Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/213 |
|
KISAH edisi 213 (23-2-2011)
|
|
___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________ Edisi 213, 23 Februari 2011 Shalom, Terkadang di dalam hidup kekristenan, kita dituntut untuk tetap tersenyum di saat tidak ada alasan untuk tersenyum, tetap bersyukur manakala keadaan terasa semakin sulit, tetap bertahan meskipun kekuatan sudah di ambang batas. Pada masa itulah iman kita benar-benar diuji, sampai sejauh manakah kita dapat mempertanggungjawabkan komitmen pelayanan kita kepada Tuhan? Seperti halnya apa yang di alami oleh H dan E dalam kehidupan dan pelayanan mereka. Pada waktu mereka mengalami pergumulan hidup yang berat, mereka mulai khawatir dengan segala apa yang menjadi kebutuhan hidup mereka. Tetapi pertolongan Tuhan nyata dan tidak pernah terlambat dalam kehidupan mereka. Edisi kesaksian kali ini menceritakan bagaimana Tuhan bekerja secara luar biasa dengan mukjizat-Nya dalam hidup H dan E. Kiranya melalui kesaksian ini, kita lebih dikuatkan dalam menjalani kehidupan ini. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati. Redaksi Tamu KISAH, Yonathan Sigit < http://kesaksian.sabda.org/ > MENEMUKAN 100 DOLLAR "Tidak menjadi soal betapa buruk dan sukarnya jalan yang terbentang di hadapan saya, asalkan Ia selalu menyertai saya." Malang, 10 Maret 2001. Panggilan Tuhan bagi kami (H dan E) untuk pergi ke ladang misi semakin jelas. Kalau kami pergi ke ladang misi berarti kami harus mengundurkan diri dari gereja, dan ini berarti tidak ada jaminan finansial bagi kami. Surat pengunduran diri untuk keluar dari salah satu gereja di Malang telah kami serahkan kepada majelis gereja. Kami perlu melakukan persiapan selama satu setengah sampai dua tahun sebelum berangkat ke Tiongkok. Tidak ada jaminan siapa yang akan membiayai kami selama masa persiapan itu. Bahkan belum ada jaminan siapa atau organisasi mana yang akan membiayai kami di Tiongkok nanti. Sebagai hamba Tuhan, tidak berarti kami terlepas dari segala pergumulan. Sama seperti jemaat-jemaat bergumul dengan rasa khawatir, sakit-penyakit, masa depan anak dan keluarga, bagaimana mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, dan banyak hal lainnya, kami juga memiliki pergumulan, terutama berkaitan dengan panggilan Tuhan untuk pergi ke ladang misi. Kami merasa khawatir akan kebutuhan hidup kami sehari-hari kalau kami meninggalkan gereja. Jika tetap melayani di gereja, kami akan tetap mendapatkan tunjangan dan fasilitas. Namun, jika kami meninggalkan gereja, berarti kami harus meninggalkan segala tunjangan dan fasilitas itu. Lalu bagaimana caranya kami mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari? Sejak Maret 2001 kami bergumul tentang masalah ini. E saja risau akan langkah yang harus diambil kalau kami masuk ke ladang misi, apalagi saya sebagai kepala keluarga. Sabtu, 10 Maret 2001, saya dan A (putri pertama kami) pergi ke restoran McDonald untuk membeli es krim kesukaan A. Pada saat saya sedang antri, A yang saat itu usianya belum 2 tahun ikut antri di samping saya. Ketika saya membayar dan menerima es krim, A berlari ke arena bermain yang letaknya dekat kasir. Segera setelah membayar, saya meletakkan es krim di meja kemudian pergi mencari A di arena bermain yang tidak seberapa luas itu, namun saya tidak melihat A. Saya mencari di sekeliling McDonald namun A juga tidak ada. Perasaan cemas mulai meliputi saya, A hilang!!! Bagaimana mungkin dalam waktu tidak lebih dari 5 menit A hilang? Segera saya keluar dan mencari di seputar lokasi, tempat parkir, dan ke seluruh area terdekat di McDonald. Namun, hasilnya tetap nihil!! Dalam kebingungan, saya teringat ada toko buku di dekat McDonald. Mungkin A pergi ke toko buku itu karena A senang dengan buku gambar. Saya pergi ke sana, namun A juga tidak ada di sana. Pupuslah harapan saya. Anakku hilang, bagaimana ini! Dengan lunglai saya kembali ke McDonald untuk mencari A, mungkin A sudah ada di sana. Dan ternyata ... ketika saya masuk, ada suara yang memanggil PAPA ... PAPA ..., A ada di sana, duduk manis di atas meja. Saya segera menghampiri dan memeluknya. Rasa haru dan senang membuat saya tidak melihat ada "sesuatu" di tangan A. A memberikan "sesuatu" itu kepada saya. Ketika saya menerimanya, "sesuatu" itu adalah selembar uang 100 dollar Amerika. Saya pikir itu hanya uang mainan yang diberikan orang kepada anak kami. Kalau itu uang dollar yang asli, pasti sudah diambil orang yang lalu-lalang di McDonald saat itu. Setelah menemukan A, saya segera membawa A pulang ke rumah. Sesampai di rumah, saya ceritakan semua kepada E dan memberikan uang dollar tadi kepadanya. E hampir-hampir tidak percaya dengan semua yang diceritakan itu, mungkin Anda juga tidak. Tapi ini nyata. Ketika kami pergi ke bank untuk menukar uang dollar itu, kami sempat ragu-ragu. Jika ini adalah uang dollar palsu, kami akan malu sekali. Dengan berdebar-debar kami menukar uang tersebut dan ternyata uang dollar tersebut asli. Setelah dirupiahkan menjadi Rp. 1.034.000,-. Kami membawa pulang uang tersebut dan segera berlutut berdoa memohon ampun kepada Tuhan. Mengapa memohon ampun? Bukankah kami seharusnya bersyukur? Karena kami begitu khawatir akan masalah keuangan dan kekhawatiran itu membuat kami lupa bahwa ada Tuhan Yesus Kristus yang sanggup memelihara kehidupan anak-anak-Nya. Satu minggu sebelumnya kami bergumul tentang siapa yang akan memelihara kebutuhan hidup kami kalau kami masuk dalam ladang misi? Allah menyatakan lewat peristiwa hilangnya anak kami dan ditemukannya 100 dollar itu, bahwa Dia adalah Allah yang peduli dan sanggup memelihara kami. Tuhan tahu kami khawatir. Tuhan menolong dan meneguhkan kami bahwa Dia Allah yang memanggil hamba-hamba-Nya, juga adalah Allah yang setia. Diambil dari: Judul buku: Permata di Balik Air Mata Penulis: Hendra dan Esther Rey Penerbit: Mitra Pustaka Bandung, 2004 Halaman: 20 -- 21 Pokok Doa 1. Berdoa untuk H dan E di Tiongkok agar Tuhan memberkati pelayanan mereka; agar Tuhan memberkati dan memampukan mereka dalam melayani masyarakat di Tiongkok. 2. Berdoa buat H dan E agar tetap dikuatkan dalam segala pergumulan hidup, dan Tuhan mencukupkan semua kebutuhan mereka. 3. Berdoa bagi setiap anak-anak Tuhan yang saat ini sedang mengalami pergumulan hidup, agar mereka diberi kekuatan oleh Tuhan. Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak khawatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah. (Yeremia 17:8) < http://alkitab.sabda.org/?Yeremia+17:8 > STOP PRESS: E-DOA: SEKOLAH DOA ELEKTRONIK e-DOA adalah sebuah milis yang lahir dari kerinduan YLSA untuk memberikan bahan-bahan tulisan seperti renungan, artikel, kesaksian, dan tokoh, bagi para pendoa Kristen Indonesia. Diharapkan milis ini akan memerkaya pendoa Kristen Indonesia dalam kehidupan spiritual maupun kehidupan mereka sehari-hari, serta memberikan inspirasi dan penguatan. Milis ini sifatnya terbuka bagi denominasi gereja mana pun. Dengan menjadi pelanggan e-Doa, maka secara otomatis Anda juga menjadi pelanggan Open Doors dan 30 Hari Doa. Jadi bagi pendoa-pendoa Kristen Indonesia yang ingin dibekali menjadi pendoa Kristen seutuhnya, tunggu apa lagi? Kami tunggu keikutsertaan Anda di milis ini. Kirim pesan: < doa(at)sabda.org > Berlangganan: < subscribe-i-kan-Doa(at)hub.xc.org > Situs: < http://doa.sabda.org > Kontak: < kisah(at)sabda.org > Redaksi: Novita Yuniarti (c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/kisah > Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |