Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/43 |
|
e-Wanita edisi 43 (9-9-2010)
|
|
_________e-Wanita -- Milis Publikasi Wanita Kristen Indonesia_________ Topik: Memahami Anak Edisi 43/September 2010 ______________________________________________________________________ MENU SAJI - SUARA WANITA - RENUNGAN WANITA: Pengampunan - DUNIA WANITA 1: Anak-Anak yang Mengalami Hambatan - DUNIA WANITA 2: Pola Membesarkan Anak - DUNIA WANITA 3: Tiga Hal yang Dibutuhkan Anak-Anak - WAWASAN WANITA: Biarkan Anak-Anak Kita Tumbuh dalam Damai Sejahtera - POKOK DOA: Hikmat dalam Mendidik dan Membesarkan Anak - STOP PRESS: Situs Alkitab SABDA: Teknologi untuk Belajar Alkitab ______________________________________________________________________ - SUARA WANITA Shalom, Anak merupakan anugerah Tuhan yang hadir di tengah-tengah keluarga untuk menjadikan keluarga itu utuh dan bahagia. Sahabat Wanita, kita sebagai wanita Kristen harus dapat merawat anugerah Tuhan ini dengan baik. Hendaknya kita dapat menjadi orang tua yang pengertian dan menjadi sahabat dekat bagi anak dalam keluarga. Namun apakah sebagai orang tua kita sudah benar-benar memahami bagaimana mendidik anak dengan tepat? Setiap orang tua memunyai pola yang berbeda-beda dalam membesarkan anak. Pernahkah Sahabat Wanita bertanya apakah yang dibutuhkan anak Anda? Pola membesarkan anak semacam apakah yang ingin Anda terapkan pada anak Anda? Dan terakhir, bagaimana membuat anak Anda tumbuh dalam damai sejahtera? Berikan yang terbaik bagi anak Anda Selamat menyimak dan Tuhan memberkati! Redaksi Tamu e-Wanita, Santi Titik Lestari http://wanita.sabda.org http://fb.sabda.org/wanita ______________________________________________________________________ SEORANG IBU ADALAH ALAT TUHAN UNTUK MEMBAWA ANAK-ANAKNYA DATANG KEPADA ALLAH ______________________________________________________________________ - RENUNGAN WANITA PENGAMPUNAN "Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari padaku." (Mazmur 66:20) Tuhan, Engkau telah memberikan anak-anak Untuk kuasuh dan kukasihi; Untuk menjalani kehidupan kelak Dan dipersiapkan untuk surga nantinya. Aku tak punya bakat atau keterampilan; Tak ada petunjuk yang datang dengan kelahiran mereka. Jadi aku terus berjuang di sepanjang jalan Menjadi orang tua yang baik di dunia ini. Namun jika aku melihat lebih teliti, Aku akan menemukan satu petunjuk. Tapi dulu aku pikir buku ini Cuma memberitahuku jalan ke surga. Kini `ku tahu, jika dulu aku datang pada-Mu, Langkahku akan Engkau pimpin. Caraku mengasuh anak yang keliru Akan Engkau perbaiki. Namun aku tidak melakukannya, Tuhan, Dan kini kulihat kesalahanku. Hapuslah kesalahanku dengan belas kasihan di mana pun anak-anakku berada. Ketika aku berdoa untuk anak-anakku, itu memberiku kedamaian yang besar karena mengetahui bahwa Allah selalu bersedia menerima doa-doaku. Tak peduli betapa besar aku mengasihi mereka, Dia jauh lebih besar mengasihi mereka. (t/Setya, Kusuma Negara) Diambil dan diterjemahkan dari: Judul artikel asli: July 29: Forgiveness Judul buku: Close to Home: A Daily Devotional for Women by Women Penulis: Linda McCabe Editor: Rose Otis Penerbit: Review and Herald Publishing Association Halaman: 245 ______________________________________________________________________ - DUNIA WANITA 1 ANAK-ANAK YANG MENGALAMI HAMBATAN Bagaimana cara yang paling baik untuk membantu seorang anak yang sedang berusaha memecahkan suatu masalah? Jawabannya, orang tua hendaknya tidak boleh terlalu ikut campur dan terlampau melibatkan diri. Orang tua sebaiknya dapat meneliti masalah tersebut secara objektif, bersikap bijaksana, sambil tetap membantu si anak agar ia sendiri mampu mengatasi masalah itu. Cara dan pendekatan seperti ini akan lebih menolong si anak. Sikap dan tindakan orang tua yang tidak terlalu ikut campur (namun selalu siap menolong bila diperlukan) akan memberi kesempatan kepada si anak untuk bergelut dan bergumul dengan perasaannya yang kacau balau. Apabila ia akhirnya dapat mengatasi masalah itu, ia akan merasa berhasil dan mampu. Pengalaman seperti ini dengan sendirinya akan memperkembangkan kehidupan emosi anak. Anak yang sering mengalami suatu hambatan, seperti adanya kelainan yang menyebabkan kesulitan belajar, tentulah sangat berlainan dengan anak-anak lainnya. Orang tua perlu menyediakan waktu khusus bersama-sama dengan anak mereka untuk membicarakan peristiwa dan hal-hal lain yang terjadi pada waktu itu. Biasanya, seorang anak laki-laki akan merasa senang bila sebelum tidur ia dapat membicarakan kejadian-kejadian di sekolah kepada orang tuanya. Menurut dr. Benyamin Spock, terus-menerus melarang untuk tidak melakukan suatu eksplorasi, atau menghardik anak yang banyak bertanya, akhirnya akan menghambat, tidak saja menghambat rasa ingin tahu seorang anak, tetapi juga pertumbuhan intelektual dan emosionalnya. Di sini jelas bahwa salah satu yang menjadi tugas orang tua adalah memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan rasa ingin tahu yang merupakan asal dari kreativitas dan imajinasinya. Hal ini sebenarnya dapat selalu dilakukan orang tua, antara lain dengan menunjukkan minat dengan cara mendengarkan setiap pertanyaan anak. orang tua tidak sekadar memberi jawaban sambil lalu, tetapi menunjukkan bahwa mereka memerhatikan pertanyaan anaknya. Komunikasi langsung antara orang tua dan anak harus diutamakan. Anak perlu dibantu untuk dapat mengerti mengapa suatu tingkah laku dapat diterima dan sikap lainnya tidak bisa diterima atau disetujui oleh lingkungan masyarakat. orang tua haruslah selalu memerhatikan pikiran dan perasaan anak agar komunikasi bisa tetap lancar. Orang tua yang bijaksana tidak akan melupakan satu hal, bahwa pada akhirnya anak akan menjadi besar, dan harus dapat berdiri dalam masyarakat banyak. Karena itu, sejak kecil anak harus dibiasakan dan diajarkan untuk berdiri sendiri. Misalnya tidak memanjakan mereka, mengajak anak berkenalan dengan orang banyak, tidak memihak anak ketika bertengkar dengan temannya, atau tidak mengurung anak sepanjang hari di dalam rumah. Agar anak tidak merasa takut gagal, orang tua harus menghadapi kesalahan anak sebagai suatu hal yang normal. Kegagalan merupakan bagian yang wajar dari proses belajar. Terlalu banyak desakan dan tekanan supaya anak dapat sempurna, justru akan menimbulkan rasa takut gagal dalam dirinya. Sikap orang tua terhadap kesalahan dan kegagalan anak akan sangat memengaruhi iklim psikologi belajar di rumah. Semua anak menginginkan dorongan dari orang tua untuk bisa berbuat sesuatu dengan sebaik-baiknya. Pada dasarnya anak-anak memang pemalu. Oleh karena itu, orang tua perlu terus memberikan dorongan dan semangat kepada anak-anaknya. Diambil dan disunting dari: Judul buku: Butir-butir Mutiara Rumah Tangga Penulis: Alex Sobur Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta 1987 Halaman: 106 -- 108 ______________________________________________________________________ - DUNIA WANITA 2 POLA MEMBESARKAN ANAK Setiap orang tua memiliki pola yang berbeda dalam membesarkan anak-anaknya. Pola tersebut dapat dirangkum dalam tiga kategori, yaitu otoriter, permisif, dan berwibawa. Dua pola pertama, otoriter dan permisif, tidak membangun kecerdasan emosional dalam diri anak. Keduanya juga berpotensi membuahkan sikap tidak hormat terhadap otoritas dan merusak perkembangan emosi anak. Banyak orang tua permisif yang dulunya dibesarkan oleh orang tua yang otoriter. Orang tua yang otoriter adalah mereka yang menuntut ketaatan tehadap suatu standar sikap tertentu. Peraturannya jelas dan tidak fleksibel. Sering kali, ada hukuman yang sangat mengerikan di baliknya. orang tua hampir tidak pernah meminta maaf. Orang tua menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak menghormati pribadi si anak, dengan hampir tidak pernah bersikap hangat dan sering tidak tanggap. Bahkan, meskipun pada permukaan seorang anak tampak menunjukkan sikap hormat, tetapi dalam hatinya sikap hormat itu sama sekali tidak ada karena kepahitan dan kebencian pada pola membesarkan anak seperti ini. Pola ini cenderung menghasilkan anak-anak yang rendah diri. Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua otoriter sering kali tumbuh menjadi anak-anak pemberontak atau plin-plan. Di sisi lain, pola permisif ditandai oleh kelalaian. Peraturan dan batas-batas tidak jelas dan tidak pasti. Meskipun orang tua bersikap hangat dan mendukung, tetapi anaklah yang menentukan. Pola tanpa hukuman dan yang selalu memperbolehkan ini hanya menuntut sedikit sekali kedewasaan dari si anak. orang tua menunjukkan kelalaiannya terhadap kebutuhan anak akan rasa aman melalui batas-batas dan peraturan. Anak tidak menghormati orang tuanya yang telah mengabaikan kebutuhannya akan disiplin dan kasih. Akibatnya, orang tua permisif sering kali menghasilkan anak-anak yang agresif, bermasalah dalam hal perilaku, dan menderita rendah diri. Anak-anak ini sangat membutuhkan peraturan. Para psikolog perkembangan anak menyatakan bahwa buah terbaik akan dihasilkan jika orang tua menjalankan pola berwibawa dalam membesarkan anak. Saling menghormati antara orang tua dan anak dapat berkembang dalam pola ini. orang tua yang berwibawa banyak terlibat dalam kehidupan anaknya. Mereka menetapkan batas-batas, menjelaskan mengapa batas-batas itu diberlakukan, memiliki pengharapan yang tinggi, tetapi bersikap hangat dan penuh kasih. Meskipun orang tua yang berwibawa menjalankan kendali yang ketat pada saat-saat tertentu, tetapi mereka tetap fleksibel sehingga anak-anak tidak terkekang oleh aturan. Pada akhirnya, anak-anak diberi pilihan, setelah mereka sanggup memikul tanggung jawab atas konsekuensi dari pilihan-pilihan salah mereka sendiri. Ada keseimbangan antara disiplin dan kasih. Meskipun tidak ada jaminan bahwa pola membesarkan anak ini dapat menghasilkan anak-anak yang penuh hormat dan matang, tetapi kemungkinan itu menjadi semakin besar. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: 7 Kecerdasan Emosional yang Dibutuhkan oleh Anak Anda Judul buku asli: 7 Emotional Skills Every Child Needs Penulis: Pam Galbraith dan Rachel C.Hoyer Penerjemah: Efie Shofia Sompie Penerbit: Gospel Press, Batam Halaman: 45 -- 47 ______________________________________________________________________ - DUNIA WANITA 3 TIGA HAL YANG DIBUTUHKAN ANAK-ANAK Tiga hal yang dibutuhkan anak-anak dari orang tuanya dengan jelas dinyatakan dalam 1 Korintus 13:13. Yang pertama ialah iman. Iman di dalam Yesus Kristus memberi mereka rasa aman karena mengetahui bahwa mereka diterima "di dalam Dia yang dikasihi Allah" bahwa Allah mengasihi mereka tanpa syarat, dan bahwa mereka memiliki keselamatan abadi melalui Kristus. Kedua, anak-anak membutuhkan pengharapan bagi kehidupan mereka sendiri secara pribadi. Sebagai orang tua kita perlu mengatakan kepada mereka, "Kamu akan semakin bertumbuh di dalam Kristus. Kami harap kamu akan menjadi anak-anak Tuhan yang baik". Amsal 4:18 mengatakan bahwa "jalan orang yang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari." Anak-anak perlu mengetahui bahwa perjuangan mereka tidak berlangsung untuk selamanya. Mereka akan menjadi serupa seperti Kristus yang sempurna. Bangunlah pengharapan dalam diri anak-anak. Allah menyebutnya pengharapan bagi masa depan yang abadi, pengharapan yang akan menyucikan kehidupan mereka. Ketiga, anak-anak membutuhkan kasih tanpa syarat, kasih serupa yang disediakan Allah bagi mereka. Mereka perlu mendengar orang tua berkata, "Kami mengasihi kamu; kami benar-benar mengasihimu; kami akan selalu mengasihimu" dan tidak meragukan bahwa tidak ada suatu hal pun yang dapat mengubah komitmen kasih tersebut. Dalam setiap tahapan, kata-kata penguatan sangatlah penting. Dalam proses pertumbuhan dan bahkan ketika telah dewasa, anak-anak memerlukan kata-kata penguatan. Mereka perlu tahu bahwa ayah ibunya mengagumi mereka. Semakin nakal mereka, semakin mereka perlu mengetahui bahwa perasaan Anda sepenuhnya terhadap mereka positif. Itulah bagaimana Allah Bapa yang di surga memperlakukan kita! Ia memandang kita melalui Kristus yang sudah menebus dosa kita. Ia berkata, "Aku telah menyediakan anak-Ku sebagai kebenaranmu dan Aku melihatmu sebagai manusia sempurna di dalam Dia." Maka kita mendapat dorongan untuk terus bertumbuh menjadi seperti yang dikatakan-Nya. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul majalah: Tampil, Tahun II, No 4 - 1996 Judul artikel: Tiga Hal yang Dibutuhkan Anak-Anak Penulis: KL/Yan A Penerbit: Lembaga Pelayanan Kristen Indonesia (LEPKI), Jakarta 1996 Halaman: 50 ______________________________________________________________________ - WAWASAN WANITA MENOLONG ANAK BERTUMBUH DALAM DAMAI SEJAHTERA Tema tulisan ini saya ambil dari kata-kata seorang gubernur dalam menanggapi peristiwa pembunuhan atas seorang gadis kecil di kotanya. "Pelakunya sudah tertangkap dan kasusnya pun sudah hampir selesai, namun peristiwa ini masih terasa begitu menggemparkan, terutama karena penyebab kematian gadis kecil yang lucu itu adalah penganiayaan yang dilakukan secara keji dan juga proses penangkapan pembunuhnya yang berliku-liku." Imbauan gubernur itu dimaksudkan agar anak-anak kita yang lucu dapat terhindar dari ketakutan, supaya mereka memiliki masa kanak-kanak yang bahagia dan tumbuh dalam damai sejahtera. Sebab jika anak-anak kita tumbuh dalam lingkungan yang tidak tentram dan tenang, bagaimana keluarga kita dapat bahagia di kemudian hari? Bagaimana masyarakat dapat tentram di kemudian hari? Saya pribadi berpendapat bahwa lingkungan masyarakat yang baik saja tidak cukup untuk membuat anak-anak dapat tumbuh dengan damai sejahtera. Hati anak dapat penuh dengan damai sejahtera jika didukung juga dengan terciptanya lingkungan keluarga yang baik. 1. Menciptakan Keluarga yang Rukun Jika orang tua sering bertengkar, mustahil rasanya anak dapat merasakan damai sejahtera. Meskipun pertengkaran itu dilakukan tidak di depan anak-anak, dengan perasaan mereka yang masih begitu peka, mereka tetap dapat merasakan ketegangan di antara kedua orang tuanya. Suasana demikian dapat membuat mereka gelisah. Yang terbaik bagi orang tua adalah saling memaafkan, mengubah kebencian menjadi saling mengasihi. Maka seisi keluarga akan berada dalam damai sejahtera. 2. Tidak Memanjakan Anak "Wahai engkau tanah, kalau rajamu seorang kanak-kanak, dan pemimpin-pemimpinmu pagi-pagi sudah makan!" (Pengkhotbah 10:16) Bila kita membiarkan anak-anak menjadi raja sejak mereka masih kecil, hal tersebut akan menjadi sebuah malapetaka. Hal ini dapat terjadi karena banyak orang tua yang salah mengartikan maksud dari membiarkan anak tumbuh dalam damai. Mereka mengira bahwa membiarkan anak tumbuh dalam damai sama dengan memanjakan dan menuruti semua permintaan anak. Namun yang terjadi adalah kekacauan. Orang tua akhirnya kehilangan posisinya sebagai orang tua, anak-anaknya menjadi anak yang tidak tahu aturan, kehidupannya berantakan, hati dan jiwanya kacau balau. Mungkinkah ada damai dalam keluarga yang demikian? Sungguh ironis bahwa kasih orang tualah yang mencelakakan anaknya. Anak yang sejak kecil tidak pernah mengenal kata tidak, biasanya setelah dewasa pun akan terus berbuat seenaknya, dan tidak jarang menjadi pembuat onar di lingkungan sekitarnya. Tapi bila sejak kecil anak telah dibiasakan untuk belajar memikul kuk, hasilnya akan sangat baik. Jika mereka berlaku bodoh dan kurang berhikmat, maka saat mereka meminta suatu yang tidak sepantasnya mereka terima karena perbuatan mereka itu, hendaklah orang tua bersikap teguh pada pendiriannya. Setiap kali anak melakukan perbuatan yang salah, hendaklah segera dikoreksi. Hanya dengan demikian anak dapat bertumbuh dalam damai. 3. Menghargai Anak "Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Tetapi Yesus berkata: `Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku....`" (Matius 19:13-14). Mengapa murid-murid memarahi orang-orang itu? Mungkin karena mereka menganggap bahwa anak-anak tidak tahu apa-apa, tidak patut menyusahkan Yesus. Kita pun sering bertindak demikian. Meskipun kadangkala kita mendahulukan anak dengan selalu mengikuti kemauannya, kadangkala kita juga meremehkan mereka, menganggap mereka tidak tahu apa-apa. Padahal sesungguhnya anak memunyai pengamatan yang tajam dan daya tiru yang kuat. Bila kita mengharapkan anak bersikap sopan dan dapat mengekang diri, kita haruslah memberikan contoh terlebih dahulu. Mungkin kita sendiri tidak menyadarinya, tetapi anak-anak sering kali menemukan bahwa ketika orang tua-orang tua mereka bertemu dan saling menyapa, biasanya mereka pasti diabaikan. Sebab Tuhan Yesus sendiri berkata: "Biarkanlah anak-anak datang kepadaKu", sepatutnya kita juga menyambut dan menghargai mereka. Dengan demikian, anak-anak akan merasakan bahwa keberadaan mereka sangat bernilai, sehingga dapat bertumbuh dalam damai. Diambil dan disunting dari: Judul buletin: Warta Sejati, Edisi 27/November - Desember 2001 Judul artikel: Biarkan Anak-Anak Kita Tumbuh dalam Damai Sejahtera Penulis : LSC Penerbit: Departeman Literatur Gereja Yesus Sejati Pusat Indonesia, Jakarta Halaman: 25 -- 26 ______________________________________________________________________ - POKOK DOA 1. Berdoa agar Tuhan memampukan setiap orang tua dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya, sehingga setiap anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang dewasa dan mandiri. 2. Doakan juga agar setiap orang tua menekankan dan mengajarkan takut akan Tuhan sejak anak-anak mereka masih kecil, sehingga ketika anak-anak ini memasuki usia dewasa, mereka memiliki bekal yang cukup untuk mengarungi kehidupan mereka. ______________________________________________________________________ - STOP PRESS SITUS ALKITAB SABDA: TEKNOLOGI UNTUK BELAJAR ALKITAB Apakah Anda ingin menggali ayat-ayat firman Tuhan dengan teliti dan mendalam? Atau, apakah Anda ingin mempelajari Alkitab secara bertanggung jawab namun Anda tidak memiliki bahan-bahan dan alat-alat biblika yang lengkap? Telah hadir, SABDA Alkitab, sebuah situs Alkitab multiversi dan multibahasa yang berisi bahan-bahan biblika seperti Tafsiran Alkitab, Catatan Kaki, Referensi Silang, Kamus Alkitab, dan Sistem Studi Peta dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Tidak hanya itu, terdapat pula bahan-bahan pendukung lain seperti Sistem Studi Kata, Gambar Ilustrasi, Himne, Artikel Teologi, Ilustrasi Khotbah, Alkitab Audio, dan sebagainya. Keseluruhan bahan tersebut telah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat terintegrasi dalam sebuah sistem komputasi biblika (biblical computation system) dan menjadi alat bantu yang luar biasa untuk mempelajari dan mendalami Alkitab secara bertanggung jawab. Mempelajari Alkitab adalah tanggung jawab setiap orang percaya. Jadi, sudah saatnya kita meninggalkan alasan-alasan untuk tidak melakukannya. Segeralah kunjungi situs SABDA Alkitab ini di alamat: ==> http://alkitab.sabda.org Sampaikan pula kabar gembira ini kepada rekan-rekan Anda! (Jika dalam kunjungan ke situs SABDA Alkitab Anda menemukan adanya kerusakan, masalah, kesulitan, atau ingin memberikan saran, silakan melaporkan ke "Laporan Masalah/Saran" yang tersedia di bagian bawah setiap halaman situs SABDA Alkitab ini.) ______________________________________________________________________ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan kepada redaksi: < wanita(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-wanita(at)hub.xc.org > ______________________________________________________________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Berlangganan via email: < subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org > Berhenti berlangganan < unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org > Arsip e-Wanita: http://www.sabda.org/publikasi/e-wanita Facebook e-Wanita: http://fb.sabda.org/wanita Twitter e-Wanita: http://twitter.com/sabdawanita ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti Staf Redaksi: Truly Almendo Pasaribu Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright (c) 2010 e-Wanita / YLSA -- http://www.ylsa.org Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ________________MILIS PUBLIKASI WANITA KRISTEN INDONESIA______________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |