Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/130

KISAH edisi 130 (6-7-2009)

Sang Penipu

____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________
                       Edisi 130, 6 Juli 2009

PENGANTAR

  Allah yang kita sembah adalah Allah yang penuh dengan belas kasih.
  Meskipun kita sudah berulang kali melakukan kesalahan dan menyakiti
  hati-Nya, namun Ia tidak pernah merancangkan yang jahat terhadap
  kita. Ia juga menyediakan pengampunan kepada mereka yang
  sungguh-sungguh mau berbalik dari kehidupan lama mereka. KISAH edisi
  131 merupakan salah satu bukti bahwa Allah kita adalah Allah yang
  penuh kasih, di mana Ia tidak memandang hina orang-orang berdosa,
  melainkan Ia sangat mengasihi mereka. Biarlah melalui kesaksian ini,
  kita belajar untuk senantiasa mengucap syukur atas segala kebaikan
  dan pengampunan yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita.

  Redaksi KISAH,
  Tatik Wahyuningsih
  http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
  http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                           SANG PENIPU

  Saya (OA) lahir tanggal 18 November 1956 dari keluarga poligami yang
  tidak mengenal Kristus. Ibu sangat menderita saat mengandung dan
  melahirkan saya, karena saya adalah anak ke-10 dalam keluarga dan
  ke-9 kakak saya semuanya meninggal saat masih bayi atau pun dalam
  kandungan, sehingga ketika keluarga tahu bahwa ibu mengandung,
  mereka menolak dan menyingkirkannya. Akhirnya, ibu saya bersembunyi
  di sebuah kampung terpencil. Saya tidak lahir tepat pada saatnya,
  tapi pada usia kandungan ibu saya 18 bulan, sehingga ia sangat
  kesakitan saat saya lahir. Ibu dibawa ke rumah sakit yang sangat
  jauh dari kampung karena komplikasi. Orang tua saya tidak mau
  memberikan nama, karena takut saya akan meninggal jika diberi nama.
  Lagipula dalam adat saya, pemberian sebuah nama harus dilakukan
  dengan perayaan yang sangat mahal. Hal itu membuat saya dipanggil
  sekenanya pada masa kanak-kanak, sehingga pada saat remaja, saya
  memberi nama diri saya sendiri "Wahid".

  Saya sebenarnya anak yang cerdas di sekolah (Ahmadiyah Grammar
  School), namun saya juga sekaligus anak yang nakal, suka merokok,
  dan melakukan begitu banyak kenakalan remaja. Hal itu membuat saya
  menjadi anak yang paling banyak dihukum di sekolah, dan saya bangga
  akan hal itu. Sekolah segan mengeluarkan saya karena saya anak yang
  sangat cerdas, bahkan berhasil lulus SMA dengan nilai yang tinggi.
  Tapi saya melawan kehendak orang tua saya. Mereka ingin saya masuk
  universitas, tapi saya malah bergabung dengan kehidupan geng dan
  preman di kota kami. Melakukan apa saja untuk mendapatkan uang
  dengan cepat, namun hanya menghambur-hamburkan uang yang saya dapat
  untuk tidur bersama pelacur di hotel dan mabuk-mabukan sampai pagi.
  Hal itu membuat ibu saya memaksa saya untuk menikah. Saya menikah
  bulan Desember tahun 1981. Tapi di malam pernikahan saya, saya malah
  menghabiskan malam itu bersama dengan seorang pelacur di sebuah
  hotel. Malah pada malam ketika anak pertama saya lahir, saya
  mabuk-mabukan sampai drop di sebuah hotel.

  Saya sama sekali tidak memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan sama
  sekali tidak peduli dengan istri saya yang membanting tulang bekerja
  sebagai buruh kasar untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sebaliknya,
  saya malah meninggalkan mereka pergi ke Amerika tanpa pamit, hanya
  karena seseorang menghina saya tidak punya gelar sarjana. Di
  Amerika, saya masuk ke Borough Of Manhattan Community College, lalu
  ke Baruch College; kedua-duanya di New York. Sekolah saya berjalan
  cukup baik, namun seperti biasa saya terus terlibat dalam pencarian
  uang secara instan. Seperti penipuan, pemalsuan, pengedaran narkoba,
  bahkan perdagangan manusia. Semua, baik pendidikan dan penghasilan
  dari dunia gelap, berjalan baik (terutama dari bisnis penipuan
  saya). Saya merasa begitu penuh dan tercukupi, merasa diri paling
  hebat, itu semua hasil usaha saya, dan di manakah Tuhan? Buktinya
  Dia tidak bisa menghentikan hal-hal jahat yang saya lakukan ini.

  Pengenalan saya yang pertama kali kepada Yesus terjadi agak aneh.
  Saya sedang bermain judi bersama teman-teman saya. Kemudian ada
  seorang teman yang bernama Ray, sering menang dan setiap kali menang
  dia berseru, "Puji Tuhan, Haleluya, dan Terima kasih Yesus". Hal itu
  sungguh mengesalkan hati saya. Saya memandangi Ray dan berpikir dia
  sudah gila. Masakan membawa-bawa jargon-jargon agama dalam judi. Dan
  saya juga katakan padanya bahwa Yesus yang dia puji-puji itu tidak
  ada istimewanya, hanya manusia biasa seperti kita, seorang penipu
  yang lebih pintar dari pengikutnya, sehingga pengikutnya mau saja
  dibohongi dan mengikutinya. Namun pada malam harinya, tanggal 5
  Februari, saya bermimpi dan mimpi itu begitu nyata. Saya melihat
  seorang pria yang matanya, kulitnya, dan jubahnya semuanya berwarna
  putih bagai salju. Saya bertanya padanya, "Siapakah engkau?" Dia
  lalu menjawab, "Aku adalah Yesus yang kau bilang sebagai penipu.
  Tapi sekarang Aku akan memberimu tugas untuk memberitahukan seluruh
  dunia kalau Aku bukan tipuan, tetapi sesuatu yang sungguh nyata."

  Saya katakan padanya, saya tidak punya urusan denganmu, untuk itu
  pergilah tinggalkan saya. Kejadian itu menjadi awal dibongkarnya
  hidup saya dan akhir dari kenyamanan yang dibangun atas kejahatan
  saya. Saya tidak bisa lagi hidup tenang sejak mimpi itu. Beberapa
  hari setelah mimpi itu, ibu saya menelepon, katanya istri saya akan
  meninggalkan saya kalau saya tidak berbicara dengannya. Saya memang
  meninggalkan istri saya pada ibu saya, karena saya pikir dia tidak
  berpendidikan atau pun setingkat kehidupannya dengan saya. Saya coba
  bicara dengannya, namun saya malah salah bicara dan menghancurkan
  sedikit harapan yang tersisa padanya. Ia pun langsung pergi keluar
  dari rumah ibu saya, kembali pada orang tuanya, dengan meninggalkan
  sebuah amplop berisi surat yang mengatakan bahwa dia akan tetap
  menunggu saya, peduli sampai berapa lama. Tidak lama kemudian, rumah
  saya yang di Amerika dirampok habis saat saya sedang pergi kuliah,
  tidak ada harta saya yang tersisa, semuanya habis dibawa perampok.

  Pada bulan Maret 1987, saya menembak seseorang hingga hampir mati
  hanya karena masalah wanita. Pada 15 September 1987, FBI menangkap
  dan membekuk saya di dalam kelas saat sedang kuliah, dengan tuntutan
  penipuan dan pemalsuan. Saya ditahan 13 bulan sebelum akhirnya
  dibebaskan. Baru saja saya dibebaskan, departemen imigrasi langsung
  menangkap saya dan langsung mendeportasi saya kembali ke Nigeria.
  Setelah hampir 4 tahun mencoba kembali ke Amerika, saya akhirnya
  berhasil kembali ke negeri itu tahun 1991. Namun dua tahun kemudian
  terjadi masalah besar, pertama ibu saya meninggal di bulan Januari.
  Lalu saya ditangkap pihak berwajib sampai 19 kali di tahun itu juga.
  Bukan semuanya karena kesalahan saya. Banyak orang dalam perusahaan
  saya terlibat dalam penipuan dan pemalsuan, sehingga saya sering
  terseret dalam penyelidikan.

  Tahun 1994, saya kembali ke Nigeria untuk mencari pertolongan
  spiritual. Saya benar-benar hancur, baik dalam hal kejiwaan dan
  finansial. Saya benar-benar butuh pertolongan. Hal yang mendorong
  saya mencari pertolongan spritual. Setiap kali kejadian-kejadian di
  atas terjadi, suara dalam mimpi yang saya alami itu terus datang.
  Menantang dan terus memanggil saya. Tapi saya coba lari dari-Nya,
  saya tidak mau itu menjadi jalan hidup saya. Saya memutuskan untuk
  mencoba sedikit berdamai dengan pemilik suara itu. Maka saya mencari
  seorang pendeta dan meminta sarannya. Ia menyarankan agar saya
  kembali bersama istri dan keluarga saya. Bila tidak, keadaan akan
  bertambah buruk. Saya mematuhi sarannya, dan berusaha kembali pada
  keluarga saya. Itulah hadiah Natal terindah, 23 Desember 1994, dua
  putri saya yang manis kembali duduk di pangkuan saya dengan
  sukacita.

  Bulan Februari 1997, saya memutuskan kembali ke Amerika, karena
  bisnis saya di Nigeria, apapun itu, selalu gagal. Saya transit di
  Amsterdam, Belanda, saya menelepon teman saya yang tinggal di situ.
  Ia pun dengan senangnya langsung mengundang saya ke rumahnya, karena
  ada perayaan pemberian nama untuk anaknya. Setelah perayaan itu
  selesai, saya jalan-jalan melihat-lihat Amsterdam. Namun di tengah
  jalan, mendadak polisi memberhentikan mobil saya. Menurut data yang
  mereka miliki, ternyata saya termasuk dalam daftar orang dicari di
  negara tersebut. Saya sangat terkejut, bagaimana mungkin, saya belum
  pernah datang ke negara itu, namun tertuduh atas sebuah kejahatan di
  situ? Setelah diusut, ternyata saya tercatat karena kejahatan yang
  saya lakukan di negara lain 5 tahun lalu, yang dilaporkan oleh warga
  negara di negara tersebut. Saat didorong masuk dengan kasar ke dalam
  sel dan pintu sel dengan keras terkunci, suara dari mimpi itu dengan
  jelas datang lagi dan berkata, "Apakah engkau sudah siap sekarang?"

  Saya langsung tersungkur di lantai sel itu dengan muka menghadap ke
  tanah. Saya menangis sejadi-jadinya seperti anak kecil. "Tuhan ...,
  ampuni aku, aku sudah lelah, aku menyerah!" Di dalam penjara itu,
  pada tanggal 7 Februari 1997, saya akhirnya menyerahkan hidup saya
  kepada Yesus Kristus. Di dalam penjara itu pula saya menjadi manusia
  yang tergantung hanya pada satu buku, yaitu Alkitab. Tidak saya
  lepas ke mana pun saya pergi di dalam lingkungan penjara. Saya baca
  berulang-ulang, sekali lagi dan lagi. Roh Kudus banyak berbicara
  pada saya melalui firman-Nya. Selama 7 bulan dalam penjara, saya pun
  dilepaskan dan menjadi luntang-lantung di Belanda. Di jalanan, saya
  bertemu dengan seorang pecandu narkoba dan dia menawarkan tempat
  sementara untuk berteduh. Tempat itu ternyata sebuah gereja bernama
  Victory Outreach Church. Dan saya disambut dengan sangat baik di
  sana, seperti di keluarga sendiri, bahkan mungkin lebih baik dari
  keluarga. Saya ikut dalam program rehabilitasi di gereja itu selama
  3 bulan dan kemudian dipindahkan ke Utrecth. Ternyata pendeta
  pelayan di Utrecth adalah seorang Nigeria, namanya Pendeta Franklin
  Ogunnorin. Saya belajar banyak di bawah bimbingannya selama 6 bulan,
  dan pemerintah Belanda memerintahkan saya untuk melanjutkan
  perjalanan ke Amerika.

  Namun, saat saya sedang transit di Spanyol dan mengunjungi seorang
  teman, suara itu datang lagi. "Aku tidak mengutusmu ke Amerika, tapi
  kembali ke Afrika dan dirikanlah gereja seperti yang telah engkau
  lihat, khusus untuk melayani pecandu, pelacur, pemabuk, narapidana,
  anak jalanan, dan mereka yang berasal dari keluarga yang berantakan.
  Mendengar suara itu, saya memilih patuh daripada mengikuti keinginan
  diri saya sendiri. Saya pun kembali ke Nigeria dengan hanya  di
  kantong dan langsung menggunakan rumah warisan ibu saya sebagai
  tempat pelayanan dan rehabilitasi. Kami juga melayani ibadah, sampai
  diadakan di hampir setiap hotel di Ibadan. Kehidupan dalam pelayanan
  bukanlah jalanan yang penuh bunga, namun begitu banyak tantangannya.
  Saya dan istri memang memiliki beban yang sama dalam pelayanan, tapi
  kami hidup tidak seperti suami istri, kami hidup seperti dua orang
  yang asing. Begitu banyak adu mulut dan perkelahian dalam kehidupan
  perkawinan kami. Sampai suatu saat, saya ditegur dengan firman Tuhan
  yang menyatakan agar saya harus mengasihi istri saya,
  menghormatinya, dan menjaganya. Puji nama Tuhan, kehidupan keluarga
  saya menjadi harmonis sejak saya patuh pada firman Tuhan.

  Tuhan Yesus yang Mahakuasa telah memanggil dan mengubahkan saya.
  Saya yang dahulunya suka memukul wanita, menjadi seorang pencinta
  istri. Saya tidak lagi melihat anak-anak saya sebagai parasit dan
  pengganggu hidup saya, melainkan warisan mulia dari Tuhan. Tuhan
  telah mengubahkan saya, dari seorang penghujat Tuhan menjadi
  pengabar Injil-Nya. Dari penjara menjadi pendeta, dari pencinta
  kehidupan malam menjadi pencinta kehidupan doa. Saya tidak melihat
  wanita dari tubuhnya lagi, tapi dari jiwanya yang terluka. Saya
  tidak mabuk akan anggur lagi, melainkan mabuk akan Roh Kudus.
  Dibebaskan dari lembah kematian dan diletakkan pada gunung batu
  kemulian-Nya. Saya sekarang percaya kalau Tuhan bisa memanggil saya,
  memilih saya, dan mengubahkan saya dengan karunia-Nya, kasih-Nya,
  dan kuasa-Nya yang begitu besar. Tuhan juga pasti mampu memanggilmu
  dan mengubahkanmu dari yang terhilang menjadi anak kesayangan-Nya.
  Asal kau mau bertobat dan kembali pada-Nya. Saya sekarang merasa
  begitu hidup, begitu diperbaharui, dan begitu dipulihkan. Membuat
  saya berpikir jika pengalaman saya bersama Kristus yang begitu indah
  ini adalah sebuah mimpi, maka saya tidak mau dibangunkan. Biarkan
  saya tetap bermimpi dalam hidup berkemenangan seperti ini.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama majalah: VOICE Indonesia, Vol. 88/2007
  Penulis: Omotoni Akintoye
  Penerbit: Communication Department Full Gospel Business`s Men
            Fellowship International -- Indonesia dan Yayasan Usahawan
            Injil Sepenuhnya Internasional (PUISI), Jakarta 2007
  Halaman: 18 -- 23
______________________________________________________________________

  Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi
  kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu
  merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang
  diwajibkan bagi kita. (Ibrani 12:1)
  < http://sabdaweb.sabda.org/?p=ibrani+12:1 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Berdoa untuk pelayanan yang dilakukan oleh OA, agar Tuhan
     memampukan dia untuk menggembalakan dan membimbing setiap orang
     yang telah Tuhan percayakan kepada dia. Doakan juga untuk
     keluarganya, agar Tuhan melindungi serta memberikan hikmat dan
     hati yang bijaksana kepada anak dan istrinya, sehingga mereka
     dapat mendukung dan menopang pelayanan yang dilakukan oleh OA.

  2. Doakan juga untuk mereka yang saat ini masih hidup jauh dari
     Tuhan, agar Tuhan menjamah hati mereka, dan mereka pun bersedia
     untuk merespons sehingga kehidupan mereka dapat dipulihkan dan
     dapat menjadi alat-Nya.

  3. Berdoa untuk gereja Tuhan dan umat percaya di Nigeria, agar
     mereka bersehati dalam memenangkan Nigeria bagi Tuhan, sehingga
     Nigeria dapat menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain.
______________________________________________________________________

Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2009 YLSA
YLSA -- http://www.ylsa.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih
Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/

Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org