Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/232

KISAH edisi 232 (6-7-2011)

Saya Telah Merdeka

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                      Edisi 232, 6 Juli 2011

Shalom,

Sungguh, Tuhan Yesus teramat baik bagi kita. Sekalipun manusia sering
melakukan hal-hal yang tidak berkenan di hadapan-Nya, namun Tuhan
tetap mau mengampuni. Dalam KISAH kali ini, seorang pria yang memunyai
kebiasaan buruk dalam hidupnya mengalami pengampunan yang luar biasa
dari Tuhan. Bukan hanya pengampunan saja yang didapatkan, tapi Tuhan
melepaskan segala kebiasaan buruknya dan memulihkan keluarganya. Tentu
saja hal ini tidak terlepas dari kehidupan doa yang dibangun dengan
kesungguhan hati. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan selama kita
percaya dan berserah kepada-Nya. Simaklah kesaksian di bawah ini.
Tuhan Yesus memberkati.

Redaksi Tamu KISAH,
Santi Titik Lestari
< http://kesaksian.sabda.org/ >

                              SAYA TELAH MERDEKA
                        Diringkas oleh: Novita Yuniarti

Sebelum saya (IS) bertobat tahun 2002 yang lalu, bertahun-tahun saya
hidup dengan hura-hura, judi, dan pesta ekstasi dengan teman-teman di
berbagai diskotik di Jakarta. Ketika saya mulai belajar "tripping",
saya juga mengajak istri saya. Tetapi setelah istri saya mengetahui
bahwa saya memiliki wanita simpanan, sejak saat itu pula keluarga saya
selalu diwarnai dengan keributan dan pertengkaran yang berkepanjangan.
Setiap kali saya pulang, saya selalu ribut dengan istri saya. Yang
menjadi korban adalah anak-anak kami yang masih dalam masa
pertumbuhan.

Memasuki tahun ketiga petualangan saya di dunia malam, saya sering
mendengar seperti ada suara yang mengingatkan saya agar menghentikan
kebiasaan itu. Tetapi setiap kali saya mendengar suara itu, saya tidak
pernah menghiraukannya. Saya tetap pergi diskotik atau klub malam dan
menikmati ekstasi. Saya tidak tahu dari mana datangnya suara tersebut.
Saya mencoba mencari di seluruh sudut-sudut rumah, namun saya tidak
menemukannya.

Ketika saya menceritakan peristiwa itu kepada teman-teman "tripping"
di diskotik, mereka mengatakan bahwa saya sedang diserang penyakit
paranoid. Tetapi sepengetahuan saya, jika seseorang diserang oleh
paranoid, maka biasanya orang itu akan bersembunyi di dalam kamar dan
takut ke luar rumah. Tetapi bukan itu yang terjadi pada saya. Akhirnya
saya mengikuti saran teman-teman yang mengatakan agar saya
beristirahat saja di rumah. Setelah dua bulan lamanya saya berdiam
diri di rumah, saya merasa tidak tahan. Saya kembali mengonsumsi
narkoba dan "tripping" di diskotik. Ketika saya pulang ke rumah,
kembali saya mendengar suara tersebut.

Sementara saya dalam keadaan bingung, saya melihat perubahan demi
perubahan terjadi dalam diri istri saya. Setiap hari, bila subuh tiba,
ia bangun dan dengan menangis ia berdoa kepada Tuhan. Dalam untaian
doanya, saya mendengar dengan jelas ia menyebut nama saya. Bahkan
setiap kali saya pulang dari diskotik, di dalam pembaringan, istri
saya menaruh tangannya di alas kepala saya lalu memohon kepada
Tuhannya agar saya bertobat.

Bulan Januari 2002, tepatnya di minggu kedua, saya menghadiri
kebaktian Sakramen Perjamuan Kudus di gereja bersama istri saya.
Melalui ibadah tersebut saya minta ampun kepada Tuhan. Saya menyadari
bahwa saya telah mencemarkan dan mempermainkan Tuhan. Saya berjanji
bahwa saya akan berhenti memakai narkoba dan berhenti melakukan
kebiasaan-kebiasaan buruk saya. Puji Tuhan, sejak saat itu hidup saya
dipulihkan. Saya bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan membebaskan saya
dari kebiasaan lama saya -- meskipun banyak orang berkata kepada saya
bahwa saya tidak mungkin bisa lepas dari judi, rokok, narkoba, dan
keluar malam untuk "tripping" di diskotik. Tetapi karena doa dari
istri dan anak-anak saya, maka saya dapat berubah. Bagi Tuhan tidak
ada perkara yang mustahil.

Diringkas dari:
Judul buletin: SUARA, Edisi 73, Tahun 2004
Penulis: KM
Penerbit: Yayasan Persekutuan Usahawan Injili Sepenuhnya Internasional
          (PUISI), Jakarta
Halaman: 24 -- 26

Pokok Doa

1. Mengucap syukur atas pemulihan yang dialami IS. Kiranya IS dan
   keluarganya dapat menjadi teladan untuk orang-orang di sekitar
   mereka.

2. Berdoa untuk orang-orang yang masih terikat dengan dunia malam,
   narkoba, dan narkotika, agar mereka sadar dan kembali kepada Tuhan.

3. Berdoa untuk setiap orang percaya, agar semakin intim dalam
   membangun hubungan dengan Tuhan dan rindu untuk menyelamatkan
   jiwa agar kembali kepada Tuhan.

Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah
nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan
keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan
beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan
pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang
Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan
diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan
untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri,
yang rajin berbuat baik. (Titus 2:11-14)
< http://alkitab.sabda.org/?Titus+2:11-14 >

Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/kisah >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org