Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/49 |
|
e-Wanita edisi 49 (2-12-2010)
|
|
____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________ TOPIK: Sukacita Natal Edisi 49/Desember 2010 ______________________________________________________________________ MENU SAJI - SUARA WANITA - RENUNGAN WANITA: Semangat Natal: Merayakan Pemberian Kasih Allah - DUNIA WANITA: Lagu Kesukaan Bagi Dunia - WAWASAN WANITA: Buat Ucapan Terima Kasih yang Bermakna - POTRET WANITA: Perempuan Sunem -- Wanita dalam Alkitab ______________________________________________________________________ - SUARA WANITA Shalom, Natal disambut meriah oleh masyarakat di berbagai penjuru dunia. Dengan penuh sukacita orang-orang Kristen berkumpul, menghias pohon Natal, menyiapkan hidangan istimewa dan bertukar kado. Anak-anak kecil pun tersenyum lebar saat menerima kado-kado Natal mereka. Akan tetapi, kita tahu bahwa sukacita Natal tidak hanya terletak baik pada hiasan Natal maupun kado saja. Elisabet dalam Perjanjian Baru menyadari sukacita Natal yang sesungguhnya. Dia menyambut Maria dengan Bayi yang dikandungnya dengan sorak-sorai karena dia tahu janji Allah akan sang Penyelamat akan digenapi (Lukas 1:41-45)! Pada edisi e-Wanita kali ini, kami mengajak Sahabat Wanita untuk merenungkan sejenak apa sebenarnya sukacita Natal itu. Simak juga sebuah kisah menginspirasi di balik lagu "Joy to The World". Kami juga menyajikan kisah "Perempuan Sunem" dalam kolom Potret Wanita. Kiranya sajian kami dapat melengkapi semangat Natal Sahabat Wanita. Selamat membaca. Staf Redaksi e-Wanita, Truly Almendo Pasaribu http://wanita.sabda.org http://fb.sabda.org/wanita ______________________________________________________________________ Pemberian kudus yang bermakna, kemenyan mengungkapkan Allah mereka. emas menyingkapkan Raja segala raja, dan mur menunjukkan jasad-Nya. -Prudentius- ______________________________________________________________________ - RENUNGAN WANITA SEMANGAT NATAL: MERAYAKAN PEMBERIAN KASIH ALLAH Suasana Natal sudah terasa di mana-mana. Baik di gereja, juga di mal. Lampu-lampu Natal dan hiasan-hiasannya mulai terpasang dan terpajang. Kumandang lagu-lagu Natal pun semakin bisa terdengar kalau kita berjalan di sepanjang koridor toko-toko di pusat perbelanjaan modern. Itukah semangat Natal? Beberapa waktu lalu saya menonton film yang mencoba mengangkat cerita klasik karya Charles Dicken "A Christmas Carol", ke alam modern. Kisah ini menampilkan sosok Scrooge yang membenci Natal karena hanya menghambur-hamburkan uang. Melalui serangkaian mimpi yang dialaminya -- ia dibawa ke masa lalunya, berpindah ke masa sekarang, dan akhirnya ke saat kematiannya -- ia disadarkan telah kehilangan hal berharga selama ini, yaitu semangat Natal untuk memberi dan berbagi dengan keluarganya (keponakannya) dan dengan orang-orang lain. Jadi semangat Natal adalah berbagi dan memberi? Sayang sekali kisah yang mengharukan tadi hanya memberikan kulit luar dari semangat Natal sesungguhnya. Semangat berbagi dan memberi bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, bahkan pada siapa saja, tanpa penghayatan yang sungguh-sungguh akan pemberian terbesar sepanjang sejarah dan yang memberikan dampak kekekalan. Semangat berbagi dan memberi bisa terjadi karena motivasi mendapatkan keuntungan balik bagi yang memberi dan berbagi. Namun semangat Natal bukan sekadar berbagi dan memberi. Semangat Natal sesungguhnya adalah semangat Kasih yang mengurbankan diri demi kebaikan orang lain. Semangat itu bukan semangat manusiawi melainkan semangat ilahi, semangat yang dilandaskan pada kasih ilahi. Semangat Natal nyata lewat pengurbanan terbesar Bapa dengan memberikan Anak-Nya yang tunggal bagi keselamatan isi dunia ini. Pemberian Bapa adalah pemberian kurban. Bukan hanya memberikan Anak-Nya untuk manusia; Anak-Nya sendiri mengurbankan diri-Nya untuk memberi kehidupan kepada orang berdosa. Mengapa Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal, yang terkasih buat kita? Karena Ia menganggap kita juga sebagai umat-Nya yang terkasih. Pada masa Perjanjian Lama, Allah begitu mengasihi dunia ini sehingga Ia memberikan anak-Nya, umat Israel, untuk menjadi terang keselamatan bagi bangsa-bangsa lain. Umat Israel disebut harta kesayangan Allah. Namun, keberadaan umat kesayangan Allah itu adalah untuk menyatakan kasih Allah juga kepada bangsa-bangsa lain. Itulah fungsi Israel sebagai model bangsa yang kudus dan kerajaan imamat untuk membawa bangsa-bangsa lain menyembah satu-satunya Allah sejati. Allah mengasihi Anda, sama seperti Dia mengasihi Anak-Nya sedemikian sehingga Ia rela mengurbankan Anak-Nya demi Anda dan saya diperdamaikan kepada-Nya. Inilah yang kita rayakan pada hari Natal. Kasih yang bukan hanya nyata pada satu waktu 2000 tahun yang lalu, tetapi yang meluas sepanjang kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus di dunia ini. Tetapi kasih itu tidak berhenti di sini. Kasih Allah adalah kasih yang terus menerus merengkuh manusia sepanjang zaman. Semangat Natal dilandasi oleh pemberian Allah yang bukan pemberian berefek satu kali melainkan berefek kekal bagi yang menerimanya. Efek kekal itu adalah pengampunan dosa, pelepasan dari kematian rohani, dan kekekalan hidup sebagai anak-anak-Nya. Saat kita memberi kado kepada kekasih kita, atau keluarga terdekat, atau teman terkarib, yang kita berikan apa pun itu selalu memiliki masa kedaluwarsa. Makanan paling tahan beberapa hari atau minggu. Pakaian mungkin lebih panjang umurnya, demikian juga dengan buku, peralatan rumah tangga, dst.. Bahkan ketika kita memberi perhiasan, rumah, tabungan, dan banyak lagi harta yang memiliki masa pakai yang sangat panjang, tetap saja tidak selama-lamanya. Apa yang menyebabkan pemberian itu menjadi begitu berharga? Karena di balik pemberian itu ada kasih. Kasih yang menyertai atau yang menggerakkan pemberian itu jauh lebih panjang bahkan ketika pemberian itu sendiri sudah tidak ada. Demikian kenang-kenangan dari pemberian manusia. Namun, kasih Allah dan pemberian-Nya karena kasih itu, kedua-duanya kekal. Dia tidak pernah berhenti mengasihi anak-anak-Nya, dan pemberian-Nya memastikan setiap anak-Nya akan merasakan dan menikmati kasih-Nya secara kekal. Kristus adalah pernyataan kasih Allah, sekaligus pemberian Allah sebagai kepastian kita menikmati kasih kekal-Nya. Adakah yang lebih besar dan dahsyat daripada kasih seperti ini. Semangat Natal sejati tidak pernah berakhir. Semangat Natal adalah berbagi dengan semua orang akan kasih dan pemberian Allah bagi umat manusia. Natal bukan hanya milik orang Kristen karena Kristus datang ke dalam dunia untuk semua manusia, tidak membedakan latar belakang, budaya, bangsa, dan bahasa, bahkan status sosial. Natal pertama dirayakan oleh sejumlah kecil gembala Efrata bersama dengan para malaikat di surga. Natal kedua mungkin oleh para majus, raja-raja dari Timur yang merayakannya bersama dengan tanda bintang yang bersinar terang. Natal harus dirayakan bukan dengan sikap eksklusif, tetapi dengan mengundang setiap orang masuk dalam anugerah keselamatan Allah. Natal menjadi kesempatan buat setiap Kristen berbagi Kristus kepada tetangganya. Natal menjadi peluang buat setiap anak Tuhan melayani sesama, termasuk mereka yang tersisih dan dipandang sebelah mata oleh orang dunia, dan juga mereka yang berada di lembah kenistaan dan dosa. Natal adalah merayakan Pemberian Kasih Allah. Entah sudah kali ke berapa Anda dan saya merayakan Natal. Entah masih ada berapa kalikah kesempatan Anda dan saya merayakan Natal. Jangan-jangan, tahun ini yang terakhir! Kalau tahun ini adalah perayaan Natal Anda yang terakhir, bagaimana Anda akan merayakan Natal? Apakah sekadar bertukar hadiah, beramal sedekah kepada mereka yang kekurangan, atau membagikan Kristus, hadiah terbesar, dengan efek kekal untuk semua orang tanpa memandang bulu? Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buletin: PARTNER, Tahun XXIII, Edisi 6, 2009 Penulis: Hans Wuysang Penerbit: Yayasan Pancar & Pijar Alkitab Halaman: 1 -- 2 dan 15 ______________________________________________________________________ - DUNIA WANITA LAGU KESUKAAN BAGI DUNIA Dari tahun 1712 sampai dengan tahun 1748, kota London adalah tempat kediaman dua orang pria yang terkenal semasa hidupnya, dan yang masih tetap terkenal sampai sekarang. Mereka adalah Isaac Watts dan George F. Handel. Kedua orang itu hidup melajang. Dalam Westminster Abbey, yaitu gereja kenegaraan di Britania Raya, terdapat ukiran yang mengingatkan orang-orang akan mereka. Walau ada sekian banyak kesamaan dalam kisah hidup kedua warga kota London itu, mereka akan heran seandainya mengetahui bahwa hasil karya mereka berdua akan terpadu menjadi salah satu lagu Natal yang paling disukai di seluruh dunia. Mengapa mereka akan heran? Bagaimana hasil karya mereka berdua terpadu menjadi satu? Pertanyan-pertanyaan itulah yang akan dijawab dalam kisah di bawah ini. Saduran Mazmur Apakah umat Kristen biasa menyanyikan mazmur pada hari Natal? Tidak, bukan? Memang ada aliran gereja yang masih berpendapat bahwa sumber utama nyanyian rohani hanyalah Kitab Mazmur. Dalam gereja seperti itu, syair-syair rohani dari zaman Perjanjian Lama dianggap kurang cocok untuk perayaan kelahiran sang Juru Selamat. Walaupun demikian, hampir semua aliran gereja -- yang mengutamakan nyanyian mazmur maupun yang tidak -- sudah biasa menyanyikan mazmur pada hari Natal. Mengapa? Karena lagu Natal karangan Isaac Watts yang kita bahas saat ini adalah saduran Mazmur pasal 98. Pada masa hidup Isaac Watts, kebanyakan gereja di negara Inggris sangat terikat pada Kitab Mazmur. Lagu-lagu rohani yang lain tidak diterima. Sayang sekali, terjemahan Kitab Mazmur yang dipakai pada masa itu kurang baik. Tidak mengherankan jika nyanyian jemaat pada masa itu kurang bersemangat! Isaac Watts berusaha memperbaiki keadaan itu melalui dua cara yang berbeda. Ia mengarang banyak nyanyian pujian yang hingga kini masih terdengar di seluruh dunia. Ia juga menggarap kembali isi Kitab Mazmur. "Mengapa kita harus menyanyikan nama-nama tempat di tanah Palestina yang belum pernah kita lihat?" tanya Dr. Watts. "Mengapa kita harus menyanyi tentang busur dan panah, tentang perang dengan tombak dan pedang? Mengapa Raja Daud, pengarang utama Kitab Mazmur, tidak boleh diajak bicara seperti orang masa kini?" Justru itulah yang dilakukan oleh Isaac Watts. Pada tahun 1719 ia menerbitkan koleksi lagu rohani yang berjudul: Mazmur Daud dalam Bahasa Perjanjian Baru dan Diterapkan Pada Keadaan dan Kebaktian Umat Kristen. Di antara syair-syair lagu itu ada yang sudah menjadi lagu pilihan umat Kristen di seluruh dunia. Salah satu di antaranya adalah sebuah lagu Natal yang penuh sukacita. Lagu itu digubah berdasarkan Mazmur 98:4-9. Si Gemuk dari Jerman Pria yang satunya lagi, yang juga tinggal di kota London pada masa Dr. Watts menjadi seorang pendeta dan sastrawan ternama, bernama George F. Handel; ia lahir pada tahun 1685 dan meninggal pada tahun 1759. Seperti Isaac Watts, George F. Handel juga akan heran seandainya ia tahu bahwa hasil karya mereka berdua di kemudian hari akan terpadu menjadi sebuah lagu yang sangat indah dan yang akan tetap mengalun pada setiap hari Natal. George Handel lahir di negeri Jerman; ibunya putri seorang pendeta. Sejak kecil ia sudah diajarkan isi Alkitab. Oleh ayahnya, George dilarang belajar musik. Tetapi bakat musiknya begitu mendarah daging sehingga tidak mungkin dapat terus dipendam. Ia sering bangun tengah malam, lalu memainkan piano kecil -- pelan-pelan -- agar ayahnya tidak terjaga. Akhirnya orang-orang mengetahui bahwa George Handel memunyai bakat musik yang cemerlang. Mereka membujuk sang ayah supaya rela menerima bakat bocah kecil itu. Pada umur sebelas tahun, George Handel sudah mulai mengarang musik. Ia belajar dari guru-guru besar di Jerman dan di Italia. Setelah merantau beberapa tahun di Italia dan berkeliling dari negara yang satu ke negara yang lain, akhirnya ia menetap di Inggris. Pada waktu itu ia berumur 27 tahun. Banyak orang Inggris tidak begitu menyukai George Handel. Badannya besar -- ia memang gemar makan makanan yang lezat --, pakaiannya agak mentereng, suaranya keras, logat Jermannya begitu khas. Ia sering marah-marah kepada orang-orang yang berbantah-bantahan dengannya. Tidak mengherankan kalau kebanyakan anggota gereja di Inggris tidak memandang dia sebagai teladan seorang Kristen. Ia hanya dihormati sebagai musikus besar. Tetapi sesungguhnya di balik penampilan luarnya yang agak kurang menyenangkan itu, ia seorang pengikut Kristus yang saleh dan setia. Musik Surgawi Setelah membuat banyak opera (drama dengan musik) dan berbagai karangan lainnya, George F. Handel mulai menulis oratorium (kantata agung, atau gubahan musik berdasarkan isi Alkitab). Seorang pemimpin Kristen pernah menawarkan Handel susunan ayat untuk diterapkan pada musik karangannya. Handel menolak tawaran itu dengan ucapan yang cukup tajam. "Saya tahu isi Kitab Suci; saya sanggup memilih sendiri ayat-ayat yang cocok!" Oratorium hasil G.F. Handel dengan judul "Ratu Ester, Raja Saul, dan Bangsa Israel di Mesir" dipentaskan di teater umum, bukan di gereja. Itulah sebabnya banyak orang Kristen menentang pertunjukan-pertunjukan itu. "Tidak pantas kalau isi firman Tuhan dipentaskan di atas panggung," keluh mereka. Lalu mereka sengaja menjadwalkan kegiatan gereja pada hari dan jam yang sama dengan pertunjukan oratorium karangan George Handel. Karangan Handel yang terbesar, oratorium Mesias, diciptakannya dalam waktu 24 hari saja. Selama hari-hari itu ia sering lupa makan dan lupa tidur. Selama itu juga ia tidak keluar dari rumahnya, satu kali pun tidak. Pernah ada seorang pelayan rumah tangga yang membawakan makanan baginya. Ia melihat komponis yang berbadan besar itu berjalan kian ke mari di kamarnya. Saat itu George Handel sedang berseru, "Haleluya! Haleluya!" sambil berurai air mata. Di kemudian hari, musikus itu bersaksi: "Rasanya seluruh isi surga terbentang di depan mata saya, dan saya melihat Yang Mahabesar!" Tetapi G.F. Handel sudah mendapat "pelajaran" dari pengalamannya yang sudah-sudah. Ia tidak mau menimbulkan permusuhan lagi dengan umat Kristen. Maka ia memutuskan untuk tidak mementaskan oratorium Mesias di kota London. Naskah musik yang tebal itu hanya disimpan saja di laci meja tulisnya. Pada tahun 1724 George Handel mendapat kesempatan untuk pergi ke Dublin, ibu kota Irlandia. Di sanalah oratorium Mesias dipanggungkan untuk yang pertama kalinya. Dari sana pulalah oratorium yang paling agung itu berkeliling mengitari bola bumi. Siapakah yang belum pernah mendengar lagu "Haleluya!" yang sangat terkenal itu, atau gubahan lainnya dari oratorium Mesias? Sebagai seorang musikus Kristen yang sungguh-sungguh mempersembahkan bakatnya kepada Tuhan, sikap hati George F. Handel tercermin melalui suatu peristiwa yang terjadi beberapa tahun kemudian -- setelah oratorium Mesias menjadi tenar: Seorang bangsawan Inggris mengucapkan selamat kepada George Handel atas "hiburan" yang diberikannya kepada hadirin melalui pementasan oratorium itu. Jawab G.F. Handel, "Pak, saya menyesal kalau hanya menghibur mereka saja; maksud tujuan saya ialah menjadikan mereka orang-orang yang lebih baik." Menjelang akhir hidupnya, George F. Handel menjadi buta. Namun ia masih sanggup memainkan orgel dan memimpin konser. Sesuai dengan doa permohonannya, ia meninggal pada hari Jumat Agung tahun 1759, "supaya saya dapat bertemu dengan Tuhan dan Juru Selamat saya tepat pada hari kebangkitan-Nya," demikianlah kata-kata George Handel menjelang akhir hidupnya. Baru Dipadukan Satu Abad Kemudian Pada tahun 1836, hampir satu abad sejak George F. Handel maupun Isaac Watts meninggal, seorang musikus Amerika bernama Lowell Mason (1792-1872) memadukan hasil karya mereka berdua sehingga menjadi lagu "Kesukaan Bagi Dunia" yang kita kenal sekarang. Lowell Mason adalah seorang yang giat sekali mengarang, juga giat menyusun kembali lagu-lagu karangan orang lain. Dua bagian oratorium Mesias karangan George F. Handel rupanya disatukan oleh Lowell Mason sehingga menjadi melodi yang diterapkan pada "saduran" Mazmur 98 karangan Isaac Watts. Nyanyian itulah yang selalu terdengar pada setiap hari Natal: lagu "Kesukaan Bagi Dunia". Pada masa hidupnya, Isaac Watts mungkin termasuk orang Kristen yang tidak begitu setuju kalau musik yang bertemakan Alkitab dipentaskan di teater umum. Tetapi Tuhanlah yang tahu hati manusia. Tentu saja, Isaac Watts dan George F. Handel akan merasa senang seandainya dapat mendengar hasil karya mereka berdua berkumandang dari tahun ke tahun saat umat Kristen merayakan kedatangan sang Juru Selamat. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Kisah Nyata di Balik Lagu Pilihan Judul artikel: Lagu Sukacita Seluruh Dunia Penulis: Tidak dicantumkan Penerbit: Lembaga Literatur Baptis, Jakarta 2007 Halaman: 357 -- 363 ______________________________________________________________________ - WAWASAN WANITA BUAT UCAPAN TERIMA KASIH YANG BERMAKNA Saya kira orang-orang majus itu tidak tahu arti simbolis di balik persembahan mereka. Hal yang mereka ketahui dengan jelas adalah mereka membawa hadiah yang bernilai tinggi -- emas, kemenyan, dan mur adalah harta yang langka di dunia kuno. Itu adalah hadiah yang patut dipersembahkan pada seorang raja, yang memang dicari orang-orang majus itu. Namun kita tidak tahu, apakah selain membawa hadiah, orang-orang majus juga datang untuk menyembah raja rohani (dengan emas), imam (dengan kemenyan untuk penyembahan), atau nabi (dengan mur, rempah-rempah untuk membalsam jenazah). Sebagai orang asing, Yesus jelas tidak akan menjadi nabi, imam, atau raja mereka pada saat itu, seandainya pun mereka menyadari sifat-sifat ini sebagai hal yang pasti dalam hidup-Nya! Hadiah yang Anda terima, sampai batas tertentu, mungkin mengandung arti bagi Anda yang lebih daripada yang dimaksudkan pemberinya. Merupakan kejutan yang menyenangkan bagi pemberi hadiah ketika Anda melihat arti "tersembunyi" itu dan mengetahuinya lewat kartu ucapan terima kasih. 1. Apakah ada teman atau kerabat yang memberi Anda hadiah minyak wangi atau produk pribadi dengan aroma harum lainnya? "Persahabatan denganmu adalah keharuman yang manis dalam hidup saya. Terima kasih untuk hadiah ini yang mengingatkan saya pada hal itu!", 2. Apakah Anda menerima hadiah yang praktis dan indah untuk rumah Anda? "Terima kasih kau telah membantu saya membuat rumah saya menjadi tempat yang menyenangkan.", 3. Apakah Anda menerima sesuatu yang hidup, misalnya tanaman atau hewan peliharaan? "Kehidupan itu berharga dalam tiap bentuknya, dan hidupmu jelas sangat berharga bagi saya. Terima kasih untuk kehadiranmu dalam hidup saya." Dengan mencari dimensi lain dari sebuah hadiah, Anda mengalihkan perhatian Anda sendiri, begitu juga perhatian sang pemberi hadiah, kembali pada kenyataan bahwa di balik semua pertunjukan dan kegiatan luar pada musim Natal, persahabatan adalah harta yang tidak ternilai. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul asli: 52 Simple Ways to Make Christmas Special Judul terjemahan: 52 Cara Sederhana Membuat Natal Menjadi Istimewa Penulis: Jan Dargatz Penerjemah: Esther S. Mandjani Penerbit: Inter Aksara Halaman: 165 -- 167 ______________________________________________________________________ - POTRET WANITA PEREMPUAN SUNEM -- WANITA DALAM ALKITAB 2 Raja-Raja 4:8-37 Perempuan Sunem adalah wanita yang kaya dan dihormati di tengah-tengah masyarakat. Demikian Alkitab menggambarkannya. Kita melihat seorang pemimpin dalam Debora, kita melihat wanita pendoa dalam Hana, kita melihat wanita pintar dalam Abigail, dan kita melihat wanita yang kaya dan dihormati di tengah-tengah masyarakat dalam perempuan Sunem. Ini memberikan gambaran yang benar tentang pandangan Alkitab terhadap wanita. Perempuan Sunem adalah wanita yang baik hati. Rahasia untuk menerima berkat dari Allah adalah dengan menjaga hati dengan benar, penuh kasih dan lepas dari kepahitan. Perempuan Sunem menggunakan kebaikan dan kekayaannya untuk menghibur nabi (2 Raja-Raja 4:8-10). Karena kebaikannya, Dia diberkati seorang anak. Peristiwa tersebut sesuai dengan janji Allah (Matius 10:41) Perempuan Sunem memunyai tiga kualitas yang penting untuk setiap wanita Allah: * kepuasan, * kebaikan hati (belas kasihan), * ketabahan. Kehidupan perempuan Sunem mengajarkan pelajaran-pelajaran berharga tentang ketiga kualitas penting ini. Kepuasan (1 Timotius 6:1-10) Ketika Elisa menanyakan perempuan Sunem itu apa yang bisa dia lakukan untuknya. Dia menyatakan bahwa sebenarnya dia sudah bahagia dengan apa yang dimilikinya (2 Raja-Raja 4:11-13). Dia adalah wanita yang kaya dan mempunyai banyak alasan untuk bersukacita. Kita semua selalu memunyai hal-hal yang dapat kita syukuri kepada Allah. Fokuslah pada segala sesuatu yang baik yang telah dianugerahkan Allah kepada Anda. Ini merupakan rahasia dari hati yang bahagia dan penuh ucapan syukur. Hati perempuan Sunem yang penuh rasa syukur dan rasa terima kasih membuka pintu kepada banyak berkat di kehidupannya. Apakah Anda hidup dengan rasa syukur? Dengan bersyukur atas apa yang telah Allah berikan kepadanya, alih-alih mencemaskan tentang hal-hal yang tidak dia miliki, perempuan Sunem dapat puas menikmati berkat-berkat saat ini dan menerima lebih banyak. Kebaikan Hati dan Hati yang Berbelas Kasih (Roma 5:5) Kasih Allah berbeda dengan cinta yang dibicarakan di dunia ini. Kasih Allah di hati kita mendorong kita untuk melakukan pekerjaan Allah. Mencintai Allah berarti menyediakan tempat bagi pekerjaan dan umat-Nya. Kebaikan perempuan Sunem membantu pelayanan Elisa. Bahkan Yesus dibantu oleh wanita-wanita yang melayani-Nya (Roma 8:2:3). Bagaimana Anda mengizinkan kasih yang telah Allah tanamkan dalam hati Anda untuk membantu pekerjaan dan umat-Nya. Wanita-wanita senantiasa memunyai tempat istimewa untuk melayani Kristus dan tubuh-Nya. Dengan mencurahkan kasihnya kepada nabi Allah, perempuan Sunem menerima berkat yang bahkan tidak dia minta. Ketabahan (Lukas 18:1-6) Setan dan pengikutnya akan selalu mencoba mencuri berkat Allah kepada Anda. Ini adalah tugas pribadinya (Yohanes 10:10). Jangan mau menerima apa pun yang kurang dari apa yang Allah sudah berikan kepada Anda. Bacalah kisah tentang ketabahan wanita Sunem yang mengusahakan agar anaknya hidup kembali (2 Raja-Raja 4:8). Dia mempunyai ketabahan yang tidak dilemahkan oleh waktu. Wanita Allah memerlukan ketabahan. Akan tiba waktunya setan berusaha mencuri sesuatu yang Allah ingin anugerahkan kepada kita. Ini adalah waktu untuk bergantung pada firman Allah untuk melawan setan (Efesus 6:13). Roh Kudus dalam diri Anda akan menguatkan Anda untuk melakukannya, saat Anda menyiapkan hati Anda untuk bergantung pada firman Allah. (t/Uly) Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: The Living World Library Alamat URL: http://www.wordlibrary.co.uk/article.php?id=171&type=bible ______________________________________________________________________ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan kepada redaksi: < wanita(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-wanita(at)hub.xc.org > ______________________________________________________________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Berlangganan via email: < subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org > Berhenti berlangganan: < unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org > Arsip e-Wanita: http://www.sabda.org/publikasi/e-wanita Facebook e-Wanita: http://fb.sabda.org/wanita Twitter e-Wanita: http://twitter.com/sabdawanita ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti Staf Redaksi: Truly Almendo Pasaribu Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright (c) 2010 e-Wanita / YLSA -- http://www.ylsa.org Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ________________MILIS PUBLIKASI WANITA KRISTEN INDONESIA______________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |