Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/110

KISAH edisi 110 (16-2-2009)

Bebas dari Penjara Bawah Tanah Panama Setelah Terima Yesus

 
____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________
                      Edisi 110, 16 Februari 2009

PENGANTAR

  Sebagian besar orang beranggapan bahwa orang yang dijebloskan ke 
  penjara karena melakukan tindakan kriminal adalah orang-orang yang 
  jahat, dan sudah sepantasnya mereka berada di sana untuk mendapat 
  hukuman yang setimpal. Namun, pernahkah kita berpikir bahwa orang 
  yang sudah kita anggap jahat tersebut suatu saat nanti dapat menjadi 
  seorang yang dipakai Tuhan untuk menyelamatkan mereka yang 
  terhilang?

  Gun Gun Supardi adalah satu dari sekian banyak orang yang 
  mendapatkan belas kasihan Bapa. Meskipun telah melakukan kesalahan 
  yang bisa dibilang cukup kejam, namun Tuhan tidak pernah 
  meninggalkannya, Ia menunjukkan kasih-Nya yang besar, bahkan 
  memercayakan suatu pelayanan yang tidak mudah untuk dilakukan. Dari 
  kisah berikut, kita belajar bahwa Tuhan dapat memakai siapa saja 
  asalkan kita bersedia memberikan hidup dan hati kita untuk dibentuk 
  oleh-Nya.

  Pimpinan Redaksi KISAH,
  Novita Yuniarti
  http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
  http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

      BEBAS DARI PENJARA BAWAH TANAH PANAMA SETELAH TERIMA YESUS
                   Diringkas Oleh: Novita Yuniarti

  Gun Gun Supardi dilahirkan di Lombok, Nusa Tenggara Barat, 23 
  November 1953. Sebagaimana lazimnya orang Sasak, sejak lahir ia 
  sudah dididik menurut agama orang tua yang non-Kristen. Ia mengenal 
  Kristus ketika berusia 25 tahun di penjara bawah tanah Panama. Sejak 
  kecil, ia senang mendengar cerita-cerita tentang luar negeri. Apa 
  lagi setelah gurunya menjelaskan bahwa bumi itu bulat, maka hasrat 
  untuk keliling dunia semakin kuat. Waktu itu, ia baru duduk di 
  bangku kelas dua SMP, karena kenaikan kelas tertunda sehubungan 
  terjadinya pemberontakan G30S/PKI, ia memutuskan untuk berhenti 
  sekolah. Keputusannya untuk berhenti sekolah erat kaitannya dengan 
  cita-citanya -- keliling dunia. Itulah sebabnya, pada tahun 1967, ia 
  pergi ke Surabaya dan bergabung dengan kapal barang KM "Bonto Manae" 
  yang dipimpin oleh Kapten M. Siregar.

  Di KM "Bonto Manae", statusnya hanya sebagai sukarelawan, lantaran 
  ia masih anak-anak. Kapten M. Siregar menganggap Gun seperti anak 
  sendiri. Ketika ia melihat Gun memiliki potensi yang bisa 
  dikembangkan, ia menyekolahkan Gun dengan biaya perusahaan selama 
  setahun. Setamat sekolah, Gun kembali berlayar di kapal yang sama 
  dan menjabat sebagai Mualim II selama setahun. Setelah berhenti dari 
  KM "Bonto Manae", Gun mendapat pekerjaan baru di KM "Mesina" milik 
  Perusahaan Khi Hock, Singapura. Di kapal yang dipimpin Kapten 
  Mintadoa ini, Gun diberi kepercayaan sebagai Mualim IV. Pelayaran 
  perdana kapal ini dari Kucing menuju Singapura dibatalkan. Hal ini 
  membuat Gun kecewa. Oleh sebab itu, ketika ada lowongan pekerjaan di 
  kapal yang hendak berlayar ke Taiwan, Singapura, Thailand, Gun 
  langsung mendaftar dan diterima.

  Setelah Taiwan, Singapura, dan Thailand terjelajahi, Gun mendaftar 
  ke KM "Ning Pho Rose" dan diterima sebagai Mualim II. Karena kapal 
  ini berada di Italia, maka Gun langsung menuju ke sana. Tiba di 
  Italia, bersama KM "Ning Pho Rose", Gun berlayar ke Libya, Mesir, 
  Libanon, Suriah, dan kembali lagi ke Italia. Gun bekerja di kapal 
  ini selama 3 bulan, kemudian ia meninggalkan Roma menuju Yunani. 
  Selang beberapa waktu, Gun kembali bekerja di KM "Margaretha II" 
  selama 9 bulan sebagai Mualim II. Dari Yunani, kapal berlayar ke 
  Rusia, Afrika, dan balik ke lagi ke Yunani. Setelah meninggalkan 
  Yunani, Gun pergi ke Jerman dan bekerja di KM "Mimy" yang hendak 
  berlayar ke Amerika.

  Dengan KM "Mimy", Gun kemudian berlayar ke Norwegia, Kanada, 
  Philadelphia, Texas, dan Miami. Dari Miami, mereka hendak meneruskan 
  pelayaran ke Venezuela. Namun, ketika mereka sedang mengikat kargo, 
  tiba-tiba kawat pengikat kargo yang dilemparkan Chief Engineer Bernd 
  Hesse melukai mata Gun. Akibat peristiwa ini, kapal terpaksa ditunda 
  keberangkatannya dan Gun dirawat di rumah sakit. Setelah keluar dari 
  rumah sakit, penglihatan Gun agak sedikit terganggu dan ia 
  memutuskan untuk tidak berlayar dan kembali ke Jerman. Namun, dokter 
  mengatakan bahwa kondisi Gun tidak apa-apa dan ia memberikan surat 
  izin istirahat selama 10 hari.

  Empat Perwira Jerman Dihabisi di Bermuda

  KM "Mimy" akhirnya berlayar. Namun, pada tanggal 11 Oktober 1975, di 
  tengah perjalanan, tepatnya di Segitiga Bermuda, terjadi peristiwa 
  tragis. Malam itu, Gun sedang duduk di ruang makan saat tiba-tiba 
  Chief Engineer datang menemuinya. Gun yang masih dendam setelah 
  peristiwa itu langsung menghantam Chief Engineer. Chief Engineer 
  berlari dan melapor ke nahkoda. Namun, Gun malah membunuh Chief 
  Engineer dan sang nakhoda. Belum puas dengan tindakan tersebut, Gun 
  juga membunuh Chief Officer dan kapten Lothar Echart yang hendak 
  mengirim pesan SOS. Setelah melakukan pembunuhan, Gun begitu panik. 
  Sementara itu, SOS yang dikirim Echart tertangkap stasiun radio 
  pantai, Jackson Field, Amerika. Gun tidak tahu apa yang harus ia 
  lakukan. Ia lalu memerintahkan Paulus Heideman, seorang juru mudi 
  asal Manado untuk mengendalikan kapal. Namun karena ketakutan, 
  Paulus tidak mampu mengendalikan kapal dengan baik sehingga membuat 
  hidrolik dan kemudi jadi macet. Karena tidak ada pilihan lain, Gun 
  memutuskan untuk menenggelamkan kapal saat itu juga. Para awak 
  diperintahkan untuk menyelamatkan diri dengan sekoci penolong. Kini, 
  tinggal Gun seorang diri di atas kapal dan ia memutuskan untuk bunuh 
  diri. Tapi sebelum keputusan itu ia lakukan, Gun mendengar suara 
  yang mengatakan, "Jangan bunuh dirimu, jangan celakakan dirimu!" Gun 
  lalu mengambil sekoci dan menyusul keempat awak lainnya.

  Keesokan harinya, keberadaan mereka diketahui oleh pihak berwajib. 
  Mereka ditangkap dan disekap di sebuah gudang. Kepada teman-teman, 
  Gun mengatakan bahwa jika diinterogasi mereka harus mengatakan bahwa 
  kapal tenggelam. Namun, tiba-tiba Gun mendengar ada suara yang 
  mengatakan agar ia mengakui semua perbuatannya. Gun merespons suara 
  itu. Setalah tiba di pelabuhan Wijspalmbeach, Amerika, mereka 
  langsung diborgol dan dimasukkan ke penjara Marcell. Di tempat ini, 
  Gun merasa takut -- bagaimana nanti kalau ia mati dan masuk neraka. 
  Ketika sedang merenung, Gun melihat sesosok bayangan putih seperti 
  manusia dengan sinar yang lebih terang dari matahari dan mengatakan, 
  "Akulah Juru Selamat." Gun tidak mengerti dengan apa yang dikatakan 
  oleh bayangan itu, sebab ia memang belum mengenal kekristenan.

  Gun dipindahkan ke penjara Broad Country 6 bulan kemudian. Keesokan 
  harinya, Gun dikunjungi oleh seorang laki-laki. Orang tersebut 
  bertanya, "Apakah ia mau masuk surga?" Tanpa pikir panjang, Gun 
  menjawab, "Yes, Mr!" Mendengar jawaban Gun, ia kembali mengajukan 
  permohonan, "Bolehkah saya berdoa untuk Anda?" "Ya, silakan," kata 
  Gun. Karena tidak terlalu fasih berbahasa inggris, Gun tidak 
  mengerti apa yang dikatakan orang itu. Namun, ketika orang itu 
  mengakhiri doanya dengan kalimat, "In the name of Jesus Christ, 
  Amen!", Gun langsung terperanjat dan jantungnya berdegup kencang. Di 
  sinilah hati Gun terbuka, dan kepada orang itu, Gun meminta sebuah 
  Alkitab. Seminggu kemudian, orang tersebut datang dengan membawa 
  Alkitab yang telah dijanjikannya. Sampai hari ini Gun tidak tahu 
  siapa dan di mana alamat orang yang telah membawakan Alkitab Gideon 
  untuknya. Gun membaca Alkitab itu dari Kejadian sampai Wahyu, namun 
  ia tidak paham, sebab kemampuan bahasa Inggrisnya minim dan bahasa 
  Inggris yang dipakai di Alkitab sulit dimengerti.

  Desember 1975, sidang internasional atas kasus Gun digelar. Ada 
  empat negara yang menuntut Gun dihukum mati, yakni Jerman (karena 
  membunuh empat orang warga mereka), Amerika (karena Gun melakukan 
  pelanggaran di wilayah perairan negara Paman Sam), Panama (karena 
  kapal yang ditenggelamkan berbendera Panama), dan Indonesia (karena 
  Gun warga negara Indonesia). Akhirnya pengadilan memutuskan Gun 
  diekstradisi di Panama. Januari 1976, Gun tiba di Panama dan 
  langsung dimasukkan di penjara bawah tanah Carsel Modelo. Tiga tahun 
  pertama di penjara, Gun sama sekali tidak diizinkan berkomunikasi 
  dengan orang luar. Temannya hanya satu, seorang bekas tentara 
  Amerika di Vietnam yang gila dan pengonsumsi narkotik. Di penjara, 
  Gun tetap membaca Alkitab, namun ia tetap tidak mengerti maksudnya. 
  Gun mulai putus asa dan berniat bunuh diri.

  Bermula dari Perayaan Paskah

  Sesudah lewat 3 tahun, di penjara diadakan perayaan Paskah. Semua 
  tahanan boleh keluar kecuali tahanan bawah tanah. Namun, terjadi 
  mukjizat di mana Tuhan menggerakkan hati kepala penjara sehingga ia 
  mengizinkan Gun merayakan Paskah sekalipun dalam pengawalan ketat. 
  Ketika khotbah, Gun sama sakali tidak mengerti apa maksudnya. Namun 
  di akhir khotbah, tiba-tiba Gun mengerti isi khotbah yang 
  disampaikan, "Yesus datang untuk mencari dan menyelamatkan orang 
  berdosa." Ketika Gun merespons untuk menerima Yesus sebagai Tuhan 
  dan Juru Selamat pribadi, seketika itu juga Gun yang tadinya merasa 
  cemas, takut, dan terganggu keseimbangan jiwanya, berubah total. Gun 
  kini menjadi manusia baru yang penuh damai sejahtera, suka cita, dan 
  pengharapan. Setelah peristiwa ini, Gun tidak lagi memedulikan 
  apakah ia akan dipenjara seterusnya atau dibebaskan. Hatinya tenang 
  dan damai, dan tidak ada ketakutan lagi, bahkan sekalipun ia harus 
  menjalani hukuman seumur hidup.

  Pada tanggal 1 Oktober 1979, Presiden Panama, Aristides Royo, 
  mengeluarkan dekrit yang isinya: "Semua tahanan asing di Panama yang 
  sudah diadili akan dibebaskan, dan untuk kepulangannya mereka harus 
  membayar sendiri." Gun adalah satu-satunya tahanan asing yang belum 
  diadili, namun karena namanya tercantum dalam daftar pembebasan, ia 
  pun ikut bebas. Gun dipulangkan ke Indonesia dengan menggunakan KM 
  "Jati Luhur", dengan biaya sepenuhnya ditanggung pemerintah 
  Indonesia.

  Tuhan sungguh baik. Anugerah-Nya terus tercurah tiada henti. Setiba 
  di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, 25 Mei 1980, keesokan harinya 
  Gun di baptis. Tahun 1981, Gun masuk sekolah Alkitab program 1 tahun 
  dan selesai 1982. Usai menjalani praktik selama setahun, tepatnya 
  tahun 1983, Gun ke Jakarta membantu pelayanan di salah satu gereja 
  yang ada di Tanjung Priok. Tahun 1985, Gun diangkat menjadi pendeta 
  muda dan 2 tahun kemudian menikah dan dikarunia tiga orang anak. 
  Tahun 1989, Gun mulai membuka gereja di desa Ciater, Kecamatan 
  Serpong, Kabupaten Tangerang. Di gereja inilah Gun melayani sebagai 
  gembala sidang hingga sekarang ini. Terpujilah nama Tuhan.

  Diringkas dari:
  Judul buku: 10 Mukjizat yang Terjadi pada Orang Biasa
  Penulis: Gun Gun Supardi
  Penerbit: CBN Indonesia, Jakarta 2001
  Halaman: 27 -- 37
______________________________________________________________________

  Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
  untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu
  bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8:28)
  < http://sabdaweb.sabda.org/passages/?p=Roma+8:28 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Berdoa bagi setiap orang yang sampai saat ini masih hidup dalam
     kegelapan, agar Tuhan menjamah hati mereka dan mereka bersedia
     menerima Kristus sebagai Juru Selamat pribadi.

  2. Doakan juga bagi setiap orang yang sampai hari ini sedang
     berusaha untuk mempelajari kebenaran firman Tuhan, agar Tuhan
     memberi mereka hikmat sehingga mereka dapat mengerti maksud dari
     firman Tuhan tersebut.

  3. Mengucap syukur untuk para hamba-hamba Tuhan yang telah
     memberikan hidup mereka untuk melayani mereka yang berada di
     penjara. Doakan agar Tuhan memberi mereka kekuatan, kesabaran, dan
     hikmat selama melayani. Sehingga melalui pelayanan mereka, 
     orang-orang yang dulunya hidup dalam kegelapan dapat memperoleh
     kehidupan yang baru di dalam Kristus.
______________________________________________________________________

Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2009 YLSA
YLSA -- http://www.ylsa.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org