Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/42 |
|
e-Wanita edisi 42 (23-8-2010)
|
|
____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen________________ TOPIK: Yang Dibutuhkan Oleh Wanita Bekerja Edisi 42/Agustus 2010 ______________________________________________________________________ MENU SAJI - SUARA WANITA - DUNIA WANITA 1: Wanita di Tempat Kerja Mendahulukan Tuhan - DUNIA WANITA 2: Wanita Karier vs Wanita DPR - WAWASAN WANITA: Apa yang Dibutuhkan Wanita yang Bekerja - EDISI BERIKUTNYA ______________________________________________________________________ - SUARA WANITA Shalom, Wanita memunyai peranan besar dalam kehidupan ini. Banyak wanita dapat melakukan hal-hal besar yang dapat memengaruhi kehidupan. wanita dapat memberikan sumbangsih yang besar dalam keluarga, tempat kerja, masyarakat, maupun dalam kehidupan rohani sekalipun. Pertanyaan yang sering kali dilontarkan oleh para wanita adalah, bagaimana cara mewujudkan itu semua? Banyak hal yang melingkupi kehidupan wanita. Banyak hal-hal detail yang harus menjadi perhatian wanita. Bisakah Sahabat Wanita melakukannya sendirian sementara suami Anda sibuk dengan pekerjaan, rekan kerja Anda sibuk dengan kepentingannya, dan bahkan Anda tidak tega untuk meminta tolong kepada anak-anak Anda karena mereka masih kecil? Sebagai wanita Kristen, kita harus ingat untuk selalu mengutamakan Allah dalam setiap pekerjaan kita. Baik Sahabat Wanita sebagai istri, sebagai karyawati, ataupun sebagai tokoh publik yang sibuk. Anda harus mendahulukan Tuhan dalam setiap langkah yang akan Anda jalani. Lalu bagaimanakah cara agar Sahabat Wanita dapat mencerminkan Kristus dalam kehidupan Anda? Simaklah artikel di bawah ini dan terapkan dalam hidup Sahabat Wanita sehari-hari! Tuhan memberkati! Redaksi Tamu e-Wanita, Santi Titik Lestari http://wanita.sabda.org http://fb.sabda.org/wanita ______________________________________________________________________ PARENTS ONCE TAUGHT THEIR CHILDREN TO TALK TODAY CHILDREN TEACH THEIR PARENTS TO BE QUIET ______________________________________________________________________ - DUNIA WANITA 1 WANITA DI TEMPAT KERJA MENDAHULUKAN TUHAN "Wanita di tempat kerja" merupakan ungkapan yang memerlukan pemikiran atau pertimbangan khusus. Pertanyaan tentang kesetaraan pun muncul -- topik yang masih dipermasalahkan oleh masyarakat maju, meskipun pandangan masyarakat tentang wanita yang bekerja telah berubah secara mencolok sejak sekitar ratusan tahun belakangan ini. Di banyak negara anak-anak perempuan dan lelaki diberi kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan, gadis-gadis pun memasuki dunia kerja dengan sama berambisinya. Jenis pekerjaan yang diambil para wanita juga tidak lagi yang itu-itu saja. Dalam dunia usaha, misalnya, dulunya wanita tampil sebagai sekretaris atau karyawati biasa, sekarang banyak yang menanjak ke posisi pemegang kekuasaan, menjadi pemeran utama dan pengambil keputusan. Perubahan ini dapat dilihat pada hampir semua jenis pekerjaan. Bahkan pada bidang-bidang yang biasanya didominasi oleh pria seperti konstruksi bangunan; kaum wanita memasuki bidang tersebut untuk bekerja berdampingan dengan kaum pria. Alkitab tentu saja mendorong kita untuk bekerja keras. Kitab Amsal khususnya penuh dengan kata-kata bijak tentang dampak positif kerja keras. "Siapa mengerjakan tanahnya, akan kenyang dengan makanan, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia, tidak berakal budi." (Amsal 12:11) Alkitab mengajarkan bahwa "Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa" (Amsal 12:24), dan "Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan menderita lapar" (Amsal 19:15). Amsal 12:27 juga memberitahu kita bahwa "orang rajin akan memperoleh harta yang berharga." Mungkin ada orang yang terkejut begitu tahu bahwa Alkitab mendorong wanita untuk mengambil peran aktif di tempat kerja. Sumbangsih wanita amat dihargai bahkan di tengah struktur paternal [budaya yang didominasi laki-laki, Red.] Perjanjian Lama. Tuhan Yesus tentu saja melibatkan wanita dalam penginjilan-Nya, dan kita juga bisa menemukan contoh-contoh wanita bekerja di dalam Alkitab yang layak kita perhatikan. Wanita-Wanita Teladan dalam Alkitab Ada wanita-wanita luar biasa dalam Alkitab yang berhasil dalam karier atau panggilan hidupnya. Tiga di antaranya disebutkan di bawah ini. Mereka patut dicatat karena keberhasilan mereka berasal dari cara mereka menempatkan Tuhan dalam hati mereka. Inilah tiga wanita luar biasa dalam Alkitab yang memiliki karier sendiri. Walaupun demikian, yang patut dicatat dari keberhasilan mereka bukanlah kemampuan mereka sendiri. Keberhasilan mereka berasal dari bagaimana mereka menempatkan Tuhan dalam hati mereka. Lidia Kisah Para Rasul 16:14 memperkenalkan Lidia, seorang "penjual kain ungu". Ia adalah seorang pedagang dan karena itu adalah seorang wanita pengusaha. Dari semua catatan yang ada diketahui, ia adalah seorang pengusaha yang sangat berhasil. Setelah Lidia percaya kepada Tuhan, ia dan seisi rumahnya dibaptis. Kemudian ia membuka rumahnya menjadi tempat berkumpul bagi jemaat-jemaat lain. Paulus dan rekan-rekannya dapat mengabarkan Injil dan menguatkan iman jemaat karena keramahtamahannya, yang diberikan di sela-sela kesibukan jadwal usahanya (Kisah Para Rasul 16:15,40). Filipi merupakan kota Eropa pertama yang diinjili Paulus selama masa penginjilannya. Lidia memberikan teladan yang begitu baik sehingga belakangan Paulus menulis kepada gereja yang sudah berdiri di Filipi -- berterima kasih kepada jemaat atas kebaikan hati dan dukungan mereka (Filipi 4:14-20). Semangat keramahtamahan dan kebaikan hati yang ditunjukkan oleh Lidia menjadi ciri khas gereja di zaman Paulus. Priskila Priskila, wanita lain yang disebutkan dalam Perjanjian Baru, menunjukkan kepada kita bahwa seorang wanita yang sudah menikah juga dapat terlibat secara aktif dalam bekerja dan juga dalam penginjilan. Paulus bertemu dengannya dan Akwila, suaminya, di Korintus (Kisah Para Rasul 18:1-3). Ia bekerja sama dengan suaminya dalam pekerjaan pembuatan tenda. Karena Paulus juga bekerja dalam bidang yang sama, rasul ini menetap dan bekerja sama dengan mereka. Priskila juga mengadakan perjalanan dan bekerja sama dengan suaminya sebagai penginjil. Belakangan, ketika Paulus meninggalkan Siria, pasangan suami istri itu menemaninya (Kisah Para Rasul 18:18). Paulus meninggalkan mereka di Efesus. Hal tersebut mungkin langkah yang menguntungkan, karena di sinilah pasangan ini dapat mengajarkan Jalan Allah yang benar kepada seorang penginjil muda penuh semangat bernama Apolos (Kisah Para Rasul 18:24-26). Apolos menjadi salah satu penginjil gereja yang paling aktif. Ia mampu mempertahankan pesan sejati Tuhan karena ketekunan Priskila dan Akwila. Mereka bersedia menempatkan Tuhan sebagai pusat kehidupan mereka sebagai suami istri dan sebagai rekanan usaha. Debora Hakim-hakim 4:4 memberitahu kita bahwa pada waktu itu Debora, "seorang nabiah, istri Lapidot, memerintah sebagai hakim atas orang Israel." "Orang Israel menghadap dia untuk berhakim kepadanya" ketika ia "duduk di bawah pohon korma Debora antara Rama dan Betel di pegunungan Efraim." (Hakim-hakim 4:5) Meskipun kita tidak punya informasi tentang tahun-tahun awal kehidupan Debora, kita sudah tahu bahwa ia adalah seorang nabiah yang menghakimi rakyat. Inilah seorang wanita menikah yang juga menjadi seorang hakim. Ia memberikan perintah kepada seorang panglima, Barak bin Abinoam, untuk mengerahkan pasukan melawan musuh mereka. Ketika Barak bersikeras agar Debora maju perang bersamanya, Debora tidak ragu-ragu. Ia pergi barsama tentara ke medan perang dengan sama beraninya seperti wanita zaman sekarang mana pun dalam ketentaraan. Debora mendengarkan panggilan Tuhan dengan saksama (Hakim-hakim 4:6-7) dan menunjukkan kualitas kepemimpinannya dengan memercayakan tugas-tugas kepada orang-orang yang sesuai. Ia rela pergi menghadapi bahaya demi umat Tuhan (Hakim-hakim 4:9-10) dan mengilhami tentara Israel untuk memerangi musuh iman (Hakim-hakim 4:14-16). Dalam segala yang dilakukannya, Debora menempatkan Tuhan sebagai pusat tindakan dan kepercayaannya. Lainnya Tentu saja ada contoh-contoh lain wanita di tempat kerja seperti putri-putri Salum yang bekerja di bidang bangunan; jenis pekerjaan yang didominasi oleh pria bahkan menurut ukuran zaman sekarang. Ini dicatat dalam Nehemia 3:12. Wanita-wanita itu bekerja memperbaiki tembok Yerusalem bersama dengan ayah mereka, menggunakan bakat mereka dan mempersembahkan waktu mereka demi umat Tuhan. Dalam dunia medis, ada dua bidan terkenal bernama Sifra dan Pua, wanita-wanita takut akan Tuhan yang mempertaruhkan hidup mereka dengan tidak mematuhi perintah langsung Firaun, dengan cara membiarkan bayi-bayi lelaki orang Ibrani tetap hidup (Keluaran 1:15-17). Dengan melakukan ini, umat Israel terpelihara dan rencana-rencana Tuhan bagi bangsa pilihan-Nya tidak terganggu oleh rancangan jahat. Memusatkan Perhatian Pada Tuhan Lebih Dulu Para wanita dalam contoh-contoh ini menunjukkan kepada kita bahwa, dalam apa pun yang kita lakukan, pertama-tama kita harus memusatkan perhatian pada Tuhan, dan segala sesuatunya akan berjalan sendiri. Lidia tidak menelantarkan usahanya tetapi ia memprioritaskan waktunya secara berbeda. Ia mencari waktu untuk mempersembahkan rumahnya sebagai pusat jemaat-jemaat di sekitarnya dan hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting baginya. Priskila rela mencabut sendiri akarnya, membangun rumahnya di tempat-tempat yang berbeda seperti kaum nomaden zaman dulu, supaya bisa membantu Paulus dan penginjilan. Ia menerima ketidakpastian yang pasti ditimbulkan oleh kehidupan seperti itu, dan ia mampu mendukung suaminya dalam usaha dan kehidupan rohani mereka ke mana pun mereka pergi. Debora juga mengesampingkan kehidupan berkeluarganya untuk sementara, ketika Tuhan memerlukannya untuk menyemangati tentara-Nya agar mengalahkan musuh mereka. Ia mempertaruhkan nyawanya untuk menjawab panggilan Tuhan. Wanita-wanita ini mendorong dan mengilhami kita untuk mempersembahkan waktu kita, talenta kita, dan hidup kita bagi Tuhan dan umat-Nya. Kita hidup di masa-masa yang sulit, dan kehidupan bisa jadi penuh tekanan. Banyak yang terjebak dalam perjuangan tanpa akhir untuk meraih kehidupan yang lebih baik -- gaya hidup yang lebih baik! -- bagi keluarga kita. Suami istri tiba pada kesimpulan bahwa mereka berdua harus bekerja demi alasan-alasan ekonomi. Pasar terus-menerus mendorong kecenderungan ini, menawarkan peralatan baru, teknologi baru, dan mode pakaian atau dekorasi baru. Media massa terus-menerus menentukan gambaran keberhasilan kepada kita. Para penguasa bisnis, bintang film, musisi -- mereka adalah orang-orang yang penuh gaya, makmur, pintar, dan kaya yang mencirikan keberhasilan dalam dunia modern kita. Karenanya, orang-orang yang tidak memiliki hal-hal itu terpacu untuk mendapatkannya. Kita semua, pria dan wanita, bekerja dalam lingkungan yang begitu materialistis. Saat berjuang untuk meraih kehidupan yang lebih baik bagi keluarga kita dan diri kita sendiri, kita harus mengingat prioritas kita. Kita tidak boleh membiarkan diri kita dikuasai oleh kebutuhan untuk bertahan hidup atau untuk terus meningkatkan gaya hidup kita sampai melupakan hal-hal lainnya. Yesus Menyuruh Kita agar Tidak Khawatir Ingatlah nasihat Yesus dalam Matius 6:26-34. Di sini, Tuhan kita memberitahukan agar kita jangan khawatir akan hidup kita, "apa yang hendak [kita] makan atau minum." Dia bertanya bukankah hidup itu "lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian." Bapa yang di surga memberi makan burung-burung di langit sekalipun mereka "tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung". Perhatikanlah kemegahan bunga bakung di ladang. Mereka tampak lebih indah daripada Salomo dalam segala kemegahannya. Yang paling penting, Yesus memberitahu kita, ialah: "Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri." Wanita-wanita berhasil yang disebutkan di atas paham benar akan hal ini. Mereka mampu membagi waktu dan menetapkan prioritas untuk memutuskan mana yang penting bagi mereka. Dalam ayat di atas, Tuhan menyuruh kita untuk menaruh dahulu kerajaan Allah di dalam hati kita. Ketika kita melakukannya, segala hal akan berjalan sendiri karena Tuhan menyediakan segala sesuatu yang kita butuhkan. Contoh yang diberikan Yesus adalah contoh yang sederhana. Apa yang lebih indah dan sederhana daripada burung-burung yang beterbangan bebas di udara atau bunga-bunga liar yang bermekaran di padang? Kebutuhan dasar kita, demikian pula, sederhana. Tuhan menyediakan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita pikir kita butuhkan. Kadang-kadang ada perbedaan di antara kedua hal itu. Oleh karena itu, selagi berusaha membuktikan diri sebagai wanita dalam masyarakat modern ini, kita harus ingat untuk menjaga agar pusat perhatian dan prioritas kita tetap berada di tempat yang benar. Kita harus senantiasa menaruh Tuhan di tempat pertama dalam hati kita (Matius 6:33), secara teratur meminta nasihat Bapa kita di surga melalui doa dan saat teduh (Mazmur 55:17), menguji hati kita sendiri untuk memutuskan apa yang tepat pada waktu tertentu (Pengkhotbah 3:1), dan menjaga diri kita selalu sehat secara rohani (Efesus 6:11). Baru setelah itulah kita dapat menjaga keseimbangan sebagai wanita-wanita yang dipilih Tuhan untuk maksud-Nya. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul majalah: Warta Sejati, Edisi 48/1 - 2006 Judul artikel: Wanita di Tempat Kerja Mendahulukan Tuhan Penulis: Yvonne Chan Penerbit: Departemen Literatur Gereja Yesus Sejati Pusat Indonesia, Jakarta Halaman: 17 -- 22 ______________________________________________________________________ - DUNIA WANITA 2 WANITA KARIER vs WANITA DPR Berbagai seminar mengenai wanita karier telah diadakan. Namun, toh hingga saat ini belum satu pun yang mampu menjawab pergumulan para wanita secara tuntas. Mereka tetap bermasalah: "karier" atau "DPR alias dapur", khususnya di Indonesia. Munculnya wanita-wanita di posisi puncak, memang membuat kaum pria kagum sekaligus was-was. Sehingga, tidak heran bila sekelompok pria mencari-cari "titik rawan" mereka. Wanita dianggap kurang praktis cara berpikirnya, emosional, rentan, mudah terpengaruh keadaan, dan lain-lain. Di lain pihak, menurut penelitian yang dilakukan oleh Universitas Montreal, Kanada, hal-hal yang dianggap rawan tadi justru menonjol pada kaum wanita. Aneh, bukan? Tetapi bagaimanapun juga, seorang wanita dengan peran ganda: karier sekaligus dapur, memiliki kecenderungan terlibat lebih banyak masalah dibandingkan mereka yang belum/tidak berumah tangga. Kesehatan anak, tinggal serumah dengan mertua, suami sering bertugas ke luar kota dan seterusnya, semuanya itu dapat menjadi sebab stres yang berat. Hal ini sedikit banyak pasti memengaruhi pemikiran atau sikap di tempat kerjanya, sekalipun ia termasuk jenis wanita "besi" yang tak acuh terhadap lingkungan rumah tangga. Mazmur 128:3 menyebut wanita bersuami sebagai "buah anggur" yang manis (tutur kata dan hatinya), dan yang dahannya tidak cukup kokoh untuk membangun fondasi bangunan. Jelas, bahwa istri tidak wajib bahkan tidak dianjurkan menjadi tulang punggung keluarga (yang harus bekerja mati-matian mencari nafkah dari pagi hingga malam hari) sementara suami dan anak-anak terabaikan. Di bagian lain, 1 Petrus 3:1-7 memaparkan bahwa istri diwajibkan untuk menggali keindahan batiniahnya, menyerahkan harapannya sepenuhnya kepada Allah, serta mengasihi dan tunduk kepada otoritas suami sebagai wakil Allah di bumi. (Dan suami wajib tunduk pada Kristus, tentunya). Walaupun begitu, Amsal 31:10-31 dengan jelas menggambarkan istri yang ideal: mengatur rumah tangganya sekaligus bekerja dengan rajin. Ia tahu persis kapan suami dan keluarganya membutuhkan kehadirannya. Begitu pula ia tahu kapan harus keluar rumah dan bekerja. Ia bukan hanya pandai membagi waktu, tetapi terlebih lagi ia mahir menyokong suaminya. Ia tunduk kepada suaminya, tetapi juga tidak malas memikirkan masa depan keluarganya. Sungguh luar biasa, suami dan anak-anaknya memuji dan menyebutnya berbahagia! Wanita memiliki tanggung jawab yang sangat berat. Tapi sebenarnya hanya satu panggilannya: melayani. Di tangannya, porsi pilihan itu harus diambil; kapan ia memutuskan untuk lebih banyak melayani di dalam rumah tangganya, dan kapan ia harus berada di luar rumahnya. Masing-masing memiliki dasar pertimbangan sesuai dengan kondisi keluarga, usia anak-anak, kebutuhan masyarakat sekitar, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, dan yang terpenting panggilan Tuhan. Ada satu bagian dalam Alkitab yang menceritakan keperkasaan seorang wanita dalam hal menyelamatkan sebuah bangsa, dialah Ratu Ester. Ia mengambil peranan mahapenting untuk menolong rakyatnya, satu bidang pelayanan yang besar sekali. Pertimbangannya harus matang benar. Karena salah langkah sedikit, dapat mengorbankan rumah tangganya. Tetapi kita tahu bagaimana Allah akhirnya memakai Ester untuk melayani dan menyelamatkan bangsa Yahudi, sekaligus Allah juga memperkokoh rumah tangganya! Melalui contoh-contoh di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa pergumulan wanita bersuami tidak sesederhana berkata: "Aku ingin menjadi wanita karier!" atau sebaliknya. Masing-masing perlu berdoa, mempertimbangkan, lalu memutuskan pilihannya. Sukses wanita tidak ditentukan oleh tempat maupun jenis pekerjaannya, tetapi oleh kesungguhannya. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Manajemen Kristen: 29 Kiat Sukses dalam Karier Judul artikel: Wanita Karier Vs Wanita DPR Penulis: Arif Suryobuwono & M. Kurniawati Prayitno Penerbit: Yayasan ANDI Yogyakarta - YASKI Jakarta, Halaman: 69 -- 71 ______________________________________________________________________ - WAWASAN WANITA APA YANG DIBUTUHKAN OLEH SETIAP WANITA YANG BEKERJA "Maka Allah damai sejahtera... memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus." (Ibrani 13:20-21) Marilah hari ini kita menenangkan diri untuk: - memeriksa perlengkapan kita guna menghadirkan Kristus di tempat kerja dan - merenungkan bagaimana Tuhan bisa memakai kita dalam pekerjaan kita. Tahun lalu, gedung kantor tempat saya bekerja terbakar. Bank yang ada di samping gedung kantor kami berbaik hati memberi kami ruang kantor untuk digunakan sejak kebakaran itu sampai kami dapat menyusun sesuatu. Di sanalah kami berada, seluruh karyawan perusahaan di ruang kantor yang kami pinjam -- tanpa persediaan dan peralatan. Semuanya telah terbakar. Kami tidak punya pensil, komputer, kalkulator, ataupun mesin ketik. Tidak ada kertas catatan, telepon, ataupun lemari. Dalam beberapa hari, bank dan penyuplai rutin kami menyediakan apa yang kami butuhkan supaya bisa beroperasi lagi. Tetapi ini menjadi tantangan yang aneh karena pada hari pertama kami mulai menjalankan bisnis tanpa persediaan dan peralatan. Bisnis, baik itu besar maupun kecil, tergantung pada peralatan tertentu supaya bisa berjalan. Baik itu toko binatu yang memiliki mesin penyetrika, uap pembersih, mesin cuci, dan pengering, ataupun rumah sakit yang memiliki peralatan yang mahal dan kompleks; setiap bisnis tetap memerlukan peralatan yang tepat. Dalam tulisannya kepada gereja di Efesus, Rasul Paulus membicarakan tentang apa yang orang Kristen perlukan supaya benar-benar memiliki perlengkapan untuk berperang melawan tentara dunia. Daftar yang dia berikan adalah "ikat pinggang kebenaran", "baju zirah keadilan", "perisai iman", "ketopong keselamatan", dan "pedang Roh". (Efesus 6:14-17) Bagaimana dengan wanita Kristen dalam dunia kerja? Perlengkapan apa yang diperlukan supaya bisa dengan efektif dan efisien mencerminkan Kristus kepada orang-orang di sekitar kita? Berikut daftar yang harus diperhatikan. 1. Rak buku. Tempat kerja kita harus memunyai ruang untuk firman Tuhan. Akitab adalah penuntun manual kita, tidak peduli pekerjaan apa yang kita lakukan. Penuntun ini lebih penting daripada buku pegangan pekerja, petunjuk manual divisi, atau bahkan brosur kecil tentang "Apa yang harus dilakukan saat darurat". Kita harus menemukan tempat untuk firman Tuhan dalam hati kita dan di tempat kerja kita bila kita benar-benar "bekerja" untuk Dia. 2. Skala/pengukur. Kita perlu mengukur hal-hal yang kita katakan dan lakukan sebelum kita mengatakan dan melakukannya. Apakah perkataan dan tindakan kita itu seperti yang Kristus contohkan? Apakah perkataan dan tindakan itu memuliakan Tuhan dan membawa kebaikan bagi orang lain? 3. Keranjang sampah. Kita akan lebih baik bila membuang luka lama, kekecewaan yang membelenggu, frustrasi-frustrasi kecil, dan iritasi yang terjadi setiap hari supaya tidak mengotori pikiran kita dan membuang energi kita. Keranjang sampah juga merupakan tempat terbaik untuk menyimpan perasaan-perasaan yang tidak terampuni yang merusak hubungan kerja kita. 4. Cermin. Memeriksa balok di mata kita sendiri (Matius 7:3) menolong kita supaya tidak memusatkan pikiran pada kekurangan dan kegagalan orang lain. 5. Cap pos. Kita perlu dicap dan disegel oleh Roh Kudus dalam setiap langkah kita sebagai surat Kristus (2 Korintus 3:3) kepada dunia yang belum percaya. Melalui kita, Roh Kudus membawa pesan Kristus dan teladan-Nya kepada orang-orang di sekitar kita. Apakah kita surat yang penuh dengan kabar baik dan harapan bagi orang-orang yang bekerja sama dengan kita, ataukah kita dicap dengan "meterai yang kurang" karena kita terlalu sibuk untuk melakukan pekerjaan-Nya? 6. Tabungan. Alkitab memanggil kita untuk menyisihkan penghasilan kita untuk pekerjaan Tuhan. Menurut sejarah, perintah Tuhan kepada umat-Nya adalah untuk memenuhi kebutuhan orang yang miskin, lapar, sakit, tidak punya rumah. Sebagian dari kita yang memiliki kemampuan untuk bekerja memiliki kewajiban untuk berbagi dengan mereka yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. 7. Balon. Saat hari demi hari perhatian dan tekanan menenggelamkan kita, kita membutuhkan sesuatu untuk mengangkat hati kita ke tingkat yang lebih tinggi. Sebuah balon mengingatkan kita bahwa kita adalah "orang asing" (Mazmur 119:19), tidak terikat oleh batasan-batasan dunia. 8. Gelas ukur. Sebagai orang Kristen, tujuan kita bukanlah untuk mengukur seberapa besar hasil yang kita peroleh dari orang lain, tetapi untuk memastikan bahwa kita memberi mereka "takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah keluar" (Lukas 6:38). 9. Sepasang sepatu lari. Kita harus tetap berlomba. Ada yang terlalu mendesak untuk urusan dengan Tuhan. Kita tidak bisa menunggu sampai orang lain melakukannya atau sampai keadaan aman, atau sampai kita menjadi raksasa rohani atau ahli alkitab yang bisa menjawab semua pertanyaan. Sekaranglah saatnya bertindak, dan kita berlari -- bukan berjalan -- karena kita mengerjakan Kerajaan Allah. 10. Jam alarm. Tenggelam dalam pekerjaan memang menggiurkan. "Sebab itu baiklah kita jangan tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar." Ada yang harus kita kerjakan. Marilah kita benar-benar diperlengkapi untuk bekerja! (t/Ratri) Diterjemahkan dari: Judul buku: Desktop Devotions for Working Woman Judul asli artikel: What Every Working Woman Needs Penulis: Elsa Houtz Penerbit: Navpress, Colorado 1991 ______________________________________________________________________ - EDISI BERIKUTNYA Menjadi orang tua bukan merupakan hal yang mudah, karena mereka harus bisa memberikan teladan yang baik bagi anak-anaknya. Namun terkadang kita melihat ada beberapa orang tua yang "gagal" dalam mengasuh anak-anaknya. Hal ini terkadang diakibatkan oleh ketidakmampuan orang tua dalam memahami dan berkomunikasi dengan anaknya, sehingga ketika ada sedikit masalah, bisa memicu sebuah pertengkaran yang hebat. Mengingat pentingnya peran orang tua dalam membesarkan dan mendidik anak-anak yang telah Tuhan berikan bagi mereka, maka dalam edisi 43 dan 44 mendatang, kami sengaja mengangkat topik seputar anak dan orang tua. Harapan kami agar melalui bahan-bahan yang akan kami sajikan, dapat menambah wawasan setiap orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. ______________________________________________________________________ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan kepada redaksi: <wanita(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-wanita(at)hub.xc.org> ______________________________________________________________________ Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org> Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org> Arsip e-Wanita: http://www.sabda.org/publikasi/e-wanita/ Facebook e-Wanita: http://fb.sabda.org/wanita ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti Staf Redaksi: Truly Almendo Pasaribu Kontributor: Santi Titik Lestari Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-Wanita 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org/ Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ________________MILIS PUBLIKASI WANITA KRISTEN INDONESIA______________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |