|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/kisah/115 |
|
KISAH edisi 115 (23-3-2009)
|
|
_____________PUBLIKASI KISAH (KESAKSIAN CINTA KASIH ALLAH)____________
Edisi 115, 23 Maret 2009
PENGANTAR
Sekarang ini, orang cenderung mementingkan kebutuhan dan dirinya
sendiri. Semakin sedikit kita jumpai orang yang mau peduli dengan
keberadaan orang lain. Namun, sebagai anak-anak Tuhan, apakah kita
juga akan ikut terbawa arus yang demikian? Bukankah dasar dari
ajaran kekristenan adalah kasih? Kasih seperti apakah yang
diharapkan oleh Tuhan untuk kita berikan kepada orang-orang di
sekitar kita?
Ya, Tuhan menghendaki agar kita dapat memberikan kasih kepada setiap
orang yang kita jumpai, kasih yang tidak mengharapkan imbalan, kasih
yang tulus, kasih yang rela berkorban, kasih yang sudah Ia ajarkan
-- kasih Agape. Melalui kesaksian berikut, kita belajar bahwa Tuhan
bisa memakai siapa saja untuk menyatakan kasih-Nya dan menjadi
saluran berkat-Nya. Selamat menyimak, Tuhan Yesus memberkati.
Pimpinan redaksi KISAH,
Novita Yuniarti
http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
http://kesaksian.sabda.org/
______________________________________________________________________
KESAKSIAN
XIAO HU DAN PEMBANTU NAAMAN
"Ni hao, bolehkah saya membantumu?" Ia pun segera membantu
mengangkat dan membereskan barang-barang kami. Marganya Hu dan ia
biasa dipanggil Xiao Hu. Orangnya cukup baik, senang membantu, dan
penuh perhatian. Dan yang membuat saya kagum pada Xiao Hu adalah
ketulusan dalam memberi bantuan dan perhatian bagi orang yang
membutuhkan. Karena itu, tidak mengherankan jika ia sanggup menjadi
saluran terang Tuhan bagi orang-orang di sekitarnya, meskipun
pekerjaan sehari-harinya adalah pembantu rumah tangga.
Xiao Hu, seorang wanita yang hidup bersama suami dan seorang putri.
Suaminya bekerja sebagai juru masak di sebuah asrama kecil,
sedangkan pekerjaan utama Xiao Hu adalah membersihkan dan merapikan
rumah. Ia tinggal di depan rumah kami. Setiap hari ketika ia
berangkat bekerja, wajahnya yang berseri-seri selalu menyapa
orang-orang yang ditemuinya. Sore hari sepulang dari tempat
kerjanya, wajahnya pun tetap berseri-seri dan selalu menyebar
senyum.
Mulanya saya pikir itu karena mungkin ia baru mengalami peristiwa
yang membuat dia tersenyum senang. Namun lama-kelamaan, saya melihat
bahwa itu sudah merupakan karakter dan kebiasaan hidupnya
sehari-hari. Setiap hari, ia berjalan kaki pulang pergi dari dan
menuju tempat kerjanya sejauh 4 km. Jadi, ia harus berjalan kaki 8
km! Sewajarnya jika sepulang kerja, raut wajahnya berubah karena
penat atau kelelahan. Namun, yang membuat saya kagum adalah ketika
melihatnya pulang kerja, ia selalu tersenyum dan menyapa orang-orang
dengan ramah. Sepulang kerja, ia biasanya beres-beres rumah sejenak
dan bermain-main bersama putri semata wayangnya. Setelah makan malam
usai, ia mulai keluar untuk memberikan perhatian bagi orang yang
membutuhkan dan menawarkan bantuan seperlunya secara praktis.
Lingkungan tempat tinggal kami adalah daerah universitas. Mayoritas
penduduk adalah mahasiswa dan dosen. Di pinggir jalan banyak
pedagang-pedagang kecil. Xiao Hu memunyai prinsip untuk mengunjungi
paling sedikit lima rumah dalam seminggu walau hanya sejenak. Ia
percaya bahwa hidupnya bisa menjadi berkat saat ia memberikan
perhatian sejenak dan membantu jika diperlukan. Tinggal di
lingkungan tersebut, saya semakin memahami bahwa Xiao Hu cukup
dikenal oleh orang-orang. Kebanyakan orang yang kenal menghargai dan
senang berkomunikasi dengannya.
Saya sekeluarga juga menerima perhatian dan bantuannya. Sebagai
orang asing, ada banyak kendala untuk hidup, namun Xiao Hu senang
datang untuk membantu kami. Misalnya, pergi mengantar anak ke
dokter, mencari atau membetulkan kerusakan di rumah, menjahit
seprai, dan menemani istri saya ke pasar. Waktu itu memang ada
kendala bahasa, tetapi ia mengerti bahasa hati kami sekeluarga. Ia
sama sekali tak mau menerima imbalan jasa. Ia juga melakukan hal ini
bagi orang-orang lain. Melihat dan memerhatikan hidupnya yang
demikian, saya tidak habis pikir, apa yang membuatnya memunyai
kekuatan ekstra, kasih, dan perhatian yang konsisten?
Karena tertarik untuk melihat kehidupannya yang menjadi berkat, kami
pelan-pelan mengenal Xiao Hu. Walaupun ia seorang PRT, namun tidak
sedikit mahasiswa yang mengunjungi rumahnya. Para mahasiswa tidak
datang untuk minta bantuan belajar, karena Xiao Hu hanya jebolan SD.
Mereka datang untuk beribadah bersama Xiao Hu dan keluarganya.
Ternyata ia juga rajin memberitakan Kabar Baik Tuhan kepada
mahasiswa. Banyak mahasiswa yang membutuhkan perhatian dan
pertolongan, karena mereka jauh dari keluarga. Mereka mendapatkannya
dari Xiao Hu. Jadi, karena hidup Xiao Hu menjadi berkat, akhirnya
mereka pun bisa menerima Kabar Baik yang disampaikan olehnya. Xiao
Hu mengajarkan Alkitab kepada mereka.
Saya salut! Mengapa? Karena saya mengetahui orang-orang yang diajar
Alkitab olehnya bukan mahasiswa perantauan saja, melainkan juga
beberapa dosen dan mahasiswa pascasarjana. Tingkat pendidikan dan
status sosialnya tak menjadi halangan untuk menjadi berkat bagi para
mahasiswa dan dosen, yang notabene lebih berpendidikan dan
berpengalaman. Ia tidak minder ketika melayani orang-orang yang
berpendidikan tinggi. Ia tak hanya menjalankan ibadah bersama para
mahasiswa, tetapi juga ada orang-orang biasa, yang juga datang untuk
belajar Alkitab dengannya.
Suatu hari, saya datang ke gereja rumah yang ia pimpin. Dalam segala
kesederhanaannya, ia mengajar Alkitab dan menjadi berkat. Ternyata
Xiao Hu adalah gembala sidang gereja rumah. Jemaatnya 30 -- 40
orang. Hampir semua jemaat adalah orang-orang yang berpendidikan
tinggi. Namun demikian, semua jemaatnya telah melihat terang Tuhan
melalui hidup dan perbuatannya.
Kunci hidup Xiao Hu adalah: "Ucapkanlah syukur dalam segala hal." Ia
mengucap syukur, karena walaupun ia orang yang sederhana dengan
pendidikan rendah, Tuhan mau mengangkat dia menjadi anak-Nya. Ia
tidak minder berada di tengah-tengah orang yang berpendidikan
tinggi. Ia bersyukur untuk hidup yang dianugerahkan-Nya. Ia penuh
semangat menebarkan perbuatan baik -- walau dalam segala
keterbatasan -- sebagai rasa terima kasihnya kepada Tuhan. Ia tetap
tersenyum, kendati beberapa penyakit tahunan terus mengganggunya.
Mengucap syukur memampukannya melayani dengan yang ada padanya. Ia
tak minder dan tak ada kesombongan pada dirinya.
Saya berterima kasih kepada Tuhan karena saya mengenal Xiao Hu.
Kadang pekerjaan atau pelayanan yang seharusnya saya kerjakan
sedikit terhambat, karena terus berpikir belum bisa ini atau itu,
belum ada ini dan itu. Saya seharusnya bersyukur atas apa pun yang
sudah saya bisa dan apa pun yang sudah saya punya. Sikap hati
seperti ini akan menolong saya untuk memaksimalkan yang sudah Tuhan
percayakan. Jika Dia nanti akan memberi lagi yang belum kita punya
dan yang belum kita bisa, itu berarti anugerah. Dia mau agar saya
melakukan tugas panggilan hidup dari-Nya, sesuai dengan karunia-Nya.
Alkitab juga pernah mencatat kisah mukjizat kesembuhan Naaman.
Banyak orang berkhotbah dan menulis bahwa Tuhan memakai Elisa untuk
menyembuhkan Naaman. Namun, saya melihat bahwa Tuhan tidak hanya
memakai Elisa, tetapi juga gadis kecil yang bekerja sebagai pembantu
rumah tangga Naaman. Dalam 2 Raja-raja 5:2-5 tercatat, "Orang Aram
pernah keluar bergerombolan dan membawa tertawan seorang anak
perempuan dari negeri Israel. Ia menjadi pelayan pada isteri Naaman.
Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya: `Sekiranya tuanku menghadap
nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan
dia dari penyakitnya.` Lalu pergilah Naaman memberitahukan kepada
tuannya, katanya: `Begini-beginilah dikatakan oleh gadis yang dari
negeri Israel itu.` Maka jawab raja Aram: `Baik, pergilah ....`"
Jika gadis itu tidak bekerja secara baik sebagai pembantu istri
Naaman dan jika perkataannya tidak dapat dipercaya oleh istri
Naaman, nyonya tersebut tak mungkin mau mendengarkannya. Kemungkinan
besar, gadis pembantu rumah tangga Naaman tersebut hidupnya baik dan
dapat dipercaya. Ia bekerja dengan penuh tanggung jawab sehingga
ketika ia berbicara, nyonyanya mau mendengarkan dan menghargai
sarannya. Gadis itu pastilah orang yang bertanggung jawab akan tugas
yang diberikan oleh juragannya. Jika ia tidak bertanggung jawab,
juragannya pasti tidak suka. Kalau sudah tidak suka, kemungkinan
besar juragannya sulit percaya terhadapnya. Ia juga mungkin PRT yang
tak mudah mengeluh kepada juragannya. Orang akan bosan jika terus
mendengarkan keluhan pembantu. Jika gadis itu minder, ia bisa saja
tidak menyampaikan informasi kepada juragannya, karena merasa tidak
akan didengarkan.
Jika ia tidak punya harapan akan kesembuhan juragannya, ia tidak
akan menyampaikan informasi yang baik itu, karena ia sendiri ditawan
dan menderita akibat dijauhkan dari sanak famili dan komunitasnya.
Jadi, gadis itu orang yang kompeten dalam kerja, tingkah laku, dan
perkataanya. Ia juga baik karena walau ditekan dan ditawan, masih
tetap mengharapkan yang terbaik untuk juragannya -- musuh orang
sebangsanya. Gadis itu baik sehingga ucapannya pun didengar,
dipercaya, dan menjadi bagian yang penting dalam mukjizat kesembuhan
Naaman dari penyakit kusta.
Xiao Hu dan pembantu di rumah Naaman sama-sama orang sederhana dan
memunyai banyak keterbatasan. Mereka sama-sama berpendidikan rendah,
namun hidup mereka bisa memengaruhi orang-orang yang berpendidikan
tinggi dan jabatan yang tinggi pada zaman hidup mereka
masing-masing. Kendati zaman di antara mereka terpaut lebih dari
2.500 tahun, namun prinsipnya sama: Tuhan bisa memakai siapa saja,
termasuk orang-orang berpendidikan serta status sosial yang rendah.
Kita mungkin merasa sebagai orang-orang biasa, namun Tuhan juga mau
memakai kita. Sombong dan minder adalah penyakit kronis setiap orang
berdosa. Orang yang sudah lahir baru seharusnya memancarkan terang
Yesus yang lemah lembut dan rendah hati. Dengan hikmat dan
pengertian dari Tuhan, mari kita kalahkan penyakit keminderan dan
kesombongan kita agar kita memancarkan sinar kemuliaan Tuhan di
dunia ini.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Sejuta Sehari
Penulis: Hendra Rey
Penerbit: ANDI, Yogyakarta 2008
Halaman: 138 -- 146
______________________________________________________________________
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak
memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak
sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah
dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita
karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala
sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar
menanggung segala sesuatu. (1 Korintus 13:4-7)
< http://sabdaweb.sabda.org/?p=1Korintus+13:4-7 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA
1. Doakan untuk setiap mahasiswa Kristen yang sedang menempuh studi
di luar negeri, agar mereka dapat menjadi saksi dan berkat
bagi teman-teman mereka dan orang-orang yang di sekitar mereka
yang belum percaya.
2. Berdoa agar gereja Tuhan dapat menjangkau dan memuridkan para
mahasiswa perantauan, sehingga selain mereka menyelesaikan tugas
belajar mereka, para mahasiswa juga dibekali dengan kebenaran
firman Tuhan.
3. Doakan untuk pelayanan Xiao Hu, agar Tuhan memberkati dan
memampukan dia untuk melayani orang-orang yang sudah Tuhan
percayakan bagi dia. Berdoa juga untuk keluarga dan pekerjaannya,
agar Tuhan menjaga dan memberkati.
______________________________________________________________________
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2009 YLSA
YLSA -- http://www.ylsa.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kesaksian.sabda.org/
______________________________________________________________________
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |