Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/38 |
|
e-Wanita edisi 38 (17-6-2010)
|
|
_________e-Wanita -- Milis Publikasi Wanita Kristen Indonesia_________ Topik: Menjalin Relasi yang Sehat antara Mertua dan Menantu Edisi 38/Juni 2010 ______________________________________________________________________ MENU SAJI - SUARA WANITA - DUNIA WANITA: Hubungan Mertua dan Menantu - POTRET WANITA: Sara -- Wanita dalam Alkitab - WAWASAN WANITA: Membangun Hubungan yang Positif dengan Menantu/Mertua - EDISI BERIKUTNYA ______________________________________________________________________ - SUARA WANITA Salam sejahtera, Banyak pasangan muda yang sering mengeluh bagaimana mereka bisa menjalin relasi yang baik dengan mertua mereka. Walaupun sebelum menikah mereka sudah berusaha menjalin relasi yang sehat dengan calon mertua mereka, tidak jarang setelah menikah mulai muncul permasalahan-permasalahan yang dulu tampaknya adalah hal yang remeh. Melanjutkan pembahasan edisi yang lalu, Redaksi sajikan artikel yang membahas lebih mendalam mengenai relasi mertua dan menantu. Simak juga tip praktis yang diharapkan dapat mengembangkan wawasan Sahabat Wanita. Selamat membaca, kiranya menjadi berkat. Pimpinan Redaksi e-Wanita, Christiana Ratri Yuliani http://wanita.sabda.org http://fb.sabda.org/wanita ______________________________________________________________________ Love ... the golden key that opens the palace of eternity (John Milton) ______________________________________________________________________ - DUNIA WANITA HUBUNGAN MERTUA DAN MENANTU Ada seseorang yang pernah berdoa demikian, "Tuhan, berikanlah aku seorang suami. Namun tolong agar suamiku itu sudah tidak punya orang tua lagi." Mengapa ia berdoa demikian? Orang itu menjawab, "Karena saya sering menjumpai banyak keluarga yang mertuanya bersikap bukan sebagai penolong, tetapi perongrong." Memang, sering terjadi masalah antara mertua dengan menantu, khususnya antara mertua perempuan dengan menantu perempuannya. Para menantu sering kali berpikir bagaimana caranya membuat sang mertua bersikap baik kepada mereka. Jangan lupa, para mertua juga memiliki kerinduan yang sama, yakni bagaimana membuat sang menantu menghormati dan menyayangi mereka. Namun sebenarnya untuk menjadikan sang mertua atau sang menantu bersikap baik terhadap Anda, hal itu banyak bergantung pada sikap Anda sendiri. Benarlah yang dikatakan oleh sebagian orang, "Sebelum engkau bisa mengubah sikap orang lain kepadamu, ubahlah lebih dahulu sikapmu sendiri kepada orang lain." Kisah Naomi dan Rut di dalam kitab Rut adalah contoh yang baik bagi hubungan antara mertua dengan menantu. Mari kita pelajari berikut ini. 1. Naomi menjalani latihan iman dan kepribadian. Nama Naomi berarti "manis". Namun pada faktanya hidupnya ternyata pahit. Ia dan keluarganya harus mengungsi ke negeri Moab karena kelaparan terjadi di Israel. Selama 10 tahun, mereka tinggal di Moab dan Naomi mengalami hal yang lebih pahit lagi, yakni suami dan kedua anak laki-lakinya yang relatif muda meninggal dunia, tanpa sempat memberikan cucu kepadanya. Namun, kepahitan itu tidaklah membuat Naomi lemah iman dan mengutuki Tuhan. Banyak kesulitan malah membentuk pribadi dan imannya sehingga lebih mantap. Berkaitan dengan kesulitan, ada dua macam kepribadian. Ada yang seperti telur, ada pula yang seperti bola tenis. Permukaan telur halus, tidak seperti bola tenis yang kasar. Tetapi telur sangat mudah pecah apabila terbentur dengan benda keras. Sebagian orang memiliki kepribadian seperti telur yang sangat rentan terhadap benturan. Sedikit tersinggung, dia sudah sakit hati. Sedikit kesulitan menimpa, dia sudah putus asa. Tetapi, bola tenis berbeda. Jangankan terbentur, dilempar pun tidak apa-apa. Semakin keras lemparannya, semakin keras pula mentalnya. Kepribadian orang seperti ini tidak mudah "pecah" dan frustrasi. 2. Naomi bersikap manis terhadap kedua menantunya. Kehilangan kedua anak lelaki tidaklah membuat Naomi menyalahkan kedua menantunya dengan menyangka mereka telah berbuat yang tidak pantas kepada suami mereka. Tidak pernah keluar perkataan tuduhan dari Naomi kepada kedua menantunya, "Orpa dan Rut, karena kalian tidak bisa mengurus suami, maka anak-anakku harus mati dalam usia muda." Jikalau Naomi tidak bersikap baik terhadap kedua menantunya, mana mungkin mereka mau mengikuti dia pulang ke negeri Israel, padahal mereka berasal dari bangsa Moab. "Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu," demikianlah kata Orpa dan Rut (Rut 1:10). Untuk kedua kalinya, Naomi menyuruh mereka pulang ke rumah, dan dengan berat hati, disertai dengan tangisan, Orpa mohon pamit kepada mertuanya itu. Namun, Rut tetap bertekad untuk menemani Naomi dengan berkata, "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam; bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku." (1:14-16) 3. Naomi menganggap kedua menantunya sama seperti anaknya sendiri. Inilah yang menjadi penyebab mengapa ia bisa bersikap manis terhadap sang menantu. Naomi memanggil mereka dengan sebutan "anak-anakku" (1:11-13). Mereka bukanlah "orang luar" yang patut dicurigai. Tidak ada seorang pun yang senang dicurigai. Apabila sang mertua selalu mencurigai menantunya, maka hal itu akan menyebabkan kesusahan di dalam hati para menantunya. 4. Naomi berhasil mempersaksikan imannya kepada menantunya (1:16-17). Sikap hidupnya yang baik memudahkannya untuk bersaksi kepada Rut, yang pada mulanya adalah orang kafir. Hasilnya, Rut menjadi percaya kepada Yahweh. Dia dapat berkata, "Tuhanmu adalah Tuhanku, Allahmu adalah Allahku.", 5. Naomi tidak memaksakan kehendak kepada menantunya. Dia memberi kebebasan kepada Rut untuk memilih, apakah akan ikut dengan dia atau pulang ke negerinya sendiri. Hal memaksakan kehendak sering kali menjadi masalah. Ada sebagian mertua karena merasa diri cukup kaya, berjasa, dan berpengalaman, berusaha memaksakan kehendak kepada anak-anak dan menantu mereka. Cara yang pernah dipakai orang tua pada masa lalu tidak selalu cocok/efektif pada zaman sekarang ini. Misalnya, ada seorang mertua yang mau memakaikan pakaian tebal kepada cucunya yang sedang menderita demam. Hal itu ditentang oleh menantu perempuannya, karena berdasarkan nasihat sang dokter anak, baju yang terlalu tebal akan menyulitkan udara untuk keluar, akibatnya panas badan sang bayi sulit turun. Sang mertua tidak memaksakan kehendaknya, melainkan memberikan kebebasan kepada ibu dari bayi itu untuk merawat dengan caranya sendiri yang juga baik. 6. Naomi memikirkan kebaikan menantunya. Dia menyadari bahwa Rut masih muda dan membutuhkan seorang suami yang bisa menjadi sandaran hidupnya. Naomi mencarikan suami bagi menantunya yang telah menjadi janda. Hal ini sangat jarang terjadi! Banyak mertua malah berkata demikian, "Enak saja, anakku sudah mati, sekarang menantuku itu malah mencari jodoh baru. Aku sudah jadi janda, biarlah menantuku menjadi janda juga." Naomi tidaklah bersikap demikian. Dia memikirkan kebaikan menantunya. Naomi bukan saja menunjukkan "jalan", tetapi dia juga mengajari Rut langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk dapat memikat hati Boas (3:1-5). Naomi menasihati Rut agar ia berdandan rapi, mandi, berurap, dan berpakaian baru. Karena kemiskinan, Rut menjadi seorang wanita yang sangat bersahaja; mungkin ia kurang memerhatikan penampilan, akibatnya dia nampak lebih tua daripada usia yang sebenarnya. Naomi yang mengetahui kelemahan Rut itu tidak menyoroti dan menjelek-jelekkannya di depan orang lain, malah ia mengajari agar Rut terlihat lebih cantik. Hasilnya adalah Rut dipersunting oleh Boas, pengusaha besar itu. Buah dari pernikahan mereka adalah Obed (artinya: ibadah). Dari Obed, lahirlah Isai, dan dari Isai Raja Daud. Mereka menjadi nenek moyang dari Yesus. Selain teladan Naomi, kita juga perlu melihat diri Rut yang memberikan teladan hidup yang baik sebagai seorang menantu. 1. Ia menganggap mertua sebagai orang tuanya sendiri yang perlu ditemani, dirawat, dan dikasihi. Perhatikanlah perkataan Rut kepada Naomi, "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi daripada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain daripada maut!" (1:16-17) Sikap Rut yang demikian manis kepada mertuanya itu diketahui dan dipuji-puji oleh banyak orang, termasuk oleh Boas (2:11). 2. Rut tidaklah materialis. Kesetiaannya kepada Naomi bukanlah disebabkan kekayaan mertuanya itu; Naomi telah jatuh miskin. Naomi sendiri berkata kepada penduduk Betlehem, "Dengan tangan penuh aku pergi, tetapi dengan tangan kosong TUHAN memulangkan aku." (1:21a) 3. Rut menjadi seorang menantu yang rajin dan berinisiatif untuk bekerja. Dia tidak menjadi seorang pemurung yang hanya menyesali kemalangan nasibnya. Tanpa disuruh, ia memohon izin kepada mertuanya untuk bekerja, "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku." (2:2a) Dengan rajinnya Rut terus sibuk bekerja dari pagi sampai siang tanpa berhenti (2:7b). 4. Rut mau mendengar nasihat mertuanya. Sebagai seorang pendatang dari bangsa Moab, pastilah Rut kurang memahami adat-istiadat orang Yahudi. Oleh karena itu, Naomi banyak membimbingnya, khususnya pada waktu ia mencari seorang penebusnya, yakni Boas. Respons Rut terhadap nasihat Naomi adalah: "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan." (3:5). Jadi kesimpulannya: Naomi dan Rut saling mengasihi, memerhatikan, dan saling baik. Alhasil, terciptalah hubungan yang begitu indah di antara sang mertua perempuan dengan menantunya. Hubungan Anda pun bisa demikian. Kuncinya adalah usaha bersama dan mohon pertolongan dari Roh Kudus. Amin. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Hanya Maut yang Memisahkan Kita Penulis: Pdt. Roby Setiawan, Th.D. Penerbit: Setiawan Literature Ministry, Semarang 2007 Halaman: 78 -- 84 Artikel ini pernah dimuat dalam e-Konsel edisi 165 (4 Agustus 2008) Alamat arsip: http://c3i.sabda.org/hubungan_mertua_dan_menantu ______________________________________________________________________ - POTRET WANITA SARA -- WANITA DALAM ALKITAB Kejadian Pasal 15 -- 21 Sara, istri Abraham, adalah seorang wanita yang unik. Dia sangat cantik dan kecantikannya membuat Abraham terlibat masalah (Kejadian 12, 20). Dia menyetujui rencana suaminya untuk berbohong tentang hubungan mereka yang sesungguhnya. Firaun mengambilnya sebagai selir. Dalam Kejadian 12, Allah secara ajaib melindunginya karena janji-Nya kepada Abraham dan Sara (ayat 2-3). Allah menimpakan tulah kepada Firaun dan seisi istananya karena Sara. Anda adalah putri Abraham juga. Carilah apa janji-janji Allah dalam Alkitab dan mintalah dengan iman. Perlu Anda ketahui bahwa tidak ada yang istimewa tentang Sara dan Abraham. Sebenarnya mereka berdua adalah pengecut. Abraham sendiri seorang yang sangat penakut. Bayangkan, ia berbohong tentang istrinya sendiri dan membahayakannya dengan risiko diperkosa. Allah sendiri melindungi Sara secara ajaib dalam dua peristiwa yang bisa menghancurkannya. Siapa bilang Allah memperlakukan wanita sebagai warga kelas dua? Wanita, mungkin Anda juga memiliki suami yang tidak bisa diandalkan yang melibatkan Anda dalam bahaya atau stres. Jangan sampai hati Anda pahit karenanya. Berlindunglah pada janji Allah. Doakan Allah untuk menyentuh hati suami Anda. Sara menjadikan Abraham seseorang yang dipakai Allah seperti yang kita ketahui saat ini. Dia memegang peranan dalam rencana Allah untuk umat manusia. Sara adalah wanita yang penuh belas kasihan. Dengan keliru, dia merasa bersalah karena tidak memunyai anak; oleh karenanya, dia meminta Abraham mengambil pembantunya, Hagar, agar dia memunyai keturunan (Kejadian 16). Keliru sekali. Andai saja dia menunggu waktu Allah. Anak adalah anugerah dari Allah. Kita berdoa kepada Allah untuk anak-anak. Sara pasti menyalahkan dirinya sendiri atas kegagalan mereka memunyai keturunan. Ini salah. Anugerah dari Allah tidaklah tergantung pada kondisi biologis. Akibat dari kesalahan Sara -- yang disetujui Abraham tanpa keberatan apa pun -- menimbulkan masalah di rumah mereka. Sara menyalahkan Abraham. Mungkin sikap Sara dapat diterima; Abraham seharusnya tahu lebih baik dari itu [untuk tidak setuju dengan usul Sara, Red.]. Namun demikian, Sara juga punya andil besar dalam kesalahan ini. Seberapa sering Anda menyalahkan suami atas sesuatu yang Anda buat? Allah ikut campur lagi dalam kehidupan Sara. Dia mengubah namanya (dari Sarai menjadi Sara) dan menjanjikan mereka seorang anak (Kejadian 17). Perubahan nama Sara adalah sebuah permainan kata. Nama Sara berarti "ibu bangsa-bangsa". Setiap kali seseorang memanggil Sara atau setiap kali dia memperkenalkan diri, dia membuat pernyataan iman; dia menyebut dirinya sebagai ibu bangsa-bangsa bahkan sebelum dia memunyai seorang anak. Saat itu dia sudah berumur 90 tahun. Iman menjadikan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Inilah yang harus dilakukan semua wanita beriman. Ulangilah firman Allah dan janjinya terus-menerus kepada diri Anda dan keluarga dan anak-anak Anda. Ada kekuatan dalam kata-kata. Awalnya, Sara dan Abraham tidak memercayai janji Allah kepada mereka (Kejadian 17:17-18, 18:11-12). Kekuatan dan berkat Allah menyertai Sara dan Abraham walaupun situasi dan kurangnya kepercayaan mereka terhadap Tuhan. Abraham, orang yang tidak memunyai anak, berdoa untuk orang lain; dan orang yang mereka doakan memunyai anak (Kejadian 20). Dapatkah Anda bayangkan apa yang dirasakan Abraham dan Sara ketika mereka melihat orang lain menerima berkat yang sudah lama mereka inginkan. Namun demikian, mereka tetap melayani Tuhan. Inilah iman. Mereka percaya bahwa Allah memberi anugerah kepada mereka yang dengan tekun melayani-Nya. Akhirnya, Sara pun melahirkan Ishak. (t/Uly) Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari: Judul asli artikel: Sarah -- Women of The Bible Nama Situs: The Living Word Library Penulis: Dele Oke Alamat URL: http://www.wordlibrary.co.uk/printarticle.php?id=170 ______________________________________________________________________ - WAWASAN WANITA MEMBANGUN HUBUNGAN YANG POSITIF DENGAN MENANTU/MERTUA Ketika dua wanita yang mengasihi pria yang sama berada di tempat yang sama, hasilnya tidaklah selalu baik. Ibu mertua bisa bermasalah ketika melepas anak laki-lakinya. Menantu perempuan harus berjuang untuk bisa menyatu dengan keluarga suaminya. Saling pengertian dan kesepakatan yang bijaksana diperlukan untuk membantu ibu mertua dan menantu perempuan untuk melebur menjadi satu dalam hubungan yang sehat. Berikut adalah sepuluh saran bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan ibu mertua atau menantu perempuan Anda: 1. Pilihlah untuk bertindak dengan kasih. Jangan biarkan perasaan Anda menuntun tindakan Anda. Sebaliknya, ikutilah tuntunan Tuhan. Apa pun yang Anda rasakan, putuskan untuk memperlakukan ibu mertua dan menantu perempuan Anda dengan kasih. Percayalah, sekali Anda bertindak berdasarkan kasih, Tuhan akan memberikan penghargaan kepada Anda dan mengubah hati Anda perlahan-lahan. 2. Saling bersabarlah satu dengan yang lain. Jangan mengharapkan hubungan Anda bisa langsung dekat. Berikan waktu untuk hubungan tersebut tumbuh. 3. Doakan ibu mertua Anda. Cobalah untuk menerapkan saran berikut ini dalam hubungan Anda dengan ibu mertua: kasihilah suami Anda, bersedialah untuk belajar, jadilah diri sendiri dan santai, kasihilah ibu mertua Anda dan katakan hal tersebut kepada beliau, bersabarlah terhadap ibu suami Anda ini ketika beliau mencoba untuk melepaskan anak laki-lakinya, berdoalah untuk ibu mertua Anda (Tuhan dapat mengubah beliau meskipun tidak seorang pun dapat melakukannya), jangan mengeluh kepada orang lain tentang suami Anda, teruslah jalin hubungan yang dekat dengan keluarga Anda sendiri (Anda membutuhkan dukungan mereka), jalinlah hubungan pribadi dengan Kristus, berikan perhatian kepada pernikahan Anda sendiri, jangan bandingkan ibu mertua Anda dengan ibu Anda sendiri (hormatilah keduanya dan perbedaan-perbedaan mereka), katakan kepada ibu mertua Anda betapa Anda sangat mengasihi anaknya dan beliau sudah membesarkannya dengan sangat baik, rencanakan liburan jauh-jauh hari, berikan waktu supaya hubungan Anda dengan ibu mertua semakin dekat, dan milikilah terus selera humor. 4. Doakanlah menantu perempuan Anda. Cobalah untuk menerapkan saran-saran berikut ini dalam hubungan Anda dengan menantu perempuan Anda: bersikaplah positif dan mendukung, doakan pernikahan anak Anda dan menantu perempuan Anda, hormatilah cara-cara yang berbeda yang dilakukan oleh menantu perempuan Anda, biarkan anak Anda dan istrinya memiliki kehidupan sendiri, jangan ikut campur, kirimkan kartu dan beritahukan hari-hari penting, pekalah kapan Anda bisa berbagi pikiran dan kapan harus diam, berikan nasihat hanya bila diminta, jangan terlalu banyak berharap bisa sering bertemu menantu perempuan Anda, berikan waktu dan ruang baginya, berikan kata-kata yang menguatkan setiap kali ada kesempatan (pujilah kemampuannya, selera, dan sifatnya), jadilah contoh orang Kristen yang selalu bertindak dengan kasih kepadanya, sering-seringlah memuji (perhatikan kritik yang bisa meracuni hubungan Anda), jangan bandingkan menantu perempuan Anda dengan anak perempuan Anda, dan milikilah selera humor. 5. Bila Anda adalah ibu mertua, mulailah dengan melepaskan. Sadarilah, bahwa secara alkitabiah, tanggung jawab ibu mertualah yang harus bertindak terlebih dahulu dengan melepaskan anaknya dan dengan penuh kasih melepaskan dia untuk membangun sendiri kehidupan pernikahan dan rutinitasnya. Ketahuilah, bahwa dengan melakukan hal tersebut, Anda akan membuka jalan untuk menjalin hubungan baru yang sehat dengannya dan istrinya. 6. Bila Anda adalah menantu perempuan, pilihlah untuk menghormati. Ingatlah bahwa perintah Allah untuk menghormati orang tua Anda juga harus diterapkan kepada mertua Anda. Tunjukkan hormat Anda kepada ibu mertua Anda. 7. Hormatilah kekuatan kata-kata. Berhati-hatilah terhadap kekuatan besar dari kata-kata yang bisa semakin mendekatkan orang atau malah justru menghancurkannya. Kendalikan diri Anda sendiri dari keinginan untuk mengkritik menantu perempuan Anda. Pujilah dia kapan pun Anda bisa melakukannya. Berikan nasihat hanya bila diminta dan ketika Anda diminta memberi nasihat, berikan secara singkat dan baik. Bila Anda tidak diminta untuk memberi nasihat tentang sesuatu yang Anda perhatikan, berdoalah agar Tuhan memberikan informasi dan inspirasi dari sumber lain. Berhati-hatilah untuk tidak mengucapkan kata-kata yang tidak menyenangkan. Sebelum memutuskan untuk berbicara, tanyakan pada diri sendiri, "Apakah yang akan saya katakan ini benar? Apakah baik? Apakah perlu?", 8. Selesaikan konflik. Jangan biarkan masalah di antara menantu dan mertua tidak terselesaikan. Bila salah satu dari Anda melukai yang lainnya (seperti yang seringkali terjadi tanpa disengaja), segera selesaikan dengan cepat dan damai. Bersikaplah rendah hati dan mau mengakui keterlibatan Anda dalam konflik tersebut. Ampunilah satu dengan yang lain sebagai dasar utama, bergantunglah pada pertolongan Tuhan supaya Anda dapat melakukannya. Gunakan humor untuk mengingat kembali peristiwa-peristiwa aneh dan memalukan. Bila ibu mertua atau menantu perempuan Anda punya kebiasaan yang merusak dan menolak untuk berubah, tetaplah ramah tetapi jagalah jarak. Jangan mendebat, namun doakan dia dan cobalah untuk menciptakan suasana yang menyenangkan ketika bersama-sama. 9. Tetapkan batasan-batasan. Tentukan dengan jelas apa yang dapat diterima dan tidak dapat diterima dalam hubungan Anda. Contoh, ibu mertua tidak bisa dititipi anak tanpa memberitahu sebelumnya, jadi teleponlah terlebih dahulu. Menantu perempuan setuju untuk tidak menganggap bahwa ibu mertuanya tidak bisa terlalu sering mengasuh cucunya, kecuali hanya pada saat tertentu yang bisa diatur. Kedua mertua dan menantu ini bisa mencegah kekakuan jadwal tertentu untuk kunjungan saat liburan, dan berikan kebebasan pada masing-masing pihak untuk melakukan rencana apa saja yang tepat bagi mereka. 10. Jembatani celah di antara Anda. Daripada saling menghakimi karena perbedaan-perbedaan yang ada, bersikaplah rendah hati dan akuilah bahwa Anda punya banyak hal yang bisa diajarkan satu dengan yang lain mengenai perbedaan-perbedaan dalam generasi, budaya dan sosial serta kelompok ekonomi. Cobalah untuk saling belajar kapan pun Anda bisa melakukannya. Mintalah pada Tuhan untuk menolong Anda supaya bisa saling menerima. Tunjukkan sikap yang saling menghargai dan tulus.(t/Ratri) Diambil dan disesuaikan dari buku "The Mother-in-Law Dance: Can Two Women Love the Same Man and Still Get Along?", 2004 oleh Annie Chapman. Diterbitkan oleh Harvest House Publishers, Eugene, www.harvesthousepublishers.com. Diterjemahkan dan disunting dari: Judul asli artikel: Build Positive Relationships with Your In-Laws Nama situs: Crosswalk.com Penulis: Whitney Hopler Alamat url: http://www.crosswalk.com/marriage/1297167/page0/ ______________________________________________________________________ - EDISI BERIKUTNYA Pernikahan. Sebuah kata yang mungkin banyak diperbincangkan oleh orang-orang yang ada di sekitar kita. Bagi mereka, terkhusus para wanita yang bermukim di perkotaan, atau mereka yang memiliki karier yang cukup baik, terkadang pernikahan bukan menjadi prioritas utama mereka. Dalam e-Wanita edisi 39 dan 40 mendatang, secara khusus kami akan membahas perlukah seseorang menikah dan bagaimana menjaga agar kasih dalam pernikahan Anda (bagi mereka yang telah menikah) dapat terus terjaga dan terpelihara. Kami juga mengajak Sahabat Wanita dan Pelanggan sekalian untuk mengirimkan cerita, kesaksian, dan pokok doa. Kiriman Anda akan kami publikasikan setiap bulannya melalui kolom Surat Anda, supaya menjadi berkat bagi orang lain. Kami tunggu email Anda di meja redaksi yang beralamat: ==> wanita(at)sabda.org Selamat melayani, Tuhan memberkati! ______________________________________________________________________ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan kepada redaksi: < wanita(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-wanita(at)hub.xc.org > ______________________________________________________________________ Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org > Alamat berhenti: < unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org > Arsip e-Wanita: http://www.sabda.org/publikasi/e-wanita Facebook e-Wanita: http://fb.sabda.org/wanita ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani Staf Redaksi: Novita Yuniarti Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright (c) 2010 e-Wanita / YLSA -- http://www.ylsa.org Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ________________MILIS PUBLIKASI WANITA KRISTEN INDONESIA______________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |