Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/205

KISAH edisi 205 (20-12-2010)

Apa yang Didapat di Hari Natal?

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                   Edisi 205, 20 Desember 2010

PENGANTAR

  Shalom,

  Natal adalah tentang Kristus. Semangat Natal yang adalah Kristus
  inilah yang mendasari artikel Kolom Kesaksian edisi kali ini yang
  berjudul "Apa yang Didapat di Hari Natal?". Momen Natal adalah momen
  ketika kita sedang diingatkan kembali bahwa sebenarnya kita telah
  menerima kado terbesar dari Allah yaitu Bayi Kristus, sang Putra
  yang lahir ke dunia fana.

  Selamat menikmati sajian Publikasi Kisah edisi kali ini. Tuhan
  memberkati.

  Redaksi tamu KISAH,
  Wilfrid Johansen
  http://kekal.sabda.org
  http://fb.sabda.org/kisah
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                   APA YANG DIDAPAT DI HARI NATAL?

  Beberapa saat sebelum membuat tulisan ini aku mengirimkan SMS ke
  abangku yang tinggal di tanah kelahiranku. Aku bertanya padanya,
  apakah tradisi khusus perayaan Natal di kota pesisir itu masih ada?
  Lalu ia menjawab, "Tradisi perayaan Natal seperti itu sudah tidak
  ada lagi. Kami pergi ke gereja pukul 17.00 WIB, dan pulang larut
  malam, pada saat itu, kota telah sepi." Wah ... aku kaget mendengar
  jawaban itu! Jauh dalam lubuk hatiku muncul rasa kehilangan
  sesuatu. Apa yang terjadi dengan kota kelahiranku? Apakah di kota
  itu, Natal tidak lagi menjadi momen penting yang harus diperingati?

  Aku lahir di ibu kota kabupaten Tapanuli Tengah. Posisi kota ini
  sebagian dilingkupi Bukit Barisan, dan sebagian lain menghadap ke
  lautan lepas Samudra Indonesia (Hindia). Jadi, dapat dibayangkan
  betapa indah kota pesisir itu. Kalau kita naik mobil dari Medan,
  maka menjelang tiba ke kota itu -- khususnya pada malam hari -- kita
  akan melihat pemandangan nyala lampu rumah-rumah di kota itu dan
  juga nyala lampu bagan-bagan nelayan yang tengah menangkap ikan di
  laut! Indah sekali! Aku masih ingat kota tersebut dijuluki "Hong
  Kong"-nya Indonesia! Nah, karena kondisi geografis seperti itu, maka
  tidak heran jika rumah-rumah penduduk ada yang dibangun di dataran
  rendah/pesisir dan ada yang dibangun di atas bukit. Rumah keluargaku
  berada di dalam kota, di dataran rendah. Adapun beberapa temanku
  tinggal di atas bukit. Sangat menyenangkan ketika menjemput
  teman-teman yang tinggal di atas bukit itu untuk pergi bersama-sama
  jalan kaki ke sekolah di tengah kota.

  Di belakang rumahku terdapat sebuah pelabuhan. Di sana kerap
  terlihat orang-orang duduk menikmati matahari terbenam dengan
  deburan ombak yang besar. Acap kali aku datang ke tempat itu bersama
  Abang ataupun sendirian menikmati panorama tersebut sembari
  menikmati kacang bakar yang dijual di situ.

  Dalam situasi seperti itulah aku menikmati malam Natal. Walaupun di
  kota dan bukit sudah terdapat aliran listrik, tetapi suasana tetap
  saja agak gelap karena penerangan jalan dan rumah-rumah belum
  maksimal. Suasana itu ternyata sangat mendukung kebiasaan masyarakat
  pada waktu itu, yakni menyalakan dan menempelkan lilin-lilin di
  sekeliling rumah! Ada yang di pagar, di tanah, di ranting pohon,
  mereka menyalakan puluhan lilin mengelilingi rumah itu! Wow... indah
  sekali pemandangan malam itu! Kelap-kelip nyala lilin sungguh
  mendatangkan suasana tersendiri, apalagi jika mata kita memandang ke
  atas bukit ... wahhh ... lebih indah dan syahdu. Di antara pepohonan
  di atas bukit itu, nyala lilin berkelap-kelip dari sekeliling rumah.
  Rasanya betah berjam-jam menikmati suasana itu, terlebih ditambah
  sesekali terdengar bunyi dentuman meriam bambu! Seolah-olah memberi
  tanda dan penghormatan pada hari Natal yang penuh makna bagi umat
  manusia atas kelahiran sang Juru Selamat!

  Tetapi kini, setelah sekian tahun aku meninggalkan kota itu,
  kemajuan zaman telah menggerus tradisi masyarakat yang penuh makna
  tersebut.

  Apa yang didapat di hari Natal? Dengan jujur kukatakan bahwa Natal
  adalah suasana penuh makna yang menggiring hati dan ingatanku pada
  di malam penuh bintang gemerlap dan terdapat satu bintang berukuran
  besar. Di sebuah kandang dua ribu tahun silam, bayi Yesus
  dilahirkan. Bukankah sampai saat ini, kita masih mencari dan
  menciptakan suasana khusus dalam ibadah dan perayaan Natal di
  gereja? Mengapa nyala lampu listrik harus dipadamkan saat memasuki
  acara penyalaan lilin yang diiringi pujian Malam Kudus? Saya pikir
  hal itu memerlukan suasana khusus. Tidak sedikit di antara kita yang
  bergetar hatinya saat menikmati suasana saat semua jemaat
  menyanyikan Malam Kudus dan lilin-lilin menyala di tengah kegelapan.
  Luar biasa, bukan? Persoalannya sekarang, suasana khusus yang
  menggetarkan hati itu apakah juga turut menggetarkan kasih kita
  kepada sesama manusia di hari Natal tersebut maupun di hari-hari
  yang kita lalui? Tindakan kasih memang bukan hal yang mudah. Masih
  lebih mudah mengucapkan kasih!

  Rasanya tidak adil jika saya tidak menyinggung tentang kado Natal.
  Yang saya alami saat masih kecil adalah saya sangat senang ketika
  mendapat kado yang dibungkus dengan kertas kado Natal. Apalagi jika
  disusul dengan sejumlah uang, senang sekali rasanya. Saat itu, aku
  tidak terpikir untuk memberi kado kembali kepada si pemberi. Yang
  kutahu dan kunikmati hanya menerima kado. Setelah beranjak dewasa --
  dan setelah memiliki teman wanita -- mau tidak mau aku harus
  "berjuang" mengumpulkan uang untuk membeli kado untuknya! Maklum,
  waktu itu aku masih jadi mahasiswa dengan suplai dana yang pas-pasan
  dari orang tua. Dan, baru setelah mulai bekerja dan memiliki
  penghasilan yang relatif cukup, kualitas dan harga kado untuk
  orang-orang khusus -- bukan hanya pacar, melainkan juga untuk
  keluarga dan teman-teman -- meningkat.

  Bagaimana dengan Anda? Kado Natal telah mewarnai hidup kita
  saat-saat menjelang Natal. Bagaimana sebenarnya isi hati kita
  ketika memberikan kado dan ucapan selamat Natal pada seseorang?
  Bagaimana pula sebenarnya isi hati orang-orang yang memberikan
  ucapan selamat maupun kado Natal kepada kita? Ah, seandainya kita
  saling mengetahui isi hati, dan ternyata yang terlihat adalah sebuah
  hati yang tulus, putih bersih, oh, alangkah bersukacitanya kita;
  alangkah damai sejahteranya hati kita! Dan betapa mungkin, Tuhan
  juga tersenyum melihat ketulusan hati tersebut.

  Aku mengenal dua wanita yang telah bersahabat sejak SMA dengan baik
  yang memiliki kebiasaan baik. Kini mereka telah berusia hampir 40
  tahun. Yang satu sudah memiliki dua orang anak yang beranjak remaja,
  yang satu lagi belum menikah dan sedang menempuh studi di luar
  negeri. Tentu saja setiap Natal mereka saling bertukar kado dan
  ucapan selamat Natal. Tetapi, ternyata tidak hanya sampai di situ.
  Belum lengkap dan belum sempurna rasanya merayakan dan memaknai
  Natal setiap tahun jika mereka belum saling mendoakan. Maka,
  sekalipun jarak keberadaan mereka melintasi benua, itu tidak menjadi
  penghalang. Melalui telepon, mereka bergantian mendoakan. Jenis
  permintaan mereka bermacam-macam. Mereka mendoakan permohonan yang
  spesifik kepada Tuhan untuk satu tahun ke depan. Ya! Mereka saling
  mendukung dalam doa, dan saling berbagi kasih di dalam Tuhan. Mereka
  mendapatkan sesuatu yang luar biasa di hari Natal, yaitu kekuatan
  doa!

  Lalu, bagaimana fenomena pergaulan sosial kita saat ini? Suasananya
  sangat berbeda jika dibanding dua puluh tahun silam. Bukan rahasia
  lagi jika teman-teman nonkristiani kita enggan secara langsung
  mengucapkan selamat Natal sembari menyalami kita di hari Natal dan
  sesudahnya. Tentu kita tidak bisa memaksanya. Namun, hal ini tidak
  terlalu saya ambil pusing. Dua tahun terakhir ini, sebagian kecil
  teman-temanku SMA yang berbeda iman toh tetap saja mengucapkan
  selamat Natal padaku di milis alumni. Aku sangat menghargai
  keberanian dan ketulusan mereka!

  Bagiku, makna Natal sesungguhnya adalah bukan menanti orang-orang
  mendatangi kita untuk memberi ucapan selamat Natal maupun kado
  Natal. Terlalu sempit jika makna Natal dipagari dengan hal macam
  itu. Natal adalah proaktif dalam bentuk memberi, mendatangi,
  memancarkan, menolong, menjadi saluran berkat dan kasih pada sesama
  manusia di mana pun, kapan pun, dalam aktivitas kita sehari-hari
  yang dimulai pada hari Natal dan yang tidak berakhir.

  Bukankah Allah sangat proaktif memberikan kasih-Nya kepada umat
  manusia? Dia telah mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk
  menyelamatkan kita dari dosa kekal sehingga kita memperoleh
  keselamatan dan hidup yang kekal. Inilah kado Natal yang
  sesungguhnya kita dapatkan! Karena Dia telah menyelamatkan kita,
  berarti Dia selalu beserta kita dalam menjalani kehidupan di dunia
  ini.

  Diambil dan disunting dari:
  Judul buku: My Favourite Christmas
  Penulis: Tema Adiputra
  Penerbit: Gloria Cyber Ministries Yogyakarta, 2006
  Halaman: 27 -- 34
______________________________________________________________________

  Alat penampi sudah di tangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat
  pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi
  debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."
  (Matius 3:12) < http://alkitab.sabda.org/?Matius+3:12 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Bersyukur atas lahirnya sang Juru Selamat Yesus Kristus yang
     membawa kabar sukacita bagi umat Kristiani. Berdoa untuk setiap
     kita agar mengerti makna Natal dalam hidup kita.

  2. Berdoa untuk orang-orang yang merayakan Natal dalam keadaan yang
     memprihatinkan. Kiranya damai Tuhan Yesus yang akan memberikan
     sukacita dalam hati mereka.

  3. Berdoa untuk orang-orang yang belum percaya Yesus agar mereka
     menjadi percaya dan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat
     manusia.
______________________________________________________________________
Pimpinan redaksi: Novita Yuniarti
Redaksi tamu: Wilfrid Johansen
Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan via email: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti berlangganan: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/kisah
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org
Facebook KISAH: http://fb.sabda.org/kisah
Twitter KISAH: http://twitter.com/sabdakisah

Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org

Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
______________________________________________________________________
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 Kisah / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org