Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/144

KISAH edisi 144 (12-10-2009)

Tiada Lagi Asap Mengepul

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                     Edisi 144, 12 Oktober 2009

PENGANTAR

  Shalom,

  Allah adalah setia dan adil. Itulah jaminan bagi kita yang menyadari
  dan mau mengakui segala kesalahan kita di hadapan-Nya. Dia pun akan
  menyambut kita ketika kita berkomitmen meninggalkan hidup yang lama
  untuk memulai hidup yang baru bersama dengan-Nya. Bagi Dia, kita
  sangat berharga. Kesaksian berikut merupakan satu dari sekian banyak
  bukti kasih Tuhan kepada kita. Harapan kami, Anda diberkati dengan
  kesaksian yang telah kami persiapkan.

  Pimpinan Redaksi KISAH,
  Novita Yuniarti
  http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
  http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                       TIADA LAGI ASAP MENGEPUL

  Sudah lebih dari 2 jam kami mengobrol dengan santai, ketika aku 
  tiba-tiba menyadari sebuah kejanggalan pada diri adikku.

  "Yati," kataku sambil mengamati dia, "apakah aku tak salah melihat?"

  "Ada apa, Kak?" tanya Yati heran pula.

  "Sejak tadi tak ada asap yang mengepul dari antara jari-jarimu?"

  "Ooooo itu." Yati tertawa renyah samhil membenahi roknya yang agak
  kusut diduduki. Lalu dengan senyum cerah ia pun menjawab, "Kakak tak
  salah lihat. Aku memang sudah berhenti merokok. Sudah hampir 1 tahun
  ini."

  "Berhenti merokok? Kau yang menjadi pecandu rokok sejak 15 tahun
  yang lalu?"

  "Betul, Kak. Cukup lama aku dikuasai nikotin."

  "Lalu, bagaimana kau membebaskan diri? Kata orang, sulit sekali
  melepaskan diri dari kecanduan itu."

  Pandangan mata Yati menerawang jauh tatkala ia menggali kembali
  pengalamannya dengan racun yang baru disebutnya itu. "Bagi orang
  lain, mungkin demikian. Tetapi aku mendapat kesadaran melalui sebuah
  pengalaman. Itu bedanya."

  "Coba ceritakan, Yati," kataku tak sabar menanti.

  Sekali lagi Yati tertawa melihat ketidaksabaranku. Tetapi ia segera 
  kambali serius. "Kakak tahu, bahwa keberangkatanku ke Malang adalah 
  untuk melayani Tuhan dalam bidang literatur. Nah, dalam perjalanan 
  aku baru sungguh-sungguh menyadari akan dalamnya makna melayani 
  Tuhan. Dalam hatiku, aku mengulangi ikrar, `Tuhan, inilah hidupku 
  yang kupersembahkan kepada-Mu. Seluruh jiwa ragaku Tuhan.` Di saat 
  berikutnya aku seakan-akan melihat persembahan diriku itu. Aku 
  melihat sebuah tubuh kurus kering dimakan racun nikotin yang kerap 
  tergoncang-goncang dengan batuk berkepanjangan. Sebuah tubuh yang 
  mungkin diberi hidup beberapa tahun lagi, sebelum asap racun 
  menggumpal dalam paru-parunya menjadi jaringan kanker! Bayangan yang 
  amat mengerikan. Tapi lebih dari itu, aku pun menyadari betapa 
  najisnya korban yang hendak kupersembahkan seandainya aku tidak 
  lebih dulu mengadakan penyucian atas korban itu. Berarti aku harus 
  menyucikan diri. Berarti aku harus berhenti merokok sebab itulah 
  satu-satunya kenajisan yang masih melekat pada diriku. Barulah 
  sesudahnya, aku boleh datang kepada-Nya sambil berkata, `Pakailah 
  aku Tuhan!` Dan itulah yang kulakukan, Kak, saat itu juga aku tak 
  pernah menyentuh sebatang rokok pun sampai hari ini."

  "Maksudmu, begitu mudahnya kau membebaskan diri?"

  "Oh ya," jawab Yati bersemangat, "bukankah segala-galanya menjadi
  sangat mudah dilakukan bila sebelumnya kita sudah berdoa memohon
  bimbingan dan kekuatan kepada-Nya?"

  Aku tercenung mendengar kata-kata yang begitu meyakinkan. Aku
  menatap wajah Yati yang tenang tetapi memancarkan juga semangat
  hidupnya. Lalu aku merasakan keteduhan di hatiku, seakan-akan telah
  terangkat satu beban kekhawatiran. Aku tahu kini Yati-ku yang manja
  akan menjadi pribadi yang lebih mantap. "Tuhan menyertaimu, Yati,"
  kataku.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Untaian Mutiara
  Penulis: Betsy. T
  Penerbit: Gandum Mas, Malang
  Halaman: 129 -- 131
______________________________________________________________________

  Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar
  merdeka. (Yohanes 8:36)
  < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Yohanes+8:36 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Berdoalah supaya kehadiran Tuhan dapat dirasakan oleh orang-orang
     yang saat ini masih terikat dan bergantung pada narkotika, 
     minuman keras, rokok, dll. sehingga mereka mau membuka hati,
     bertobat, dan menyerahkan hidup mereka kembali kepada Tuhan
     sebagai persembahan yang suci.

  2. Doakan juga untuk anak-anak Tuhan yang hidup di antara
     orang-orang yang hidupnya masih dalam kegelapan, supaya anak-anak
     Tuhan ini dapat dipakai menjadi garam dan terang bagi mereka yang
     membutuhkan keselamatan.

  3. Mengucap syukurlah untuk tubuh yang telah Tuhan berikan pada
     kita. Bagi mereka yang saat ini mengalami sakit-penyakit dan
     merasa tidak ada harapan, doakan supaya Tuhan melawat mereka dan
     memberikan mereka harapan yang tidak sia-sia.
______________________________________________________________________

Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2009 YLSA
YLSA -- http://www.ylas.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih
Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/

Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org