Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/108

KISAH edisi 108 (2-2-2009)

Michelle Price

 
_____________PUBLIKASI KISAH (KESAKSIAN CINTA KASIH ALLAH)____________

                     Edisi 108, 2 Februari 2009

PENGANTAR

  Jika Anda atau mungkin orang yang Anda kasihi mengalami suatu 
  peristiwa yang tidak menyenangkan, apa reaksi Anda? Pasti Anda akan 
  mengalami kesedihan yang luar biasa. Namun, apakah Anda akan 
  membiarkan perasaan sedih tersebut menghantui pikiran Anda seumur 
  hidup Anda? Atau Anda akan mensyukuri keadaan yang sedang Anda alami 
  sekarang? Ya, mengucap syukur atas peristiwa yang tidak menyenangkan 
  merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Namun, ketika Anda mencoba 
  untuk mengucap syukur atas peristiwa yang sedang Anda alami, Tuhan 
  sudah menyediakan kado istimewa untuk Anda, yang membuat Anda tidak 
  akan menangis lagi. Karena Anda dapat melihat diri Anda sebagai 
  orang yang mendapat tempat di hati Allah dan orang yang amat 
  dikasihi Allah.

  Pimpinan Redaksi KISAH,
  Novita Yuniarti
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                           MICHELLE PRICE

  Michelle Price adalah gadis kecil periang yang senang memanjat 
  pohon, menunggang kuda, bermain ski, bercerita tentang banyak kisah, 
  dan menyanyi. Dengan keluarga Kristen yang mengasihi dia, hidup 
  Michelle seolah tak memiliki sedikit beban pun sampai ia berumur 8 
  tahun, ketika kaki kanannya mulai terasa sakit dan bengkak.

  Setelah beberapa dokter melakukan pemeriksaan, mereka mengatakan 
  kepada orang tua Michelle bahwa Michelle menderita salah satu jenis 
  penyakit kanker tulang yang mematikan. Dokter itu berkata bahwa 
  kesempatan untuk hidup kurang dari 4%, dan sebagian besar kakinya 
  harus diamputasi.

  Orang tua Michelle sangat ketakutan tentang bagaimana mereka harus 
  menceritakan hal tersebut kepadanya. Ketika mereka akhirnya 
  menceritakan kepada Michelle, maka reaksi pertama dari Michelle: "Oh 
  Papa, saya tidak akan dapat berdansa lagi jika saya tidak memunyai 
  kaki! Saya tidak mau menjadi seorang yang cacat!" Dia menangis 
  terisak-isak untuk beberapa menit. Tetapi ketika ia melihat wajah 
  ibunya dipenuhi air mata, ia berhenti menangis, mengambil napas 
  panjang, dan berkata, "Saya akan baik-baik saja, Mami. Jangan 
  menangis." Sambil menepuk-nepuk wajah ibunya, ia melanjutkan, "Saya 
  memang takut ketika Papa menceritakan kepada saya, tetapi Yesus 
  membuat hati saya tenang. Saya akan baik-baik saja. Percayalah, 
  Mam."

  Michelle, dengan perlahan, bertanya kepada ayahnya mengapa Tuhan 
  mengizinkan hal ini terjadi. Dan ketika ayahnya menjawab tidak tahu, 
  Michelle berpikir untuk beberapa saat sebelum ia berkata, "Mungkin 
  saya tahu jawabnya, jika para dokter itu belum memiliki obat untuk 
  mengobati penyakit saya, mungkin mereka dapat mempelajari kaki saya 
  dan menemukannya. Sehingga mereka dapat membantu anak-anak lain yang 
  sakit seperti saya."

  Para dokter mengamputasi kaki Michelle sampai 4 -- 5 inci di atas 
  lutut (± 13 cm). Michelle menangis ketika pertama kali ia melihat 
  kakinya yang terbalut. Namun kemudian, ia menceritakan kepada ibunya 
  betapa takutnya ia pada saat berada dalam ruang operasi ... sampai 
  ia mengingat bahwa ia tidak sendiri. Yesus berada bersamanya.

  Untuk beberapa waktu lamanya, Michelle merasakan rasa sakit yang 
  menggigit. Urat syaraf di kakinya terus-menerus mengatakan kepada 
  otaknya bahwa sesuatu yang salah terjadi sehingga menyebabkan rasa 
  sakit itu. Namun, 3 hari setelah operasi dilakukan, ia mengagetkan 
  dokternya dengan melukis wajah yang tersenyum pada pembalut di 
  kakinya yang buntung. Dokter itu mengatakan kepada orang tua 
  Michelle bahwa biasanya dibutuhkan waktu berminggu-minggu sebelum 
  seseorang yang diamputasi dapat menerima keadaannya.

  Setelah 5 hari berlalu semenjak operasi dilakukan, para dokter mulai 
  memberikan kemoterapi kepada Michelle ... obat yang sangat kuat yang 
  diciptakan untuk membunuh sel-sel kanker. Dan dikarenakan kanker 
  pada Michelle sangat mematikan, maka mereka memberikan dosis 1000 
  kali lebih besar dari biasanya.

  Dalam waktu singkat, obat itu membuat semua rambut Michelle rontok. 
  Setiap pengobatan membuatnya merasa amat sakit. Ia muntah dan 
  menggigil. Tetapi setiap kali seseorang datang menjenguknya dan 
  bertanya bagaimana rasanya, ia menjawab, "Doing Ok!", sehingga ia 
  tidak membuat orang lain merasa tidak enak.

  Setelah 4 minggu berada di rumah sakit, ia diizinkan untuk pulang 
  beberapa hari. Ketika ia berjalan-jalan dengan ayahnya, ia menyadari 
  para tetangga merasa tidak nyaman berada di sisinya, karena kaki dan 
  kepalanya yang gundul. Untuk membuat mereka merasa lebih baik, ia 
  justru mengunjungi rumah para tetangga dan menceritakan kepada 
  mereka tentang kanker. Bahkan, Michelle meminta mereka untuk tidak 
  ragu-ragu bertanya.

  Michelle menjalani kemoterapi selama 18 bulan dan menunjukkan sikap 
  tegar yang amat besar pada saat melalui semua ketidaknyamanan itu. 
  Ketika ia merasa lebih baik, ia mengunjungi anak-anak lain di rumah 
  sakit yang juga menderita kanker dan berusaha membuat mereka 
  gembira. Dan setelah pemeriksaan menunjukkan bahwa kankernya telah 
  sembuh, hati Michelle dipenuhi rasa ucapan syukur.

  Dengan berjalannya waktu, ia belajar bermain ski dengan satu kaki 
  dan menjalankan "skate board" serta bermain "soccer" dengan 
  menggunakan kruk (penyangga kaki). Setelah ia berhasil mendapatkan 
  medali pada sebuah kontes ski nasional bagi orang-orang cacat, Wayne 
  Newton memberikan penghargaan olahraga bagi orang-orang cacat pada 
  TV nasional karena keberaniannya.

  Ketika Newton melihat bagaimana ia menghabiskan waktunya berusaha 
  membuat orang lain bahagia, ia menjadi sangat kagum kepada Michelle 
  dan memberikan kejutan hadiah istimewa pada hari ulang tahunnya ..., 
  seekor kuda!

  Pada suatu hari, Michelle berkata kepada ibunya bahwa kadang-kadang 
  ia merasa sedih karena diperlakukan berbeda pada waktu berolahraga, 
  dan ia juga sering merenung apakah ada anak laki-laki yang akan 
  menyukainya karena ia hanya memiliki satu kaki. Kemudian ia 
  menambahkan, "Saya merasa bersalah jika merasa susah. Tuhan akan 
  berpikir saya tidak cukup berterima kasih atas apa yang telah Dia 
  lakukan kepada saya. Saya berpikir, saya melihat kepada kesusahan 
  lebih banyak dan tidak cukup melihat kepada kebaikan."

  Ketika Michelle beranjak dewasa, ia menjadi seorang pemain ski cacat 
  termuda di seluruh dunia, seorang model, pembicara, dan seorang 
  penunggang kuda nomor satu bagi orang-orang cacat. Ia melanjutkan 
  kuliah dan kemudian bekerja di sebuah pusat pelayanan orang-orang 
  yang tidak memiliki tangan atau kaki. Tahun 1993, ia menerima 
  penghargaan atas keberaniannya oleh American Cancer Society.

  Saat ini Michelle adalah seorang istri dan ibu muda. Ia bermimpi 
  untuk dapat memiliki sebuah perkemahan bagi anak-anak cacat sehingga 
  mereka dapat memiliki sikap positif terhadap keberadaan mereka.

  Sumber asli: Courageous Christians by Joyce Vollmer Brown

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Buku Pujian, Penyembahan & Kesaksian
  Penyusun: Tim Dabara
  Penerbit: PT. Inter Wacana Niagatama, Solo 2002
  Halaman: 4 -- 6
______________________________________________________________________

  Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang
  patah mengeringkan tulang. (Amsal 17:22)
  < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Amsal+17:22 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Berdoalah agar Tuhan memampukan setiap orang percaya untuk
     mengucap syukur atas setiap peristiwa yang terjadi atas hidup
     ini.

  2. Doakanlah orang-orang percaya yang saat ini sedang mengalami
     kelemahan secara fisik, agar Tuhan memberi mereka kekuatan, dan
     mereka tetap mengandalkan dan berpengharapan hanya kepada Tuhan.

  3. Doakan juga agar setiap orang percaya dapat menerima keberadaan
     orang-orang yang mengalami cacat fisik dan tidak memandang mereka
     sebagai sosok yang lemah.
______________________________________________________________________

Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2009 YLSA
YLSA -- http://www.ylsa.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org