Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/22

KISAH edisi 22 (4-6-2007)

Sudah Kutemukan

______________________________PUBLIKASI_______________________________
                                KISAH
____________________(Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________________
                         Edisi 22, 4 Juni 2007

PENGANTAR

  Berapa kali dan berapa lama kita berdoa kepada Tuhan sampai doa kita
  dikabulkan? Apakah kita yakin Tuhan berkenan dengan apa yang kita
  doakan? Pernahkah terlintas dalam pikiran kita untuk tidak berdoa
  karena kita yakin bahwa Tuhan lebih tahu apa yang kita perlukan?

  Sering kali kita salah dalam memahami pengertian tentang doa yang
  sebenarnya. Doa bukan hanya untaian kata-kata permohonan atau
  sebaris kalimat permintaan. Doa merupakan saat di mana seorang anak
  berjumpa dengan ayahnya dan saling mengungkapkan kasih mesra.
  Berikut satu kisah yang mengggambarkan kuasa atas doa. Selamat
  menyimak.

  Pimpinan redaksi e-KISAH,
  Pipin Kuntami
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                           SUDAH KUTEMUKAN
                           ===============

  Orang yang paling kukagumi dan kucintai adalah ayahku. Beliau lahir
  di daerah yang miskin dan menjadi anak yatim piatu pada usia lima
  tahun. Pada usia itu, beliau harus mampu berdiri sendiri
  mempertahankan hidupnya karena tidak ada sanak saudara yang
  menampung dan memeliharanya.

  Ayah telah berhasil, seorang anak miskin dengan pakaian
  compang-camping telah menjadi seorang tuan tanah dengan ladang yang
  luas karena usaha dan kegigihannya. Ayah berhasil, tetapi tidak
  sombong; meskipun sangat kuat, tetapi hatinya tetap lembut. Suatu
  ketika, aku melihat Ayah menangis ketika mendengar anak seorang
  buruhnya meninggal dunia. Ayah juga selalu menyumbangkan hasil
  panennya kepada gereja di kota kami. Ayah sangat mementingkan
  kejujuran. Beliau selalu berkata, "Jangan pernah berharap memperoleh
  sesuatu tanpa melalui usaha sendiri." Sungguh, Ayah adalah seorang
  yang baik dan mulia. Tetapi sayangnya, Ayah bukanlah "orang yang
  percaya" -- beliau tidak mau menerima Kristus sebagai Juru Selamat.
  Aku selalu berdoa agar Ayah mau menerima Kristus.

  Tiba saatnya aku masuk perguruan tinggi dan harus meninggalkan
  rumah. Aku sangat senang menjadi mahasiswi. Rasa terima kasihku
  semakin mendalam kepada Ayah karena usaha dan pengorbanannya selama
  ini, aku dan adik-adikku dapat menikmati pendidikan dengan baik.

  Tiap kali liburan aku selalu menyempatkan pulang dan memanjatkan
  doa, "Tuhan, gerakkan hati Ayah agar mau menerima Kristus." Tetapi,
  Tuhan belum mengabulkan doaku karena Ayah masih tetap menolak
  Kristus.

  Ternyata Tuhan berencana lain. Ayah jatuh sakit dan sekarat
  menghadapi maut -- aku selalu setia menungguinya dan tak
  henti-hentinya berdoa agar Ayah masih bisa memperoleh keselamatan.
  Keadaan Ayah semakin buruk, beliau sudah tidak sadar dan mengalami
  koma yang panjang.

  Aku terpaksa harus kembali ke universitas untuk menghadapi ujian dan
  harus meninggalkan Ayah dalam keadaan yang tidak menentu. Tuhan
  memang memiliki rencana lain. Malam harinya aku menerima telepon
  bahwa Ayah sudah meninggal pada pukul 20.00. Aku sangat sedih.
  Selesailah sudah apa yang aku mohonkan kepada Tuhan selama ini. Aku
  merasakan sebuah kekalahan yang kekal dan aku pulang ke rumah dengan
  sederet pertanyaan, "Mengapa semua ini terjadi Tuhan? Mengapa Kau
  tidak mendengarkan doaku, belum cukupkah aku berdoa memohon? Dan
  tidak pantaskah ayahku menerima keselamatan dari-Mu? Mengapa Tuhan
  ...?"

  Setiba di rumah, dengan air mata yang berlinang Ibu menyambutku.
  Namun, ada seulas senyum manis di bibirnya. Aku heran dengan semua
  itu, tetapi aku tidak peduli karena aku masih terlalu sedih dengan
  kepergian Ayah. "Duduklah sayang, Ibu mau menyampaikan sesuatu
  kepadamu ...," kata Ibu dengan lembut. Ibu bercerita bahwa saat
  dalam keadaan koma Ayah tersadar. Dengan susah payah beliau
  menggerak-gerakkan bibirnya, tidak terdengar suara keluar, tapi
  dengan mata terpejam seolah-olah beliau sedang berbicara. "Aku ...
  minta ... hidup ... satu jam lagi ...," itulah yang keluar dari
  mulut Ayah. Dan benar, satu jam kemudian Ayah meninggal.

  Ayah meninggalkan satu pesan yang terdengar cukup jelas dan tegas,
  "Katakan pada Mega ..., sudah kutemukan Dia!" Selama 25 tahun aku
  ucapkan doa bagi Ayah tercinta demi keselamatannya. Akhirnya, Tuhan
  menjawab semua doaku itu karena aku tahu dan yakin apa yang dimaksud
  Ayah dengan "Dia".

  Bahan diambil dan diedit seperlunya dari:
  Judul buku   : Untaian Mutiara
  Judul artikel: Sudah Kutemukan
  Penulis      : Betsy T.
  Penerbit     : Gandum Mas Malang
  Halaman      : 109 -- 111
______________________________________________________________________

   "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan,
                        kamu akan menerimanya."
                             (Matius 21:22)
             < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Matius+21:22 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Berdoalah untuk orang-orang yang kita kenal, baik keluarga,
     saudara, kerabat, dan teman-teman kita yang belum mengenal Tuhan,
     supaya melalui kita, mereka dapat mengenal-Nya dan mendengar
     berita keselamatan.

  2. Bagi kita yang berada di tengah orang-orang yang belum percaya,
     mintalah hikmat Tuhan supaya kita dapat memperkenalkan Juru
     Selamat kita, Tuhan Yesus Kristus. Dan biarlah Tuhan sendiri yang
     memampukan kita untuk menjawab setiap kebenaran yang
     dipertanyakan kepada kita.

  3. Doakan pula supaya hidup yang telah Tuhan berikan kepada kita
     dapat memancarkan terang kasih Kristus lewat kesaksian yang nyata
     dalam tingkah laku kita terhadap sesama.

_________________________________________________________________

       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                       Copyright(c) 2007 YLSA
                YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/
                      http://katalog.sabda.org/
                    Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

Pimpinan Redaksi: Pipin Kuntami
Staf Redaksi    : Puji, Raka, Yulia
Kontak          : < staf-kisah(at)sabda.org >
Berlangganan    : < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti        : < unsubcribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH     : http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL     : http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org