Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/219 |
|
KISAH edisi 219 (6-4-2011)
|
|
___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________ Edisi 219, 6 April 2011 Orang yang belum menerima Yesus akan sangat mudah diombang-ambingkan oleh pengajaran-pengajaran dunia. Banyak orang yang dengan mudah memercayai suatu pengajaran, sekalipun hal itu tidak masuk akal. Masing-masing pengajaran berpotensi untuk membangun maupun menjerumuskan. Oleh sebab itu, pengetahuan akan kebenaran Yesus sangatlah diperlukan untuk memperlengkapi pengetahuan dan hati kita, supaya kita tidak terbawa arus yang menyesatkan. Tuhan Yesus selalu menuntun umat-Nya saat mereka berpegang teguh dan berpengharapan pada-Nya. Redaksi Tamu KISAH, Santi Titik Lestari < http://kesaksian.sabda.org/ > BEBAS DARI BELENGGU RAMALAN Sejak kecil saya (WS) dididik berdasarkan kepercayaan orangtua saya, termasuk memercayai ramalan nasib atau yang sering disebut Khua Mia ataupun Hong Sui. Saya menyaksikan para peramal mengungkapkan dan menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu, bahkan menyatakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang pada diri saya. Misalnya, kapan waktunya usaha saya akan menurun, kapan menghadapi masalah, dll.. Ibu saya yang pernah dilarang mengikuti resepsi pernikahan adik saya, karena menurut hasil ramalan, disebutkan tahun 1990 merupakan "Tahun Kuda" -- suami adik saya dilahirkan di Tahun Kuda dan ibu saya juga lahir di Tahun Kuda; menurut ramalan, kalau mereka bertemu maka hal itu akan "Chiong" atau menyebabkan keadaan yang "tidak baik". Pada saat pesta pernikahan dilangsungkan, ibu saya terserang stroke. Kejadian itu membuat saya semakin percaya pada hasil ramalan selanjutnya. Diberitahukan juga bahwa istri saya akan sakit-sakitan, kami akan bercerai, usaha saya akan bangkrut, dan banyak lagi ramalan-ramalan yang serba buruk, hingga membuat kami sekeluarga hidup dalam rasa takut. Demikian hebatnya ramalan itu membelenggu diri saya, sehingga dalam merekrut para pegawai di perusahaan kami ataupun jika saya ingin mengadakan kontak bisnis dengan seseorang, saya terlebih dahulu berkonsultasi dengan para "ahli spiritual" saya. Apabila para penasihat spiritual tersebut mengatakan bahwa mempekerjakan orang tertentu atau jika melakukan bisnis tertentu tidak baik, maka dengan yakin saya tidak melakukannya. Atau jika ia memberikan petunjuk bahwa melakukan bisnis tertentu baik, maka saya akan segera melakukannya dengan sepenuh hati. Semakin saya terikat di dalamnya, ternyata membuat diri saya semakin merana, menderita, dan membuat ruang lingkup saya semakin tidak bebas -- ada arah-arah dan tempat-tempat yang tidak baik, ada ukuran pintu yang tidak cocok, dst.. Setiap saat saya menaruh perasaan curiga terhadap orang lain, bahkan kepada anggota keluarga sendiri pun harus meneliti jam, hari, bulan, dan tahun kelahirannya dengan cermat. Apabila shionya tidak cocok, maka dapat dipastikan akan terjadi hari buruk, tetapi kalau shionya tepat, maka akan terjadi hari baik. Ketika pabrik harus dijual untuk membayar hutang agar perusahaan ini kembali berkibar seperti pada keadaan semula, sesuai dengan nasib (mia) atau berdasarkan jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun lahir saya dan istri saya, serta atas anjuran seorang peramal, maka saya diharuskan untuk melakukan bermacam-macam "syarat". Karena kami belum mengenal "Jalan Kebenaran dari Tuhan", maka demi keutuhan keluarga dan usaha, dengan terpaksa istri menyetujui seluruh "syarat-syarat" itu. Tetapi tidak berapa lama setelah saya melakukan "syarat-syarat" tersebut, kenyataan yang saya hadapi bukannya menjadi semakin baik, tetapi sebaliknya -- keluarga dan perusahaan kami semakin hari semakin bertambah parah. Pada suatu hari anak kami yang paling bungsu, Vincent, yang saat itu masih berusia tujuh tahun dan sedang belajar di sekolah Kristen Penabur, telah lebih dulu percaya kepada Yesus. Setiap malam dia selalu mendoakan agar keluarganya hidup dengan rukun. Tahun 1998, tidak lama setelah peristiwa kerusuhan Mei, ketika saya sedang duduk termenung untuk merencanakan bunuh diri, Vincent datang mendekati saya. Tetapi karena saya masih menyembah berhala, maka ia tidak berani berhadapan muka dengan saya. Ia bertanya apakah ia boleh percaya kepada Yesus dan menjadi orang Kristen? Saya menjawabnya "terserah". Saat itulah pertama kali saya mendengar tentang nama Yesus. Awal tahun 1999, dalam keadaan frustasi, saya berangkat ke Batam dengan menumpang kapal laut. Ketika seorang diri di dalam kamar kapal, yang ada di dalam pikiran saya hanyalah merencanakan penyelesaian seluruh masalah yang sedang saya hadapi dengan cara pintas, yaitu dengan bunuh diri. Sementara pikiran saya di kamar kapal sedang kacau, tiba-tiba melalui pengeras suara yang ada dalam kapal, saya mendengar sebuah pengumuman yang menyatakan bahwa di dalam kapal ini akan diadakan sebuah pertemuan umat Kristen. Entah kekuatan dari mana datangnya, sehingga mendorong saya untuk melangkahkan kaki dan pergi mengunjungi persekutuan siang hari itu. Saya menyimak seorang pria yang sedang menceritakan pengalaman hidupnya dan saya terpesona mendengarnya. Ia mantan bintang film asal Hong Kong yang datang untuk memberitakan Tuhan Yesus, yang telah mengubah jalan hidupnya. Karena saya juga menginginkan perubahan seperti yang terjadi pada orang tersebut, akhirnya saya membuka hati untuk menerima Yesus masuk ke dalam hati saya. Malam itu menjadi malam yang sangat bersejarah di sepanjang hidup saya. Setelah Yesus masuk ke dalam hati saya, bukan saja telah mengubah hidup yang berputus asa menjadi hidup penuh dengan pengharapan dan damai sejahtera, tetapi setelah berjumpa dengan Tuhan Yesus, Dia pun juga telah membatalkan keinginan saya untuk mengakhiri hidup dengan meloncat ke laut. Beberapa hari kemudian saya kembali ke Jakarta dengan hati dipenuhi kedamaian. Saya menceritakan seluruh peristiwa perjumpaan saya dengan Yesus di kapal kepada istri saya, saya juga mengatakan bahwa kami sekeluarga akan mengikut Yesus sebagai Tuhan kami. Kami sepakat untuk mematahkan keterikatan kami dengan seluruh kuasa Khua Mia atau ramalan yang pernah membelenggu hidup kami selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Kasih Yesus yang ajaib telah menolong saya untuk mengumpulkan semua patung-patung dan berhala di dalam satu kardus, dan dengan pertolongan seorang teman, ia telah membuangnya jauh-jauh dari hidup saya. Tuhan telah menggenapi janji-Nya yang mengatakan bahwa: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu". Saya juga menceritakan Tuhan Yesus kepada ibu dan adik-adik saya. Pada tanggal 28 November 1999, ibu dan delapan orang adik saya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi mereka. Selain bersekutu lebih dekat kepada Tuhan, kecintaan saya kepada-Nya telah memudarkan keinginan saya terhadap gemerlap dunia ini. Sekalipun sampai sekarang saya selalu berdoa agar gunung persoalan, baik di dalam usaha bisnis maupun pelayanan, disingkirkan dari depan saya agar bisa berjalan mulus, tetapi Tuhan selalu memberikan kekuatan dan kemampuan untuk melewati gunung-gunung tersebut. Diambil dari: Judul buletin: SUARA, Edisi 73, Tahun 2004 Penulis: KM Penerbit: Yayasan Persekutuan Usahawan Injili Sepenuhnya Internasional (PUISI), Jakarta Halaman: 18 -- 20 POKOK DOA 1. Mengucap syukur atas anugerah keselamatan yang telah WS terima. Doakan agar WS semakin teguh dalam imannya dan menjadi terang untuk sekitarnya. 2. Doakan orang-orang yang belum menerima Yesus, kiranya mereka tidak disesatkan oleh pengajaran-pengajaran yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. 3. Berdoa untuk anak-anak yang seringkali dipakai Tuhan dalam karya penyelamatan-Nya. Kiranya mereka menjadi anak-anak yang luar biasa dalam keluarga dan lingkungan mereka. Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. (1 Timotius 4:7) < http://alkitab.sabda.org/?1Timotius+4:7 > Kontak: < kisah(at)sabda.org > Redaksi: Novita Yuniarti (c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/kisah > Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org > Berhenti< unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |