Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/201

KISAH edisi 201 (22-11-2010)

Memasuki Terang-Nya

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                       Edisi 201, 22 November 2010

PENGANTAR

  Shalom,

  "Semua rekan-rekan judi saya mengetahui bahwa dari sepuluh kali
  berjudi, tujuh hingga delapan kali saya akhiri dengan kemenangan
  yang fantastis. Tetapi saya tidak bisa mengerti mengapa uang hasil
  judi tersebut tidak pernah terkumpul dengan aman di dalam tabungan
  saya." Pengakuan seorang pria yang dulunya terbelenggu judi di atas
  menjadi afirmasi terhadap kebenaran firman Tuhan dalam Amsal 13:11,
  "Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa
  mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya." Kisah hidup FK
  yang dramatis dan menyentuh tersebut dapat Anda baca pada KISAH
  edisi kali ini. Selamat menikmati dan semoga menjadi berkat bagi
  Anda semua!

  Redaksi tamu KISAH,
  Wilfrid Johansen
  http://kekal.sabda.org
  http://fb.sabda.org/kisah
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                           MEMASUKI TERANG-NYA

  Keluarga besar saya (FK) memiliki sebuah tradisi yang sudah
  bertahun-tahun lamanya dilakukan, yaitu seluruh anggota keluarga
  berkumpul untuk menyambut datangnya Tahun Baru Imlek. Nenek moyang
  saya selalu merayakannya dengan judi dan pesta pora lainnya,
  walaupun hanya sekadar "hiburan" saja. Apabila di antara sanak
  saudara ada yang tidak bisa bermain judi, para orang tua bersedia
  mengajari mereka berbagai bentuk judi hingga dapat bermain dengan
  baik.

  Saat saya sekolah di SMP, judi semakin melekat dalam diri saya.
  Ketika saya beranjak dewasa dan sudah berumah tangga di tahun 1984,
  judi tidak lagi menjadi sekadar "hiburan" di lingkungan keluarga
  saja. Pulang bekerja saya tidak langsung kembali ke rumah tetapi
  langsung pergi ke tempat judi hingga larut malam. Saya sudah malang
  melintang berjudi di tempat-tempat judi yang terkenal di Bandung,
  Jakarta hingga ke luar negeri.

  Setiap kali istri saya memberikan nasihat supaya saya meninggalkan
  kegiatan judi dan supaya saya mencurahkan lebih banyak perhatian
  kepada keluarga, maksud baik itu selalu berujung dengan keributan;
  hal itu terjadi hampir setiap hari. Selain istri saya, orang tua dan
  saudara-saudara saya juga ikut menegur dan menasihati agar saya
  tidak terlibat terlalu jauh dalam dunia judi, namun dengan bebal
  saya selalu mengatakan bahwa judi adalah "hobi" saya.

  Sekalipun pemerintah melarang kegiatan berjudi, namun saya tidak
  peduli. Saya seringkali digerebek oleh polisi dan tidak jarang saya
  digiring hingga ke kantor polisi, namun setelah saya dibebaskan,
  saya tidak pernah jera, sebab judilah satu-satunya hal yang saya
  senangi. Semua rekan-rekan judi saya mengetahui bahwa dari sepuluh
  kali berjudi, tujuh hingga delapan kali saya akhiri dengan
  kemenangan yang fantastis. Tetapi saya tidak bisa mengerti mengapa
  uang hasil judi tersebut tidak pernah terkumpul dengan aman di dalam
  tabungan saya.

  Teman-teman saya pun mengatakan bahwa uang hasil judi tersebut
  datangnya dari "setan" dan yang menghabiskannya adalah "jin". Di
  dunia judi apabila seseorang kalah berjudi, ia bisa kehilangan harta
  benda dan segala kepunyaannya, dan walaupun ia menang, hasilnya juga
  akan dihabiskan oleh "setan". Walaupun demikian, saya tetap tidak
  dapat melepaskan judi dari hidup saya apa pun yang terjadi, dan ke
  mana pun saya pergi, saya selalu mencari tempat-tempat judi untuk
  menyalurkan "hobi" saya tersebut.

  Pada bulan Agustus 2001 yang lalu, saya bertemu dengan seorang kawan
  lama saya, Edi Suhardiman. Pada saat itu ia mengajak saya untuk
  menghadiri sebuah pertemuan FGBMFI (Full Gospel Business Ministry
  Fellowship International -- Persekutuan Usahawan Injili Sepenuhnya
  Internasional) di rumah salah satu anggotanya di Bandung, saya
  langsung menolaknya. Tetapi karena saya melihat kegigihan dan
  semangatnya mencari jiwa yang tersesat seperti diri saya, maka pada
  kesempatan berikutnya ketika ia mengundang saya, dengan disertai
  perasaan sungkan, saya tidak kuasa lagi untuk menolaknya.

  Pada saat saya sedang mengikuti pertemuan tersebut, saya merasa
  seakan-akan ada seseorang yang sedang menarik tangan saya untuk
  keluar dari dunia judi dan menunjukkan kepada saya sebuah jalan yang
  sangat indah dan penuh pengharapan. Pada hari-hari berikutnya, saat
  iman saya mulai bertumbuh setelah mengikuti pertemuan-pertemuan
  tersebut, saya mulai menghadapi pergumulan yang sangat berat dalam
  batin saya. Saya merasa ada dua kubu yang sedang berperang dalam
  diri saya. Kubu yang satu adalah "sosok" yang sedang menarik tangan
  saya untuk meninggalkan dunia gelap itu, tetapi kubu yang lain
  menarik tangan saya untuk tetap tinggal di dunia judi. Itulah
  sebabnya, sekalipun tubuh saya berada di tempat pertemuan, namun
  pikiran saya sering melayang ke tempat-tempat judi.

  Setelah sekitar lima sampai enam bulan, saya merasa kelelahan dengan
  segala usaha saya sendiri untuk bisa lepas dari kegiatan judi. Pada
  suatu hari, ketika saya sedang duduk di rumah dalam keadaan tidak
  berdaya lagi dan mencoba merenungkan apa yang telah terjadi dalam
  diri saya, tiba-tiba saya mendapat penglihatan diri saya sedang
  mengendarai sebuah kendaraan yang melaju dari jalan yang salah ke
  arah jalan yang curam, penuh dengan batu-batuan yang kasar. Ketika
  saya berusaha untuk menghadapi bahaya itu dengan kekuatan sendiri,
  kendaraan itu tetap melaju dengan kencang sekalipun saya sudah
  berusaha menginjak pedal rem. Kemudian pada saat saya menyadari
  bahwa sebentar lagi kendaraan itu akan terjungkal dan saya akan
  masuk ke dalam jurang yang ada di hadapan saya, maka dengan segenap
  kesungguhan hati saya berseru, "Tuhan, saya tidak ingin mati dalam
  jurang itu. Tolonglah agar kendaraan ini dapat dikendalikan. Saya
  berjanji bahwa saya sungguh-sungguh mau berhenti berjudi." Ajaib!
  Tuhan menggantikan rem kendaraan yang tadinya macet dengan rem yang
  baru, sehingga kendaraan itu dapat dikendalikan dan saya tidak mati
  konyol di dasar jurang yang dalam itu.

  Sejak saat itu saya menyadari bahwa ternyata saya tidak dapat
  berubah hanya dengan kekuatan saya sendiri. Saya memerlukan
  pertolongan Tuhan untuk mengubah hidup saya. Setelah saya mendapat
  penglihatan itu, Tuhan membalikkan arah "kendaraan" saya 180
  derajat. Ketika sudah berbalik arah, saya dihadapkan dengan jalan
  mendaki yang penuh dengan bebatuan. Jalan tersebut adalah gambaran
  pergumulan panjang saya untuk meninggalkan dunia judi dengan total.
  Sekalipun teman-teman akrab saya di dunia gelap itu mengejek dan
  memperolok saya, namun saya menerimanya dan saya berpisah dengan
  mereka untuk masuk ke dalam terang-Nya ajaib.

  Terus terang saya mengatakan bahwa saya sedih berpisah dengan
  mereka, tetapi Tuhan telah menggantikan "kesedihan" itu dengan
  memberikan lebih banyak lagi kawan-kawan yang baik di FGBMFI
  Bandung. Biasanya jika musim liburan tiba, saya selalu melewatkan
  liburan itu dengan berjudi di luar negeri dengan kawan-kawan. Tetapi
  pada musim liburan tahun 2003, saat saya mengalami kebimbangan dan
  kebosanan dalam diri saya, Tuhan menghibur saya dengan memberikan
  nyanyian dalam mulut saya. Bersama dengan kawan-kawan di FGBMFI,
  kami bermain gitar dan bernyanyi untuk mengagungkan nama Yesus.

  Berbagai peristiwa telah terjadi dalam hidup saya, tetapi saat ini
  saya dapat menyatakan bahwa ketika saya berbalik kepada Yesus dan
  meninggalkan seluruh kejahatan saya, serta kembali menjadi ayah yang
  mencurahkan perhatian pada istri dan anak-anak saya, maka saya dapat
  melihat bahwa sukacita yang saya dapatkan di dunia ini tidak ada
  artinya jika dibanding dengan sukacita besar yang saya terima dari
  Kristus.

  Diambil dan disunting dari:
  Judul buletin: SUARA, Edisi 73, Tahun 2004
  Penulis: KM
  Penerbit: Yayasan Persekutuan Usahawan Injili Sepenuhnya
            Internasional (PUISI), Jakarta
  Halaman: 13 -- 15
______________________________________________________________________

  Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan,
  supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. (Efesus 1:4)
  < http://alkitab.sabda.org/?Efesus+1:4 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Bersyukur pada Tuhan Yesus yang telah menjamah kehidupan FK
     sehingga terlepas dari ikatan judi. Doakan FK dan
     keluarganya agar semakin dekat dengan Tuhan dan semakin
     mengasihi-Nya.

  2. Doakan orang-orang yang masih terikat dengan judi dan dunia
     gelap agar mereka segera bertobat dan kembali ke kehidupan yang
     benar, sesuai dengan Firman Tuhan.

  3. Berdoa untuk keluarga-keluarga yang belum mengalami pemulihan
     dalam kehidupan mereka. Kiranya mereka tetap mengandalkan Tuhan
     Yesus dan apa yang menjadi pergumulan mereka dapat segera
     terjawab.
______________________________________________________________________
Pimpinan redaksi: Novita Yuniarti
Kontributor: Wilfrid Johansen
Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan via email: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti berlangganan < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/kisah
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org
Facebook KISAH: http://fb.sabda.org/kisah
Twitter KISAH: http://twitter.com/sabdakisah

Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org
______________________________________________________________________
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 Kisah / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org