Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/156

KISAH edisi 156 (11-1-2010)

"Jesus Freak" Yang Pertama

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                     Edisi 156, 11 Januari 2010

PENGANTAR

  Shalom,

  Yesus mengatakan kepada para murid-Nya, "Setiap orang yang mau
  mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan
  mengikut Aku." Secara implisit, kata ini mengandung makna yang cukup
  dalam tentang arti panggilan sebagai orang percaya. Setiap "salib"
  yang Tuhan izinkan kita tanggung merupakan instrumen hidup yang
  dapat membawa kita mengenal Dia lebih dalam.

  Kita telah mendengar banyak kesaksian iman mengenai
  pengikut-pengikut Kristus yang mengalami berbagai kesulitan namun
  tetap setia mengiring Yesus, bahkan sampai menjadi martir. Bagaimana
  dengan kita? Apakah kita sendiri sudah mampu memikul "salib kecil"
  yang Tuhan berikan? Takutkah kita ketika harus memikul "salib
  besar"? Sebagai manusia biasa, kita mungkin goyah. Namun, dengan
  terus mengingat kebesaran kasih setia Tuhan dan pengharapan kekal
  dari Allah, maka kita pun pasti dimampukan-Nya untuk memikul salib
  kita. Jangan meragukan janji Allah! Apa pun yang terjadi dalam hidup
  ini marilah kita selalu berserah dan tetap memandang salib Kristus.

  Redaksi Tamu KISAH,
  Desi Rianto
  http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
  http://kekal.sabda.org/
  http://fb.sabda.org/kisah
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                      "JESUS FREAK" YANG PERTAMA
                  (Stefanus Yerusalem, Israel 34 M)

  Di seberang ruang sidang, pria muda yang disidang itu meneruskan
  khotbahnya. Para juri gelisah dan gugup ketika pria muda tersebut
  menceritakan mengenai warisan rohani dari kakek buyutnya. Apa
  hubungannya antara Abraham dan Musa dengan Yesus ini. Seorang pria
  muda lainnya di kerumunan, dengan usia kurang lebih sama dengan sang
  terdakwa, tampaknya tidak mendengarkan. Pikirannya sudah bulat
  mengenai permasalahan pengikut Yesus ini. Kerumunan para pemimpin
  Yahudi, bagaimanapun, menjadi semakin terganggu dengan setiap
  perkataan dari terdakwa muda tersebut.

  Tiba-tiba sang pengkhotbah berpaling kepada pendengar, "Hai
  orang-orang yang tidak bersunat hati dan telinga! Kamu selalu
  menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga
  kamu. Bahkan, mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu
  memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah
  kamu khianati dan kamu bunuh. Kamu telah menerima hukum Taurat yang
  disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak
  menurutinya."

  Saat kerumunan orang banyak mendengar hal ini, mereka bahkan lebih
  murka lagi, tetapi si terdakwa tidak memedulikan kemarahan mereka
  yang semakin bertambah. Wajahnya bersinar bagai wajah malaikat, dan
  ia berhenti berbicara dan menunjuk ke langit-langit. "Lihat! Aku
  melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan
  Allah."

  Ini sudah kelewatan. Kerumunan orang di persidangan tersebut
  berteriak sekeras-kerasnya sambil menyerbu dan menyeret sang
  terdakwa tersebut keluar dari kota untuk dirajam. Namun, si terdakwa
  terus saja berkhotbah.

  Pria muda yang ada di antara pendengar, seorang Saulus dari Tarsus,
  mengikuti dari belakang mereka. Ia berdiri tidak jauh dari si
  terdakwa dan melihat ke langit dengan tenangnya ketika gerombolan
  orang semakin bertambah banyak. Teriakan-teriakan kini kian panas.
  Seorang pria menyerahkan jubahnya kepada Saulus, dan membungkuk
  memungut sebuah batu sepeti menantikan tanda dari Saulus. Saulus
  menurunkan pandangannya, dan kemudian melihat tepat pada mata pria
  tersebut dan menganguk. Sudah saatnya untuk membuat pengkhotbah muda
  ini diam.

  Meski terus-menerus diejek, Stefanus, si terdakwa tersebut, terus
  bercerita tentang seorang Pria yang amatlah penting baginya. Ia
  tidak dapat berhenti berbicara mengenai-Nya. Beberapa orang lainnya
  kini mulai menanggalkan jubah mereka, menyerahkannya kepada Saulus,
  dan mulai mengumpulkan batu, banyak batu yang demikian besarnya
  hingga para pria harus mengangkatnya dengan kedua tangannya.

  "Penghujat ini harus dihadapi!"

  "Ia berbicara menentang Musa!"

  "kami tidak mau mendengar Yesusmu lagi!"

  Sebuah batu melayang melewati kepala Stefanus. Ia berheti berbicara
  cukup lama untuk menghindarinya, kaget sejenak, kemudian berdiri
  untuk meneruskanya. Batu mengenainya di depan pelipisnya, dan ia
  jatuh terlutut. Batu lainnya mengenai bahunya. Kemudian terdapat
  terlalu banyak batu untuk dapat dihitung.

  "Tak ada lagi pembicaraan mengenai Yesus!"

  "Biarlah ini menjadi pelajaran bagi semua yang menyatakan mengenai
  Yesus ini!"

  Batu lainnya mengenai sasaran. Kemudian sebuah lainnya lagi. Ia
  tidak dapat membuka matanya karena aliran darahnya. Bajunya
  robek-robek oleh hantaman-hantaman dan darah yang mengalir dengan
  bebas dari sobekan-sobekannya. Ia mulai berdoa, "Ya Tuhan Yesus,
  terimalah rohku." Dan kemudian Ia menatap kepada kerumunan hingga
  matanya terkunci pada mata pria muda yang memegang setumpuk jubah.
  "Tuhan," ia meneruskan, "janganlah tanggungkan dosa ini kepada
  mereka."

  Dengan mengatakan kalimat tersebut, Stefanus meninggal.

  Perlahan-lahan para pria mengumpulkan jubah mereka dari Saulus muda,
  yang dengan cepat berada sendirian bersama tubuh si pengkhotbah muda
  tersebut. Saulus berada di Yerusalem untuk membantu mendiamkan
  kegilaan yang makin bertambah mengenai Yesus dari Nazaret. Di balik
  kebenciannya, ia tidak dapat mengenyahkan kata-kata si pria muda dan
  betapa ia telah menghadapi maut tanpa gentar. Ia berdiri memandang
  pada tubuh martir pertama bagi Yesus ini. Sinar yang demikian
  membuat Saulus murka masih terpancar pada wajah pria muda tersebut.
  Ia telah melihatnya sebagai kebanggaan yang nyaman dari seorang
  penghujat, tapi mungkinkah sinar itu merupakan sesuatu yang lain. Ia
  memadamkan pikiran itu dan berpaling pergi, lebih berniat dari
  sebelumnya untuk menghancurkan gerakan Yesus ini.

  Saulus tidak menganiaya pria-pria seperti Stefanus untuk lebih lama
  lagi. Satu hari sesudahnya, pada perjalanannya ke Damaskus untuk
  memenjarakan lagi lebih banyak lagi orang percaya, ia melihat Yesus.
  Dari pertemuan itu nantinya ia menjadi Paulus, misionaris Kristen
  pertama, yang berkeliling ke mana-mana menyatakan nama Yesus. Ia
  akhirnya menulis bagian yang besar dari Perjanjian Baru. Hal itu
  bermula dari sebuah benih yang ditanam dalam hatinya oleh seorang
  muda yang penuh dengan iman, anugerah, dan kekuatan -- seorang
  "Jesus Freak" yang tidak dapat berhenti memberitakan kepada
  orang-orang mengenai Yesus, bahkan jika hal itu berarti kehilangan
  nyawanya.

  Diambil dari:
  Judul buku: Jesus Freaks
  Penyusun: Toby McKeehan dan Mark Heimermann
  Penerbit: Cipta Olah Pustaka, 1995
  Halaman: 40 -- 42
______________________________________________________________________
  Ada suatu permintaan lagi kepadamu, saudara-saudara. Kamu tahu,
  bahwa Stefanus dan keluarganya adalah orang-orang yang pertama-tama
  bertobat di Akhaya, dan bahwa mereka telah mengabdikan diri kepada
  pelayanan orang-orang kudus. (1 Korintus 16:15)
  < http://sabdaweb.sabda.org/?p=1 Korintus+16:15 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Doakan agar setiap orang percaya memiliki keberanian untuk
     memberitakan tentang Kristus kepada orang-orang yang ada di
     sekitar mereka yang belum selamat.

  2. Berdoa bagi mereka yang belum selamat, agar Tuhan menjamah hati
     mereka ketika ada seseorang yang menceritakan tentang Kristus
     kepada mereka, dan mereka bersedia menerima Kristus sebagai Tuhan
     dan Juru Selamat pribadi mereka.

  3. Mengucap syukur untuk keberadaan para "Jesus Freak" karena melalui
     kesaksian hidup mereka kita bisa melihat, meskipun di tengah
     tekanan dan ancaman mereka tetap setia pada Tuhan. Kita pun dapat
     belajar dari kesaksian hidup mereka.

______________________________________________________________________
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) Kisah 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Pimpinan redaksi: Novita Yuniarti
Redaksi tamu: Desi Rianto
Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/
Facebook KISAH: http://fb.sabda.org/kisah

Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org

Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org