRESS

              PUBLIKASI e-DOA: SEKOLAH DOA ELEKTRONIK

  Publikasi e-DOA lahir dari kerinduan YLSA untuk memberikan
  bahan-bahan yang dapat memperdalam pengertian Anda akan hakikat doa
  orang percaya yang sebenarnya. Diharapkan, kualitas kehidupan doa
  Pembaca dapat semakin bertumbuh dan berkenan kepada Bapa. Milis ini
  terbit setiap bulan, menawarkan berbagai bahan yang akan memberikan
  inspirasi, pengetahuan, maupun siraman rohani, secara khusus dalam
  hal berdoa. Adapun bahan-bahan yang akan disajikan adalah renungan,
  artikel, dan kesaksian.

  e-Doa merupakan sebuah milis yang sifatnya terbuka bagi denominasi
  gereja mana pun dan Anda dapat mendapatkannya dengan mudah serta
  gratis. Tidak hanya itu, dengan menjadi pelanggan e-Doa, maka secara
  otomatis Anda juga menjadi pelanggan Open Doors (berisi pokok-pokok
  doa harian) yang terbit setiap bulan dan 30 Hari Doa Mengasihi
  Bangsa-Bangsa, yang terbit setiap bulan Ramadhan. Jangan tunda-tunda
  lagi! Segera daftarkan diri Anda agar tidak ketinggalan edisi-edisi
  e-Doa.

  Untuk berlangganan atau mendaftarkan rekan-rekan Anda agar dapat
  berlangganan e-DOA, Anda dapat mengirim data berupa nama
  dan alamat e-mail dan kirimkan kepada Redaksi e-DOA di:
  < doa(at)sabda.org > atau
  < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >

  Untuk bisa mendapatkan edisi-edisi e-DOA yang sudah diterbitkan atau
  untuk bahan-bahan yang lebih lengkap mengenai doa, atau untuk
  bergabung di komunitas pendoa melalui Facebook silakan kunjungi
  situs-situs di bawah ini:
  ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-doa/
  ==> http://doa.sabda.org/
  ==> http://fb.sabda.org/doa

  Segeralah bergabung bersama pendoa-pendoa syafaat yang lainnya dalam
  publikasi e-Doa.
______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan kepada redaksi:
<wanita(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
Arsip e-Wanita: http://www.sabda.org/publikasi/e-wanita/
Facebook e-Wanita: http://fb.sabda.org/wanita
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Novita Yuniarti
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-Wanita 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

________________MILIS PUBLIKASI WANITA KRISTEN INDONESIA______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org