Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/86 |
|
e-Wanita edisi 86 (21-6-2012)
|
|
_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________ TOPIK: Tanggung Jawab dalam Keuangan Edisi 86/Juni 2012 MENU SAJI DUNIA WANITA 1: KEBEBASAN DARI MASALAH KEUANGAN DUNIA WANITA 2: HIDUP YANG BERKELIMPAHAN Shalom, Bagaimanakah tanggung jawab orang Kristen terhadap berkat keuangan yang dipercayakan Tuhan kepadanya? Apakah hanya digunakan untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari? Temukan jawabannya dengan menyimak artikel yang telah kami persiapkan berikut. Tuhan memberkati. Pemimpin Redaksi e-Wanita, Novita Yuniarti < novita(at)in-christ.net > < http://wanita.sabda.org/ > DUNIA WANITA 1: KEBEBASAN DARI MASALAH KEUANGAN Berkat: Bukan Hanya Berkat Materi 2 Korintus 9:8 mengatakan bahwa "Allah sanggup untuk melimpahkan segala kasih karunia..." Allah sanggup melakukannya dalam hidup Anda. Satu hal yang harus Anda mengerti ialah bahwa Allah tidak dibatasi oleh apa yang membatasi manusia. Apabila Allah mengatakan "Aku akan memenuhi segala keperluanmu", Ia tidak memenuhi keperluanmu sesuai dengan apa yang Anda simpan di Bank sebagai "checking account". Ayat itu mengatakan "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu." Menurut apa? "Menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." Banyak hal seperti kasih, kedamaian, kesukaan, dan kepuasan tidak dapat Anda beli dengan uang. Kita suka menempatkan uang itu di tempat yang penting, namun ada hal-hal yang kita tidak bisa beli dengan uang. Bisa saja Anda menderita penyakit kanker yang tidak dapat disembuhkan, sedangkan Anda adalah seorang yang paling kaya di muka bumi ini. Anda memiliki banyak uang dan dapat membeli seluruh pengobatan yang terbaik yang Anda dapat peroleh, namun uang itu tidak dapat menyembuhkan Anda. Bergantung pada Bapa Ahli ekonomi mengatakan bahwa uang adalah suatu bahan pokok yang penting. Firman Allah mengatakan hal ini dalam Kitab Pengkhotbah. Namun, kita perlu melihat masalah ini dari segi yang lain dan mengerti bahwa seseorang tidak harus memunyai uang. Mungkin saja Anda hidup tanpa pernah punya uang, namun keperluan Anda selalu terpenuhi. Sesungguhnya, selama lima tahun pertama dari hidup Anda, Anda berada di bumi tanpa uang. Bukankah untuk memperoleh kebutuhannya, seorang bayi menggantungkan dirinya kepada orang lain? Bayangkan, jika Anda memunyai anak, lalu anak Anda yang berumur enam tahun itu datang kepada Anda dan berkata, "Pa, Tidak ada makanan di lemari." Anak itu tidak mengatakan bahwa ia akan mencari pekerjaan supaya bisa membeli makanan. Dia menyerahkan masalah itu kepada Anda dan Anda harus melakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang ayah. Allah Tahu Kebutuhan Kita Anda perlu mengerti bahwa bila Anda berbicara dengan Allah mengenai kebutuhan Anda, Allah tidak terkejut lalu mengatakan, "Wah, Saya tidak tahu itu!" Yesus berkata bahwa Ia tahu apa yang Anda butuhkan, bahkan sebelum Anda memintanya. Jadi di sinilah kuncinya, jika hal itu adalah kebutuhan yang sesungguhnya, maka Yesus pasti mengetahui hal itu dan kebutuhan Anda yang sesungguhnya tidak mengagetkan Allah. Kewajiban kita adalah datang kepada Allah dengan sikap "Ya Allah, saya memuji Engkau karena Engkau tahu apa kebutuhan itu." Kita harus mengandalkan Allah dan percaya kepada-Nya. Satu hal yang nampaknya gagal kita lakukan sebagai orang beriman adalah bahwa kita percaya apa yang orang katakan kepada kita, tetapi sering sekali kita menemui kesulitan untuk percaya pada apa yang Allah katakan kepada kita. Kebutuhan vs Keinginan Tahukah Anda bahwa Anda membutuhkan hal-hal tertentu saja? Firman Allah mengatakan: "Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33) Hal ini berbicara mengenai kebutuhan yang terpenuhi. Allah akan menuangkan kelimpahan-Nya ke dalam kehidupan Anda, supaya Anda dapat dipakai sebagai saluran untuk memberkati orang lain. Dalam kehidupan kita, hanya ada kebutuhan tertentu dan selebihnya dari kebutuhan tertentu yang terpenuhi itu merupakan hal mementingkan diri sendiri. Kita perlu berhati-hati untuk tidak mengambil sesuatu atas dorongan kepentingan diri sendiri. Waktu ketiga anak kami masih tinggal serumah dengan kami, kami memiliki rumah yang besar dari rumah yang kami miliki sekarang. Waktu mereka pindah rumah, kami menjual rumah kami yang besar itu, lalu pindah ke rumah yang lebih kecil dan selisih dari harga jual beli rumah itu kami tanamkan dalam kerajaan Allah. Kami tidak membutuhkan sebuah rumah dengan lima kamar mandi. Saya tahu bahwa saya tidak bisa mandi di 5 kamar mandi pada saat yang bersamaan. Dua Macam Benih "Ia yang menyediakan benih bagi penabur dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipat gandakannya..." (2 Korintus 9:10) Setelah panen, petani biasanya menyisihkan sebagian hasil panen untuk dipakai sebagai benih, tidak dijual ataupun dimakan. Ayat di atas menyatakan bahwa ada benih untuk ditabur dan roti untuk dimakan. Lebih jauh ayat ini mengatakan, bahwa Ia akan menyediakan benih untuk ditabur dan melipatgandakannya. Jadi, benih yang dilipatgandakan adalah benih yang disisihkan untuk ditabur. Ada satu kejadian yang dialami oleh wakil saya dengan istrinya. Suatu ketika mereka menghadapi masalah keuangan. Lalu mereka menyadari bahwa ternyata mereka tidak pernah memberi perpuluhan. Allah telah memberikan kepada mereka "benih untuk ditabur" dan "benih untuk dijadikan roti untuk dimakan", tetapi mereka mengacaukan kedua jenis benih ini lalu mereka memakan semua benih, baik yang untuk ditabur maupun yang untuk dijadikan roti. Kita perlu berhati-hati mengenai hal ini. Banyak orang beriman membuat kesalahan ini. Kita harus benar-benar tahu bahwa kita tidak makan benih yang Allah maksudkan untuk ditabur di dalam Kerajaan-Nya, supaya kita tidak perlu masuk dalam macam-macam kesulitan dan persoalan. Tidak salah kalau Anda memakan roti yang Allah berikan kepada Anda dan tentunya roti itu melambangkan kebutuhan hidup kita. Tetapi Allah ingin kita melihat sesuatu yang lain, yaitu menabur. Allah mengatakan bahwa Dia memberikan benih kepada penabur. Ada asas-asas yang dipakai Allah apabila Dia bekerja dan bilamana kita bergerak mengikuti aliran asas-asas itu, maka kita bekerja di dalam berkat Allah. Namun perlu diperhatikan bahwa kita tidak bisa membayar Allah, memakai Allah semau kita, atau mendesak Allah untuk menyuruh Allah berbuat sesuatu. Tetapi, jika motivasi hati benar dan kita menempatkan diri kita sesuai dengan dorongan hati itu, maka Allah menuangkan kelimpahan di dalam kehidupan kita. Allah mau memberkati kita, sehingga Ia dapat menjadikan kita sebagai saluran berkat untuk memajukan Injil Tuhan Yesus Kristus. Peringatan Allah dalam Perpuluhan Dalam hidup ini, ada banyak hal yang perlu kita beri perhatian. Apabila Anda masuk satu hotel, di dalam kamar mandinya ada alat pengering rambut dengan tenaga sebesar 1200 watt, yang dapat dihidupkan dengan suatu tombol. Sering kali, pada alat ini ada tulisan yang mengatakan, "Janganlah masukkan alat ini ke dalam air, selagi Anda menggunakannya." Contoh lain, jika Anda memegang sebuah botol yang bertuliskan kata "Racun" dengan gambar tengkorak dan tulang bersilang, Anda akan sangat berhati-hati sekali untuk tidak meminum isi botol itu, karena peringatan yang ada pada botol itu. Inilah peringatan-peringatan yang biasanya kita beri perhatian. Peringatan-peringatan yang biasanya kita tidak beri perhatian adalah peringatan yang ada dalam firman Allah. Bayangkan majikan Anda membayar Anda 100 dollar untuk pekerjaan Anda. Bagaimana kalau pada cek bayaran Anda tertera peringatan yang mengatakan bahwa sebagian dari cek ini mudah menguap, mudah terbakar, mudah meledak, dan Anda perlu memegangnya dengan sangat hati-hati. Cek ini sangat berbahaya dan dapat meledak kalau Anda memasukkannya ke dalam simpanan Anda di Bank. Pasti Anda tidak berani memasukkan cek itu ke dalam simpanan Anda. Sepuluh persen dari uang penghasilan Anda itu ditandai dengan peringatan mudah menguap, berbahaya, mudah meledak. Allah melakukan sesuatu atas perpuluhan itu, yaitu menandainya dengan apa yang dinamakan "kutuk". Banyak orang tidak percaya dan tidak mengerti hal ini. Mereka membaca, namun mereka tidak mengerti maknanya. Perpuluhan adalah milik Allah dan Anda tidak bisa menabur (menanam sebagai modal) perpuluhan Anda. Apabila Anda membawa perpuluhan Anda ke gereja, Anda tidak memberikan apa-apa kepada Allah. Anda hanya menyerahkan kepada Allah -- pemilik-Nya. Bukan berarti bahwa sepersepuluh adalah milik Allah dan sisanya adalah milik saya, tetapi semua yang kita miliki adalah milik Allah. Namun, pada bagian yang sepersepuluh itu, Allah telah membubuhkan peringatan khusus. Banyak orang berkata pada saya, bahwa jika seseorang mengajar mengenai perpuluhan, maka mereka selalu mengajar dari Perjanjian Lama. Sebenarnya, pengajaran mengenai perpuluhan lebih banyak dibicarakan dalam Perjanjian Baru daripada dalam Perjanjian Lama. Dalam Kitab Ibrani pasal 6 dan 7 dikatakan bahwa Yesus Kristus, Imam Besar kita, duduk di sebelah kanan Bapa dan di sana hidup abadi menerima perpuluhan kita. "Apakah seorang pencuri tidak akan dihina apabila ia mencuri untuk memuaskan nafsunya karena lapar? Dan kalau ia tertangkap, haruslah ia membayar kembali tujuh kali lipat, segenap harta isi rumahnya harus diserahkan." (Amsal 6:30-31) Ayat ini mengatakan bila kita kecurian, maka kita dapat percaya kepada Allah dan mengharapkan pengembalian sebanyak tujuh kali lipat. Namun, ayat ini juga mengandung arti bahwa sang pencuri diharuskan mengembalikan barang yang ia curi tujuh kali lipat banyaknya. Jikalau Anda tidak membawa perpuluhan Anda kepada Allah, maka Anda adalah pencuri (Maleakhi 3:8). Seorang pencuri harus mengembalikan tujuh kali lipat. Perpuluhan adalah "Hukum Alam" Alam ini ada hukum-hukumnya dan di antaranya ada hukum gaya berat (gravitasi) -- benda yang naik pasti akan turun. Biasanya benda itu lebih cepat turun daripada naik. Misalnya, kalau saya naik ke tingkat yang paling tinggi dari hotel di mana kami menginap, lalu saya meloncat dari tingkat itu, maka saya akan membayar harganya saat saya menyentuh lapisan semen di tanah. Hukum gaya berat itu tidak pilih kasih. Allah telah membuat pernyataan mengenai perpuluhan dan pernyataan itu mengatakan bahwa perpuluhan adalah milik Tuhan. Pernyataan ini menjadi hukum alam. Pada perpuluhan itu Allah telah menyertakan suatu "kutuk". Dalam Yosua 6:26, Yosua mengutuk orang yang berusaha membangun kembali kota Yerikho. Dikatakan orang tersebut akan membayar dengan nyawa anaknya. Kata "kutuk" dalam ayat ini, dalam bahasa aslinya sama dengan kata "kutuk" yang digunakan di Maleakhi 3:9. 500 tahun setelah "kutuk" itu diucapkan, Hiel dari Betel membangun kembali tembok Yerikho (1 Raja-Raja 16:33-34) dan ia kehilangan kedua anaknya sesuai dengan firman Tuhan. Allah telah meletakkan suatu "kutuk" di atas perpuluhan itu. Kalau Anda gunakan perpuluhan Anda, maka Anda mengaktifkan "kutuk" itu. Hukum alam tidak bisa dilanggar. Tidak Memberi Perpuluhan Tapi Diberkati? Di gereja ada orang-orang yang tidak mengembalikan perpuluhan. Di Amerika, dari seluruh orang Kristen, hanya 28 sampai 32 persen yang membayar perpuluhan. Sisanya tidak membayar perpuluhan, lalu mereka berkata, "Lihatlah, saya diberkati." Kita memang berada di bawah anugerah Allah. Tetapi jika kita terus-menerus mencuri milik Allah, hari anugerah itu akan berakhir. Mungkin juga ada orang bertanya, "Saya kira saya berada di bawah anugerah?" Itulah sebabnya, Anda belum mati! Firman Allah mengatakan bahwa Allah sanggup. Firman Allah tidak mengatakan bahwa Allah kadang-kadang akan melakukannya. Firman Allah mengatakan bahwa Ia akan melakukannya selalu. Kalau Anda bekerja berdasarkan asas-asas firman Allah, maka Anda akan mengerti bahwa Allah sanggup. Firman Allah mengatakan: "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah Para Rasul 20:35) Ada sukacita dalam memberi. Namun, banyak orang tidak mengerti hal ini karena mereka tidak melakukannya. Diterjemahkan dan disunting dari: Financial Freedom Seminar di IFGF Claremont oleh Pastor Bob Seymour -- gembala dari Royal City Christian Center di Vancouver, Canada. Diambil dari: Judul majalah: HARVESTER, Edisi Maret/April, Tahun 1994 Penulis: Tidak dicantumkan Penerbit: Indonesian Harvest Outreach Halaman: 6 -- 8 DUNIA WANITA 2: HIDUP YANG BERKELIMPAHAN "Aku datang supaya mereka memunyai hidup dan memunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b) Kelimpahan, kata yang digemari banyak orang -- Kristen atau bukan. Kata ini biasanya dikonotasikan kepada kehidupan yang berlimpah dengan materi maupun fasilitas. Apakah demikian maksud Yohanes 10:10 itu? Pada zaman ini, ayat di atas mudah sekali ditafsirkan lain. Orang yang kurang dalam hal materi maupun fasilitas, secara frontal maupun halus, sering dicap sebagai orang yang tidak diberkati atau tidak mengimani janji Yesus. Bahkan, jika kita jauh dari kecukupan materi ataupun sangat terbatas dalam fasilitas, kita merasa jauh dari kelimpahan yang Yesus maksudkan. Kelimpahan berasal dari kata limpah, yang secara sederhana berarti luber atau tumpah. Dalam KBBI, kelimpahan berarti tumpah banyak. Konsekuensinya, orang yang hidup berkelimpahan haruslah orang yang kehidupannya tertumpah banyak, meluber ke mana-mana, merasuk ke kehidupan orang lain. Tujuan kedatangan Yesus supaya kita memunyai hidup dan memunyainya dalam segala kelimpahan, tidak pandang bulu -- kaya maupun miskin, muda maupun tua, laki-laki maupun perempuan. Kita semua berhak menikmati kehidupan yang berkelimpahan, yaitu kehidupan yang memberi, meluber, dan tertumpah kepada orang lain, sehingga orang lain pun dapat menikmati hidup yang berkelimpahan, yang bersumber dalam pribadi Yesus. Tiga Tipe Kehidupan Tiga tipe kehidupan orang percaya dari kacamata hidup yang berkelimpahan. 1. Orang yang Merasa Tidak Cukup Tipe ini merasa dirinya selalu kurang, merasa harus diperhatikan, minta untuk dibelaskasihani. Kata memberi, menumpahkan, meluberkan kehidupan untuk orang lain merupakan hal yang asing dan momok baginya. 2. Orang yang Merasa Cukup dengan Dirinya Sendiri Tipe ini merasa cukup dengan dirinya, sehingga tidak memerlukan orang lain. Tipe ini cuek, acuh tak acuh, tidak peka, karena mottonya "Jangan mengganggu aku, karena aku pun tidak mengganggu kamu; Jangan minta tolong apa pun kepadaku, karena aku juga tidak minta tolong kepadamu". Tipe ini alergi dengan kata memberi, menumpahkan, meluberkan dirinya bagi orang lain karena akan mengganggu kemapanan, kenyamanan, maupun kehidupan pribadinya. 3. Orang yang Berkelimpahan Tipe ini menjadikan dirinya sebagai saluran dan Yesus adalah sumbernya (Yohanes 4:14). Orang ini berusaha untuk memancarkan, meluberkan berkat-berkat, karunia-karunia, dan hidupnya sendiri bagi orang lain. Orang ini menghidupi kehidupan yang memberi, meluberkan, melimpahkan kepada orang lain apa yang diterimanya, sementara ia sendiri terus bergantung pada sumber yang tidak pernah habis, yaitu Yesus Kristus. Kehidupan yang bagaimanakah yang sedang kita hidupi? Halangan Hidup Berkelimpahan Salah satu halangan untuk menikmati hidup yang berkelimpahan adalah masa lalu: 1. yang minim dengan materi dan fasilitas dapat membuatnya selalu merasa kekurangan, 2. yang datang dari keluarga mampu dan mapan dapat membuatnya merasa cukup dengan dirinya, bahkan sering kali dipenuhi kekhawatiran untuk mempertahankan kemapanan dan kecukupan materi yang dinikmatinya, sehingga tidak dapat menikmati kehidupan berkelimpahan yang sesungguhnya, 3. yang diliputi dengan kepahitan dapat menghambat sukacita maupun pengampunan, 4. yang dicekam kemarahan dapat menghalangi ucapan syukur dan kesabaran, atau 5. yang hidupnya selalu menuntut keadilan dan berusaha membalas setiap respons terhadap dirinya, dapat menyumbat kasih. Masih banyak hal yang dapat menjadi penyumbat, penghambat, dan penghalang bagi kita untuk menikmati hidup yang berkelimpahan di dalam Kristus, sehingga kita tidak dapat menikmati kelimpahan kasih karunia-Nya, pemeliharan-Nya, sukacita-Nya, oleh karena kita belum menyelesaikan dan berdamai dengan masa lalu kita. Diambil dari: Judul Jurnal: Navigator, Volume 7, No. 2 - April 1996 Penulis: Drs. Hari Widodo Penerbit: Navigator, Bandung 1996 Halaman: 1 Kontak: < wanita(at)sabda.org > Redaksi: Novita Yuniarti (c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/wanita > Berlangganan:< subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |