Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/183 |
|
KISAH edisi 183 (19-7-2010)
|
|
___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________ Edisi 183, 19 Juli 2010 PENGANTAR Shalom, Mari kita bermain tebak-tebakan. Apa yang diciptakan terlebih dahulu, ayam atau telur? Seorang evolusionis bisa saja meragukannya dan menjawab telur muncul terlebih dahulu karena adanya perubahan genetika, namun orang percaya akan menjawab Allah menciptakan ayam dan hewan-hewan lainnya. Nah, kalau pertanyaan yang jawabannya relatif itu diganti: apakah mukjizat itu? Banyak orang mungkin meragukan adanya mukjizat. Tapi kita sebagai orang percaya dapat dengan yakin menjawab bahwa mukjizat adalah buah dari kasih karunia Allah, seperti yang disaksikan dalam kisah kali ini. Redaksi tamu KISAH, Truly Almendo Pasaribu http://kekal.sabda.org http://fb.sabda.org/kisah ______________________________________________________________________ KESAKSIAN MENDEKATI AJAL Awalnya, saya (AA) hanya merasakan sakit perut biasa setelah makan pagi dalam sebuah acara teman saya di Trawas. Teman saya memberikan minyak kayu putih dan rasa sakit itu pun reda. Namun seminggu kemudian, tanggal 8 Februari 2005, sakit di perut itu terulang kembali, hingga akhirnya saya memeriksakan diri ke dokter. Diagnosa awal dokter menunjukkan bahwa ada masalah pada empedu saya. Setelah hasil laboratorium keluar, saya sungguh terkejut. Dokter mengatakan saya harus dioperasi saat itu juga. Keadaannya sangat gawat! Telah terjadi masalah pada empedu saya dan bila dalam waktu 2 hari tidak dioperasi, empedu saya akan pecah serta membahayakan keselamatan jiwa saya. Saya pun meminta waktu kepada dokter untuk memikirkan lebih lanjut tindakan yang akan saya lakukan karena adanya vonis yang mendadak ini. Di sisi lain, saya tidak punya banyak waktu untuk berpikir karena taruhannya adalah nyawa saya sendiri. Timbul ketakutan dalam diri saya akan risiko dari operasi itu. Namun tidak ada pilihan lain selain harus menjalani operasi itu. Seluruh keluarga kemudian menguatkan, hingga akhirnya saya bersedia dioperasi dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Saat saya sudah di meja operasi, tensi saya mendadak turun. Risikonya terlalu besar untuk mengadakan operasi pada tekanan darah yang rendah. Tim dokter lalu menunda operasi tersebut. Saya dipindahkan ke ruang ICU sambil menunggu tekanan darah saya normal kembali. Saya bisa bernapas sedikit lega saat operasi ditunda, namun saya tahu penundaan operasi itu justru akan memperburuk kondisi saya. Dua hari kemudian ketika operasi akan dilakukan, kabar yang lebih buruk datang. Dari hasil rontgen ternyata infeksi sudah menjalar hingga ke paru-paru. Foto rontgen itu memperlihatkan hampir seluruh paru-paru menjadi putih. Dokter mengatakan ini adalah hal yang sangat buruk. Dengan keadaan seperti ini, kemungkinan saya untuk hidup tinggal 15%, itu pun belum ditambah racun akibat infeksi sudah masuk ke dalam darah dan otak. Saat itu saya merasa benar-benar kacau. Keracunan dalam darah dan otak mengacaukan pikiran saya, membawa saya dalam pikiran sadar dan tidak sadar. Saat itu, saya bisa menyadari sekeliling saya secara nyata, tapi melihat juga hal yang tidak nyata yang tidak dilihat orang lain. Dalam kondisi kritis seperti itu saya seperti dibawa ke suatu tempat, dan saya tahu saya akan dibunuh di sana. Saya melihat sekelompok orang berjubah hitam sedang mengadakan ritual pemujaan terhadap setan. Saya sangat takut, saya berteriak menghadapi mereka, "Dalam nama Yesus, aku tolak! Engkau tidak punya kuasa dalam hidupku, aku milik Yesus!" Kata-kata itu saya ulang terus-menerus. Kemudian saya sadar dan telah berada kembali di ruang ICU. Saya melihat orang-orang yang saya kenal di sekitar saya. Saya juga baru menyadari kini ada pipa yang masuk ke dalam mulut dan tenggorokan saya, menjepit pita suara, sehingga saya tidak bisa berteriak atau bicara. Saya kesakitan dan setengah sadar saya berusaha mencabut pipa itu keluar dari mulut. Para suster panik melihat tindakan saya itu, mereka berusaha menenangkan saya, namun tidak berhasil, sehingga meminta bantuan beberapa orang untuk memegangi saya dan membuat saya agak lebih tenang. Sejam kemudian saya baru bisa ditenangkan, tapi ternyata 1 jam tanpa oksigen yang saya cabut itu mengakibatkan sesuatu yang fatal bagi saya. Proses perawatan saya pun sulit dan kemungkinan hidup maupun sembuh semakin kecil. Dalam penderitaan itu, saya hanya mengingat penderitaan Tuhan Yesus lebih sakit dari apa yang saya alami. Dia menderita supaya kita diselamatkan, bilur-bilur-Nya telah menyembuhkan sakit-penyakit kita, itu yang membuat saya semakin kuat, iman pengharapan kepada Tuhan Yesus sangat mantap. Doa saya, "Tuhan, hidup matiku ada dalam tangan-Mu. Kalau Tuhan izinkan aku untuk hidup pasti aku akan disembuhkan karena Tuhan punya rencana dan banyak hal yang harus aku kerjakan, tetapi bila sudah waktunya aku menghadap Tuhan aku juga sudah siap." Dukungan doa yang tidak berhenti dari semua teman-teman membuat pertolongan dan mukjizat terjadi. Proses kesembuhan saya berjalan dengan sangat cepat dan ajaib. Menurut vonis medis kemungkinan saya untuk hidup sangat kecil, apalagi untuk sembuh. Namun hanya 24 hari perawatan di rumah sakit, tepatnya tanggal 4 Maret 2005, saya sudah dapat kembali berada di tengah keluarga. Dalam waktu yang singkat semua organ tubuh yang dulu disebutkan mengalami kerusakan fatal kini telah kembali normal. Kini saya sungguh mengerti apa yang dikatakan firman Tuhan bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8:28) Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul majalah: SUARA, Edisi 78, Tahun 2005 Penulis: IM Penerbit: Communication Department Full Gospel Business Men`s Fellowship International Indonesia Halaman: 5 -- 6 dan 8 ______________________________________________________________________ "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13) < http://alkitab.sabda.org/?1Korintus+10:13 > ______________________________________________________________________ POKOK DOA 1. Doakan agar mereka yang saat ini berada dalam kondisi lemah fisik boleh tetap dikuatkan dan berpengharapan hanya di dalam Tuhan. 2. Berdoa juga agar para tim medis yang merawat mereka diberi hikmat dan kemampuan, sehingga dapat memberikan pertolongan dan perawatan yang terbaik. 3. Doakan untuk dana yang diperlukan untuk pengobatan, agar Tuhan mencukupkan. ______________________________________________________________________ Pimpinan redaksi: Novita Yuniarti Kontak: < kisah(at)sabda.org > Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org > Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-kisah(at)hub.xc.org > Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/kisah Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org Facebook KISAH: http://fb.sabda.org/kisah Twitter KISAH: http://twitter.com/sabdakisah Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org ______________________________________________________________________ Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright (c) 2010 Kisah / YLSA -- http://www.ylsa.org Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |