Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/55 |
|
e-Wanita edisi 55 (3-3-2011)
|
|
_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________ TOPIK: Karya Salib Edisi 55/Maret 2011 MENU SAJI RENUNGAN WANITA: KEMENANGAN KASIH DUNIA WANITA: MISI KHUSUS KE SURGA Shalom, Kayu salib menggambarkan penderitaan Tuhan Yesus untuk menebus dosa manusia. Ini merupakan bukti kasih-Nya kepada manusia yang dikasihi-Nya. Sahabat wanita, Paskah merupakan salah satu hari terpenting untuk kita peringati sebagai hari pengorbanan Tuhan kita. Tanpa pengorbanan itu, kita tidak akan hidup merdeka seperti sekarang ini. Untuk itu, pergunakanlah kemerdekaan tersebut sebagai anugerah terbesar bagi hidup kita dan lakukanlah hal yang berkenan kepada Allah, yaitu menjadi saksi Kristus. Dalam edisi kali ini, kami memberikan beberapa artikel mengenai karya salib yang akan memberikan pelajaran berharga untuk kita. Kiranya Paskah memberikan kekuatan kepada kita untuk menang setiap hari. Selamat menyimak! Tuhan Yesus memberkati. Staf Redaksi e-Wanita, Fitri Nurhana < http://wanita.sabda.org/ > RENUNGAN WANITA: KEMENANGAN KASIH Biasanya ketika seseorang berbicara tentang kasih Kristus, segera pembicaraan itu akan diarahkan kepada kayu salib, karena di kayu salib itulah kasih Allah dinyatakan secara luar biasa dengan menyerahkan Anak Tunggal-Nya sebagai kurban untuk pengampunan dosa manusia. Di kayu salib itu pun, Anak Allah karena kasih-Nya rela tunduk dan taat kepada kehendak Bapa untuk menumpahkan darah, memecahkan tubuh, dan menyerahkan nyawanya demi keselamatan manusia. Kasih Kristus di kayu salib dikatakan sebagai kasih terbesar sepanjang sejarah. Kurban termahal, darah sang Anak Allah, dicurahkan bukan untuk sosok yang pantas menerimanya, melainkan untuk mereka yang justru telah menyebabkan Tuhan harus disalibkan. Seperti yang Paulus katakan, Dia telah mati bagi kita, ketika kita masih hidup di dalam dosa, tidak peduli dengan Dia, bahkan masih seteru, melawan dan memberontak terhadap-Nya. (Roma 5:6-10) Paulus juga berkata, untuk seorang yang baik, mungkin ada orang yang rela mati. Untuk orang yang benar, ada saja yang rela berkorban. Tetapi untuk orang jahat, pembunuh, pemerkosa, perampok, pembuat keonaran, dan berbagai penderitaan untuk manusia, siapakah yang rela mati? Karena itu, Kristus rela mati untuk mereka yang bahkan menyalibkan dan membunuh Dia. Bagi banyak orang, salib adalah bukti kasih yang sejati, terbesar, dan termulia. Namun, apakah kasih di kayu salib efektif untuk menyelamatkan manusia? Bukankah banyak orang yang mengatakan bahwa kayu salib adalah kebodohan? Apa gunanya mati seperti itu? Bagaimana mungkin kematian seperti itu membawa faedah bagi orang yang dikasihi-Nya? Bukankah kematian di kayu salib adalah kekalahan? Paulus menjelaskan dalam 1 Korintus 1:18-25 bahwa bagi manusia berdosa, kayu salib adalah kebodohan. Bagi orang Yahudi maupun bukan Yahudi, kayu salib bukan hal yang pantas diperhitungkan. Orang Yahudi mencari tanda. Mereka mencari Mesias yang gagah perkasa, pahlawan yang akan berjuang untuk mengalahkan dan mengusir penjajah Romawi dari tanah mereka. Mesias yang lemah lembut, bukanlah figur yang tepat untuk menjadi Juru Selamat mereka. Mereka tidak butuh Mesias seperti itu. Bagi orang bukan Yahudi, yang diwakili oleh kaum intelektual dari Yunani, salib adalah kebodohan karena tidak masuk akal. Mereka mencari hikmat manusia yang berpusatkan pada akal budi atau filsafat yang menjelaskan segala sesuatu. Mereka tidak bisa menerima alasan yang sederhana yaitu karena kasih Allah mengutus Anak-Nya untuk mati menebus dosa. Bagi mereka, keselamatan adalah masalah pengetahuan hikmat yang hanya di dapat melalui pemikiran mendalam yang filosofis mengenal arti dan hakikat kehidupan. Bagi manusia masa kini yang berpikiran praktis dan pragmatis, kasih kayu salib paling efektif hanya menggugah perasaan seseorang, yang kepadanya kasih itu ditujukan. Yesus mati untuk orang berdosa, lalu apakah kematian-Nya membuat orang tersebut menjadi tidak berdosa? Ya, kalau orang tersebut merespons kasih di kayu salib itu dengan keharuan yang sedemikian, sehingga ia bertekad untuk mengubah hidupnya dan tidak lagi mau mengecewakan orang yang sangat mengasihinya itu. Kasih seperti itu efektif hanya sebatas menggugah orang yang dikasihinya untuk berubah, tetapi belum tentu efektif untuk perubahan yang sejati atau permanen. Dongeng seperti ini mungkin membuat pemahaman di atas menjadi lebih jelas. keluarga katak, yang terdiri dari ibu dan anak tinggal di tepi sungai. Jika hujan deras, airnya meluap menggenangi batas bantaran sungai tersebut. Ibu katak itu sangat mengasihi anaknya. Ia selalu menasihati anaknya untuk kebaikannya. Namun, anak katak itu sangat nakal dan selalu membantah perkataan sang ibu. Kalau si ibu menyuruh anaknya untuk tidak bermain di pinggir sungai, anak itu sengaja bermain di sana. Akhirnya, si ibu sakit keras dan menjelang mati ia memanggil anaknya. Pesan terakhir ibu tersebut adalah agar saat ia mati, anaknya mengubur jenazahnya di tepi sungai. Ibu itu sengaja berbuat demikian, karena ia tahu anaknya akan melakukan hal yang berlawanan dengan pesannya. Namun, anak itu sangat terharu dan menyesal karena selama ibunya hidup, ia tidak pernah mematuhi nasihatnya. Maka ia bertekad kali ini, ia akan mendengarkan perintah ibunya. Maka ia pun menguburkan ibunya di tepi sungai. Kita patut bersyukur kepada Tuhan sebab kasih Kristus di kayu salib efektif bukan semata-mata menggugah kasih orang kepada-Nya, tetapi efektif dalam mengampuni dosa dan memberikan hidup kekal untuk setiap orang yang percaya pada karya kayu salib-Nya. Apa bukti keefektifan kasih kayu salib? Kebangkitan Kristus menjadi buktinya. Di kayu salib, Kristus mati untuk menebus dosa. Kebangkitan-Nya membuktikan dosa sudah dikalahkan. Di kayu salib, Kristus mati agar orang percaya beroleh hidup kekal. Kebangkitan-Nya membuktikan kuasa maut sudah dikalahkan. Di kayu salib, kasih Kristus dinyatakan untuk menyelamatkan manusia. Kebangkitan Kristus membuktikan karya kayu salib Kristus tidak sia-sia. Pengurbanan-Nya membuahkan keselamatan kekal untuk mereka yang menerima-Nya. Kasih-Nya tidak sia-sia! Bagaimana membuktikan bahwa kasih kayu salib tidak sia-sia untuk kita? Hiduplah sedemikian rupa sehingga kuasa kebangkitan-Nya nyata di dalam hidup kita. Nyatakanlah hidup yang sudah dimerdekakan dari dosa. Tunjukkanlah hidup yang memiliki pengharapan bahwa kelak akan dibangkitkan pada akhir zaman untuk menerima hidup kekal. Praktikkan kasih kepada sesama secara nyata dan konkret. Maka Tuhan tidak malu menyebut kita anak-anak-Nya, dan kita tidak malu menyatakan Kristus kepada orang lain. Diambil dari dan disunting seperlunya dari: Judul buletin: Partner, Tahun XXIII/Edisi 2/2009 Penulis: HW Penerbit: Yayasan Pancar Pijar Alkitab Halaman: 1 -- 2 DUNIA WANITA: MISI KHUSUS KE SURGA Ketika Maria berdiri di kubur yang kosong sambil menangis, Yesus berdiri di dekat situ. Anehnya, dia tidak mengenali-Nya. Apakah karena dia menangis terisak-isak sehingga pandangan matanya kabur; atau matanya `dihalangi" seperti mata kedua murid yang sedang berjalan ke Emaus dan tidak mengenalinya (Lukas 24:31). Kristus berpakaian sedemikian rupa sehingga dia tidak mengenalinya lagi? Maria mengira dia sedang berbicara dengan penunggu taman di kuburan milik Yusuf. Ada satu butir yang selalu menarik perhatian saya dalam cerita ini -- mengenai pakaian Yesus. Yesus disalibkan tanpa mengenakan selembar pakaian pun. Ini adalah salah satu bagian mempermalukan seseorang yang dihukum mati. Ketika Yusuf mengurus jasad-Nya, tidak ada pakaian yang Yesus kenakan. Yesus hanya dibalut dengan kain lenan (seperti mumi di mesir). Namun, pada hari kebangkitannya, kain kafan itu ditemukan Yohanes DI DALAM kubur Yesus. Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kafan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. Sedangkan kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kafan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung (Yohanes 20:5, 7). Namun, ketika Maria melihat Yesus, Dia sudah berpakaian. Dari mana dia mendapatkan pakaian itu? Kain itu bukanlah kain kematian yang ada di kuburan. Bukan juga yang dikenakan-Nya saat Dia dikuburkan. Hanya ada satu jawaban logis. Pakaian yang dikenakan Yesus diberikan oleh malaikat dari surga! Karena Yesus sekarang adalah Imam Besar kita, dia harus mengenakan pakaian khusus seperti para imam gereja yang harus mengenakan jubah khusus. Ingatlah apa yang diajarkan Kitab Suci, hal-hal surgawi harus disucikan oleh darah. Ketika Maria melihat Yesus, Yesus hendak pergi ke Surga untuk memenuhi upacara membasuh perkakas bait suci surgawi, sekali untuk selamanya! Oleh karena itu Dia berkata kepada Maria, "... `Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.`" (Yohanes 20:17) Yesus hendak kembali kepada Bapa di Surga. Seperti pendeta yang mengenakan empat jenis lenan pada Hari Perdamaian, saya yakin bahwa Yesus, Imam Besar kita yang baru ditunjuk, juga mengenakan celana, ikat pinggang, jubah, dan tutup kepala lenan. Dia mematuhi peraturan yang ada! Dia akan "pergi kepada Bapa-Nya" untuk memenuhi misinya memurnikan wadah pelayanan surgawi. Roh Kudus tidak hanya menyediakan pakaian, namun ketika Yesus Kristus berdarah saat dipukuli dan disalibkan, Roh Kudus mengumpulkan darahnya. Tampaknya kebenaran ini disimpangkan di Eropa ketika mereka mengarang kisah tentang Cawan Suci. Dalam cerita ini, Yusuf dari Arimatea berdiri di bawah salib Yesus dan menampung darah-Nya dengan cawan perjamuan yang pernah digunakan Yesus. Saat ini ada 6000 orang di Eropa yang menyatakan diri sebagai penjaga cawan suci. Ini adalah penyimpangan dari kebenaran yang diketahui oleh gereja mula-mula. Roh Kuduslah yang mengumpulkan darah Yesus di wadah, membawa wadah ini kembali ke surga, ke tempat yang kudus, dan menunggu Imam Besar datang dan menyelesaikan misi-Nya. Ibrani 9:11-12 dan 21-25, menggunakan perbandingan dua bait suci. Ayat-ayat ini dengan jelas menunjukkan apa yang dilakukan Yesus: Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, -- artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal (9:11-12). Paulus terus menjelaskan peristiwa Yesus membawa darah-Nya ke surga, dalam tulisannya: "Dan juga kemah dan semua alat untuk ibadah dipercikinya secara demikian dengan darah. Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan. Jadi, segala sesuatu yang melambangkan apa yang ada di sorga haruslah ditahirkan secara demikian, tetapi benda-benda sorgawi sendiri oleh persembahan-persembahan yang lebih baik daripada itu. Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita. Dan Ia bukan masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri. (Ibrani 9:21-25) Dia hanya perlu mengorbankan darahnya sekali saja. Yohanes tidak melihat tabir di bait suci surgawi karena tabir itu telah dibelah dua dalam bait suci Herodes. Tidak ada lagi halangan bagi jalan menuju Bapa. Darah adalah pengorbanan sempurna bagi kemanusiaan, seperti yang dilakukan oleh Imam Besar kita, yang telah menghapuskan penghalang antara Allah yang Kudus dan orang yang berdosa. Selain itu, karena darah Kristus tidak akan rusak serta tidak akan termakan waktu yang tidak berlaku di Surga, saya percaya bahwa walaupun sudah 2000 tahun yang lalu sejak peristiwa di Kalvari, dalam bait suci surgawi masih ada bahtera dan darah Kristus yang dipoleskan di tempat duduk pengampunan. Darah itu masih basah, segar, dan hidup sama seperti hari ketika darah itu dipercikkan oleh Imam Besar yang kekal. Saat kita memahaminya, kita akan mengerti bahwa kita hidup di zaman anugerah dan darah Kristus selalu menebus dosa kita. Darah Kristus telah membayar hak kita masuk ke hadirat Allah. Darah Kristus masih memunyai nilai kebangkitan, kekuatan hidup bagi mereka yang yakin dan memercayainya. Ketika kita tiba di surga dan berjalan ke dalam bait suci surgawi, kita akan melihat darah yang telah membawa kita ke bait suci ini. Kita akan menyaksikan darah yang telah menyelamatkan kita. Kita dapat melihat darah yang dibayarkan agar kita bisa mendapatkan baptisan Roh. Kita akan menyaksikan darah yang membebaskan orang dari kecanduan kokain, obat-obatan, dan prostitusi. Darah Yesus masih di sana, masih aktif dan masih hidup! Terpujilah Tuhan! Haleluya! Artinya ketika setan menyalahkan umat Allah (Wahyu 12:10), kasusnya ditolak karena dia tidak punya bukti! Sekarang, ketika Setan mengatakan kepada Bapa, "Saya telah memikat Perry Stone untuk berdosa melawan-Mu, jadi dia tidak punya hak untuk masuk ke kediaman kekal dalam surga yang penuh dengan kehadiran-Mu. Saya melihatnya sendiri dosa yang Engkau sebut Dosa-Mu. Di hadapan-Mu, saya menyalahkan-Nya dan menyatakan dia bersalah". Kemudian Imam Besar (Perantara kita) akan berkata kepada Bapa, "Pendakwa yang hebat ini salah, Bapa. Dosa yang dia lakukan telah ditebus. Dengan pengakuannya lewat kata-kata, Perry telah menerima pengampunan, dan ada darah yang Engkau terima sebagai bayaran akan dosanya. Jadi, dosanya bukanlah bukti untuk melawan-Nya!" Haleluya! Sudah lunas! Dosaku sudah lunas! (tUly) Diterjemahkan dari: Judul buku: The Priesthood and the Blood Judul asli artikel: A Special Misson Into Heaven Penulis: Perry Stone Penerbit: Voice of Evangelism Halaman Artikel: 25 -- 27 "Jangan Pernah Berhenti Untuk Meminta Hikmat Allah Sebab Hanya Dia-lah yang Pasti Menolong Anda" Kontak: < wanita(at)sabda.org > Redaksi: Novita Yuniarti, Fitri Nurhana (c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/wanita > Berlangganan:< subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |