Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/224

KISAH edisi 224 (11-5-2011)

Tenggelam Dalam Lautan Berkat-Nya

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                   Edisi 224, 11 Mei 2011

Shalom,

Cobaan hidup yang berat yang datang secara bertubi-tubi sering kali
melemahkan iman seseorang untuk berserah penuh pada Yesus. Sebagai
orang Kristen, sudah seharusnya kita percaya penuh pada
penyertaan-Nya. Di saat kehidupan kita mengalami guncangan, dari
situlah iman kita harus semakin kuat di dalam Tuhan. Tuhan sanggup
melakukan perkara-perkara yang besar dalam hidup kita. "Bagi Dialah,
yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau
pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam
kita." (Efesus 3:20) Melalui kesaksian berikut ini, semoga dapat
membangun iman kita untuk lebih lagi berserah pada Tuhan. Selamat
membaca, Tuhan Yesus memberkati!

Redaksi Tamu KISAH,
Santi Titik Lestari
< http://kesaksian.sabda.org/ >

                   TENGGELAM DALAM LAUTAN BERKAT-NYA

Saya (CG) lemas saat mendengar dokter menjelaskan bahwa hidup saya
tidak lama lagi -- mungkin hanya sekitar tiga bulan --, kecuali kalau
saya melakukan kemoterapi seminggu tiga kali sebagai upaya
penyembuhan. Ketakutan untuk menghadapinya menyesakkan hati saya.
Kekecewaan juga ikut menyusup karena menurut saya hubungan saya dengan
Tuhan berjalan dengan baik. Teringat saat pertama kali saya mengenal
Tuhan Yesus, yaitu melalui persekutuan doa kampus di Yogyakarta. Saat
itu saya adalah seorang mahasiswa yang berjuang untuk tetap kuliah,
karena tidak dapat mengharapkan kiriman uang dari ibu saya yang sangat
terbatas dan ayah saya sudah meninggal saat saya masih kecil. Saya
bekerja di sana-sini, mulai usaha kecil-kecilan hingga bekerja di
sebuah pabrik, untuk membiayai kuliah saya. Tuhan menyertai dan
memberi semangat sehingga saya dapat lulus dan meraih gelar sarjana.

Dua tahun setelah melangsungkan pernikahan dengan adik kelas semasa
kuliah dahulu, tepatnya pada tahun 1993, saya divonis terkena kanker
ganas. Peristiwa ini menjadi pukulan berat bagi saya. Kemoterapi pun
saya jalani tanpa saya tahu kalau efeknya akan sangat menyiksa
hari-hari saya. Setelah kemoterapi tersebut, saya menjadi mual
sepanjang hari, sehingga harus meminum "primperan" agar tidak muntah.
Selera makan saya juga hilang sehingga badan saya menjadi lemas
sepanjang hari. Saya juga tidak bisa buang air kecil sampai
berhari-hari, sehingga keringat terus bercucuran, pikiran menjadi
sangat tegang, dan saya tidak bisa tidur sepanjang malam.

Saya harus menelan obat penenang agar saya bisa tidur selama satu jam,
selebihnya saya terjaga sepanjang malam dengan penderitaan yang sangat
berat. Setiap kali saya terbangun, di atas bantal saya penuh dengan
rambut yang rontok -- efek dari kemoterapi. Akhirnya saya mencukur
rambut hingga botak. Hati saya semakin tersiksa bila saya memikirkan
keadaan ini akan berlangsung sangat lama. Saya sangat sedih namun
Tuhan memberikan kekuatan. Ia menuntun saya untuk membaca Alkitab.
Melalui firman-Nya, saya mengerti bahwa di balik semua ini ada rencana
Tuhan yang indah dalam kehidupan saya, sehingga di hari-hari kemudian
saya bahkan dapat menghibur dan menguatkan orang lain. Keajaiban dan
kekuatan Tuhan menyertai saya setiap kali saya menjalani paket
kemoterapi yang menyiksa itu, sehingga saya dapat menyelesaikan
seluruh paket kemoterapi tersebut selama 6 bulan lebih.

Setelah saya menerima kesembuhan dari Tuhan, saya dan istri sangat
merindukan kehadiran anak dalam hidup kami. Selain berdoa, kami juga
berkonsultasi ke dokter. Istri saya menjalani pengobatan dari dokter
kandungan namun tidak membawa perubahan. Maka dokter memberi surat
pengantar ke seorang androlog, yaitu dokter yang khusus menangani
kesuburan laki-laki. Namun dari hasil pemeriksaan androlog tersebut,
ternyata harapan kami untuk memiliki keturunan sangat kecil -- hanya
di bawah 5 persen. Ia memberikan obat-obatan yang sangat mahal
harganya, namun setelah sekian lama tetap tidak membawa dampak
apa-apa, sehingga saya memutuskan untuk berhenti mengonsumsi
obat-obatan itu dan sungguh-sungguh berserah kepada Tuhan.

Beberapa waktu kemudian, saat bertugas ke Surabaya selama beberapa
hari, saya bertemu dengan seorang teman yang memiliki pergumulan yang
sama yaitu ingin memiliki keturunan. Teman itu menceritakan bahwa
istrinya mengalami endometriosis. Ia sudah membawa istrinya berobat ke
Singapura dengan biaya yang sangat besar untuk inseminasi buatan,
bahkan teknik bayi tabung sudah mereka lakukan namun tidak berhasil.
Saat itu saya mencoba menguatkan dia dengan menceritakan bahwa Yesus
sanggup melakukan perkara yang tersulit sekalipun dan tidak ada yang
mustahil bagi Dia. Teman saya memberikan sebuah jawaban yang memukul
hati saya. Dia berkata bahwa perkataan saya hanya omong kosong saja
karena buktinya saya juga belum memiliki anak. Saat itu saya hanya
diam walau hati saya bergejolak. Saya tidak mau berdebat dengannya.
Saya hanya berdoa agar Tuhan menenteramkan hati saya saat itu.

Saat kembali ke Bandung, istri saya ternyata sudah tidak sabar
menunggu kehadiran saya. Ia mengatakan bahwa ia terlambat beberapa
hari. Ia sudah membeli tes kehamilan dan hasilnya positif. Tanggal 21
Oktober 1995, anak kami lahir. Sungguh sebuah mukjizat Tuhan. Pada
suatu hari di bulan Desember 1998, saat saya melakukan pemeriksaan
rutin, dokter mendeteksi bahwa kanker yang sudah mati selama 5 tahun
itu ternyata hidup lagi. Saya diharuskan untuk menjalani kemoterapi
lagi sebanyak enam kali. Setelah mendengar saya harus dikemoterapi
lagi, saya segera membayangkan kengerian pengobatan tersebut, tetapi
puji Tuhan saya dikuatkan oleh teman-teman di gereja. Ketika saya
belajar mengucap syukur dalam segala hal, ternyata tidak terasa saya
sudah menjalani seluruh paket kemoterapi dan melewatinya dengan baik.

Pada Juni tahun 2000, kami melakukan perjalanan liburan ke Jawa Timur.
Ketika hari mulai gelap, kami memasuki kota Kediri dan mampir di
sebuah rumah makan untuk makan malam. Tiba-tiba anak kami, Y, turun
dari mobil dan berlari dengan cepat karena ingin ke kamar kecil. Saya
khawatir dan mengejarnya namun saya terpeleset, dan saat terjatuh saya
mendengar bunyi "krak" di kaki saya. Setelah dilakukan rontgen, kaki
kiri saya patah tepat di atas pergelangan kaki -- tulang kering patah
dan menusuk hingga keluar, dan tulang besar kaki saya remuk berbentuk
serpihan-serpihan kecil. Setelah saya dirawat di Kediri, saya
memutuskan untuk tidak meneruskan perjalanan dan kembali ke Bandung
untuk segera dioperasi. Tiba di Bandung, saya langsung menuju ke salah
satu rumah sakit yang khusus menangani masalah tulang. Di sana saya
segera dioperasi selama 5 jam. Tulang kering yang sudah putus diikat
dengan kawat, tulang besar yang remuk disatukan kembali, lalu dipasang
plat dan dibaut sekitar 7 sentimeter sebanyak 4 buah.

Biasanya saya selalu aktif dalam berbagai kegiatan, namun sejak hari
itu ke mana pun saya berjalan saya harus dipapah, bahkan untuk
membersihkan tubuh saja saya harus dibantu. Dalam keadaan seperti itu,
terkadang iman saya lemah tetapi Tuhan Yesus datang menghibur dan
memberikan kekuatan, sehingga saya dapat melaluinya dengan penuh
pengharapan kepada-Nya.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul majalah: SUARA
Penulis: KM
Penerbit: Yayasan Persekutuan Usahawan Injili Sepenuh Internasional
          (PUISI), Jakarta
Halaman: 21 -- 25

POKOK DOA:

1. Mengucap syukur atas kekuatan yang Tuhan berikan kepada CG dan
   istrinya dalam menghadapi persoalan hidup mereka. Kiranya kasih
   Tuhan membuat CG dan istrinya tetap setia pada Tuhan dan menjadi
   orang tua yang baik untuk anaknya.

2. Berdoa untuk orang percaya yang sedang mengalami lemah fisik,
   kiranya mereka tetap mengandalkan Tuhan dan berharap kesembuhan
   hanya pada-Nya.

3. Berdoa untuk setiap orang yang rindu mendapatkan buah hati dalam
   keluarga mereka. Kiranya mereka tetap berserah penuh pada Yesus dan
   setia dalam menanti janji-Nya.

Tetapi aku, aku berdoa kepada-Mu, ya TUHAN, pada waktu Engkau
berkenan, ya Allah; demi kasih setia-Mu yang besar jawablah aku dengan
pertolongan-Mu yang setia! (Mazmur 69:13)
< http://alkitab.sabda.org/?Mazmur+69:13 >

Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/kisah >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org