Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/16

KISAH edisi 16 (23-4-2007)

Hati yang Luka

______________________________PUBLIKASI_______________________________
                                KISAH
____________________(Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________________
                       Edisi 16, 23 April 2007

PENGANTAR

  Bagaikan mata uang logam yang memiliki dua sisi, begitulah apa yang
  dapat dirasakan oleh manusia selama masih hidup di dunia ini. Ada
  yang baik, ada yang buruk. Ada suka, ada juga duka. Mungkin bagi
  kita akan terasa mudah dalam menghadapi sisi yang kita anggap baik,
  yang indah, dan akan terasa berat ketika menghadapi sisi yang kita
  anggap buruk. Seperti kisah berikut ini yang menceritakan tentang
  seorang ibu yang merasa kehilangan ketika anaknya harus pulang
  selamanya ke rumah Bapa di surga dan tentang Allah yang senantiasa
  menyertai langkah hidupnya. Mari kita simak.

  Pimred KISAH,
  Pipin Kuntami
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                            HATI YANG LUKA
                            ==============

  "Ibu, apakah orang lain yang melihat mukaku akan ngeri?" kata-kata
  itu terlontar dari mulut anak laki-laki kesayanganku, yang mengalami
  kanker rongga mulut dan telah meninggalkan aku untuk selama-lamanya.
  Pertanyaan itu keluar pada saat ia mau keluar rumah dan melangkah
  ragu karena menyadari keadaannya.

  Ia pernah menjalani operasi terapi sinar dan minum obat untuk
  memperingan sakitnya yang membawa banyak perubahan pada fisik dan
  menyebabkan garis-garis luka pada wajahnya. Dengan menahan perasaan
  dan air mata, aku menepuk-nepuk pundaknya dan dengan setengah
  bercanda aku berkata, "Tidak sayang, kamu masih kelihatan sangat
  tampan!" Kata-kata yang memberikan penghiburan dan semangat bagi
  dia untuk berani melangkah keluar rumah bersamaku ke supermarket.

  Pemuda yang bertubuh atletis, tampan dan menyenangkan, dengan
  pekerjaan yang bagus, tetapi harus bergumul dengan penyakit yang
  mengharuskan dia menderita secara lahir dan batin. Ia memiliki
  teman, orang tua, adik, sanak famili, dan istri yang sangat
  mencintai dan memerhatikannya. Ia memperoleh kehangatan, simpati,
  perawatan dalam penderitaannya, walaupun ia tidak pernah menyatakan
  keluh kesahnya pada orang lain.

  Adakalanya anak lelakiku itu membuat kue untuk menyambut teman yang
  datang mengunjunginya, memasak untuk istrinya yang pulang dari
  kerja. Kasih mesra dengan istrinya tidak pernah terpengaruh oleh
  kondisi tubuh yang sakit melainkan mereka bersama-sama menghadapi
  penyakit yang dideritanya, walaupun akhirnya ia harus meninggalkan
  aku dan istrinya untuk pulang ke rumah Bapa di surga.

  Kepergian anak yang kusayangi meninggalkan luka yang sangat mendalam
  dalam hatiku, tidak ada orang yang dapat menyelami perasaanku itu.
  Aku pernah bertanya, "Bagaimana mungkin Tuhan tega memetik bunga
  yang baru mekar itu?" dan "Mengapa Tuhan memberikan pencobaan itu
  padaku?" Kesedihan itulah yang membuat aku marah pada Tuhan dan
  beberapa tahun lamanya aku menjauhkan diri dari Tuhan.

  Setelah sekian lama aku mengalami kesedihan, akhirnya aku sadar
  bahwa Tuhan memiliki tujuan terhadap apa yang terjadi pada
  orang-orang pilihan-Nya dan aku dapat menjadi lebih bersyukur dalam
  penderitaan. Aku teringat peristiwa yang mengharuskanku membawa
  seluruh keluargaku percaya pada Tuhan dan menerima dia sebagai Juru
  Selamat.

  Aku teringat suatu sore tahun 1985; seusai pulang kerja aku naik bus
  dan setelah sampai tujuan aku turun, tatkala menyeberang jalan ada
  truk dengan kecepatan tinggi menerjang aku tanpa aku sempat
  menghindar. Aku hanya bisa berkata, "Tamatlah riwayatku!" Tapi
  sungguh mengherankan dalam keadaan yang sangat kritis tiba-tiba truk
  itu berhenti. Meskipun demikian truk itu sempat menyenggol tangan
  kananku dan mengakibatkan luka-luka ringan. Aku bersyukur atas
  perlindungan Tuhan yang tepat waktu sehigga aku terhindar dari
  kematian. Sesampai di rumah, kami sekeluarga mengucap syukur atas
  perlindungan Tuhan. Sejak itu, timbul pemikiran bahwa anak
  laki-lakiku dan istrinya serta anak perempuanku belum percaya pada
  Tuhan, sedangkan aku dan suamiku sudah percaya pada Tuhan. Aku
  berpikir, seandainya aku meninggal dalam kecelakaan itu, bagaimana
  aku punya muka untuk bertemu muka dengan Tuhan? Padahal waktu itu
  dokter telah menemukan penyakit yang diderita anakku.

  Aku semakin bersungguh-sungguh berdoa agar Roh Kudus bekerja di
  tengah-tengah keluargaku sehingga satu persatu keluargaku percaya
  kepada Tuhan. Aku memohon agar Tuhan menolong supaya pada masa tuaku
  dapat memberitakan kuasa Tuhan kepada semua orang. Aku ingat
  menjelang hari Natal, aku meminta tolong seorang pendeta untuk
  membelikan dua Alkitab sebagai hadiah Natal bagi kedua anakku.
  Pendeta menasihatkan supaya aku banyak berdoa memohon bimbingan Roh
  Kudus agar anakku mengenal kebenaran.

  Aku sungguh bersyukur pada Allah yang menyayangi hamba-Nya dan Roh
  Kudus yang telah bekerja. Karena tidak lama kemudian anak
  perempuanku dan pacarnya bukan hanya ikut kebaktian, tapi juga
  menerima baptisan. Sedangkan anak lelakiku yang sedang gawat karena
  kanker rongga mulut -- segala pengobatan yang telah dilakukan
  tidak dapat meringankan penyakitnya, Tuhan membuka mata hatinya
  sehingga mau menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat pribadinya.
  Dan yang sangat menggembirakan, istrinya pun ikut percaya sehingga
  mereka bersama-sama menerima baptisan kudus.

  Luka hati yang sangat dalam karena ditinggalkan seseorang yang kita
  cintai, tidak akan mudah untuk dilupakan. Tapi aku yakin bahwa Allah
  yang aku percaya akan selalu berada di sampingku, memimpin dan
  melindungi sepanjang hidupku yang penuh kelelahan dan penderitaan.

  Bahan diambil dan diedit seperlunya dari:
  Judul buku   : Jalan Tuhan Terindah
  Judul artikel: Hati yang Luka
  Penulis      : Pdt. Paulus Daun, M. Div, Th. M
  Penerbit     : Yayasan Daun Family Manado
  Halaman      : 3 -- 6
______________________________________________________________________

                      "Benarlah perkataan ini:
     `Jika kita mati dengan Dia, kitapun akan hidup dengan Dia`"
                          (2 Timotius 2:11)
            < http://sabdaweb.sabda.org/?p=2Tim+2:11 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Bersyukurlah kepada Tuhan yang telah memilih dan memanggil kita
     untuk menerima keselamatan di dalam Yesus Kristus.

  2. Berdoalah bagi mereka yang belum pernah mendengar berita
     keselamatan, supaya Tuhan menyayangkan jiwa mereka dan memberi
     kesempatan kepada mereka untuk mendengarnya melalui hamba-hamba
     Tuhan, para penginjil yang Tuhan kirim.

  3. Berdoalah juga agar Tuhan memampukan kita yang telah menerima
     keselamatan ini untuk turut mengabarkan kehidupan kekal di dalam
     Kristus; kapan pun Ia memberi kesempatan untuk bersaksi.

  4. Doakan pula setiap orang yang kehilangan orang yang mereka
     kasihi. Doakan agar mereka mengingat kasih Tuhan yang telah
     berkarya dalam hidup orang-orang terkasih mereka; bahwa Tuhan
     akan mempertemukan mereka kelak.
______________________________________________________________________

       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                       Copyright(c) 2007 YLSA
                YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/
                      http://katalog.sabda.org/
                    Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

Pimpinan Redaksi: Pipin Kuntami
Staf Redaksi    : Puji, Raka, Yulia
Kontak          : < staf-kisah(at)sabda.org >
Berlangganan    : < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti        : < unsubcribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip Kisah     : http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL     : http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org