Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/129 |
|
KISAH edisi 129 (29-6-2009)
|
|
____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________ Edisi 129, 29 Juni 2009 PENGANTAR Setiap orang percaya pasti menginginkan hubungan yang intim dengan dengan Tuhan. Namun, melaksanakannya tidak semudah membalik telapak tangan. Akan ada banyak tantangan yang harus dihadapi dan ada harga yang harus dibayar. Namun, sebagai orang percaya, apakah kita akan menyerah pada keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan, yang menghalangi kita untuk dekat kepada-Nya? KISAH edisi 129 merupakan kisah nyata perjuangan sekelompok orang yang tetap mempertahankan iman mereka kepada Kristus, meskipun mereka harus mengalami tekanan dan aniaya dari kelompok tertentu. Dari kesaksian hidup mereka, kita belajar bahwa tidak ada satu pun yang dapat menjauhkan kita dari kasih Bapa. Pimpinan Redaksi KISAH, Novita Yuniarti http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/ http://kekal.sabda.org/ ______________________________________________________________________ KESAKSIAN KAUM WALDENSIAN Kaum Waldensian merupakan salah satu contoh bagaimana kehidupan sebuah kelompok, sekalipun menderita penganiayaan, masih tetap bertahan dan dapat hidup makmur. Bagaimana mereka melakukan hal tersebut selama hampir 800 tahun? Jawabannya terletak pada inti doktrin kaum Waldensian: fokus pada memiliki hubungan yang dekat dengan Yesus Kristus melalui Alkitab dan pelajaran-pelajaran. Akhir abad kedua belas, seorang pedagang sukses bernama Waldo dari daerah Lyons, membuat tiga keputusan penting yang tidak hanya akan memengaruhi kehidupannya, namun juga kehidupan banyak orang yang menantinya dan memilih mengikutinya. Pada intinya, tiga keputusan tersebut membentuk dasar doktrin kaum Waldensian. Waldo membiayai beberapa kitab dari Alkitab. Ia memberikan semua yang dimilikinya dan menjadi seorang miskin, dan ia memutuskan untuk mengabarkan Injil kepada mereka semua yang mau mendengar. Meskipun persyaratan menjadi Waldensian cukup keras, banyak orang bergabung dalam kelompok Waldo karena mereka menginginkan hubungan yang lebih dekat dengan Yesus Kristus. Sejak awal, gereja kaum Waldensian menderita banyak penganiayaan karena mereka dianggap kelompok ajaran sesat. Kepala Uskup Lyons berusaha menghentikan penyebaran Injil yang dilakukan oleh Waldo dan para pengikutnya serta mengucilkan mereka dari Lyons. Tindak kekejaman terbesar yang dilakukan terhadap kaum Waldensian terjadi pada tahun 1655, dikenal dengan peristiwa "Piedmont Easter" (Paskah Piedmont). Saat itu, selama minggu Paskah, lima ribu tentara Perancis diberi izin untuk merampas kediaman kaum Waldensian, dan lebih dari 1.700 kaum Waldensian terbunuh. Saat Louis XVI bertakhta menjadi Raja Perancis, ia memfokuskan perhatiannya pada pengusiran kaum Waldensian. Louis mencabut peraturan Nantes yang memberikan kebebasan beragama bagi kelompok Protestan Perancis. Pada tahun 1686, keputusan lainnya dikeluarkan, berisi larangan keras bagi kelompok Protestan untuk berkumpul dan adanya baptisan anak dalam gereja. Banyak gereja kaum Waldensian dibakar, para pendeta dan guru sekolah diberi waktu 15 hari untuk memilih antara dibuang atau mundur dari kepercayaan mereka. Banyak anggota gereja memilih mengikuti pembuangan dan melarikan diri ke utara Italia, tempat mereka mendirikan pengungsian. Namun, keamanan mereka di Italia masih membahayakan. Pada bulan April dalam tahun yang sama, kaum Waldensian di bawah pimpinan pendeta Henry Arnaud maju melawan. Mereka menderita kekalahan besar. Dalam serangkaian perang melawan pemerintahan Italia ini, 2.000 orang Waldensian gugur, 2.000 orang menyangkal iman mereka, dan 8.000 orang dipenjarakan. Setelah serangan brutal ini, jemaat gereja Waldensian menurun menjadi 3.400 orang, namun mereka tidak menyerah. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul Buku: Batu-Batu Tersembunyi Penulis: Tim The Voice of the Martyrs Penerbit: Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya 2000 Halaman: 36 -- 38 ______________________________________________________________________ "Dan engkau, anak manusia, janganlah takut melihat mereka maupun mendengarkan kata-katanya, biarpun engkau di tengah-tengah onak dan duri dan engkau tinggal dekat kalajengking. Janganlah takut mendengarkan kata-kata mereka dan janganlah gentar melihat mukanya, sebab mereka adalah kaum pemberontak." (Yehezkiel 2:6) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Yehezkiel+2:6 > ______________________________________________________________________ POKOK DOA 1. Banyak orang percaya yang terpanggil untuk menjadi saksi-Nya. Namun, tidak mudah untuk menjalaninya. Oleh karena itu, berdoalah supaya mereka memiliki keberanian untuk terus menceritakan karya Tuhan di dalam hidup mereka, walaupun mereka mengalami penganiayaan. 2. Doakan agar melalui pelayanan orang-orang percaya yang berani dan rela membayar harga demi Kristus, akan ada lebih banyak lagi orang yang percaya kepada Kristus dan mendapat janji keselamatan. 3. Berdoalah untuk orang-orang yang belum percaya namun memunyai hati untuk mengenal Tuhan, supaya Roh Kudus bekerja di dalam hidup mereka dan pada akhirnya mereka akan mengakui bahwa Tuhan adalah Juru Selamat manusia. ______________________________________________________________________ Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) 2009 YLSA YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih Kontak: < kisah(at)sabda.org > Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org > Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/ Situs KEKAL: http://kesaksian.sabda.org/ Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |