Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/233

KISAH edisi 233 (13-7-2011)

Ai Yong Stroke Berat dan Sembuh Total

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                      Edisi 233, 13 Juli 2011

Shalom,

Kehidupan Kristen sejati membutuhkan iman yang kokoh dan senantiasa
bertumbuh, dan iman tersebut direalisasikan dalam kehidupan. Iman yang
direalisasikan dalam kehidupan akan mengundang Tuhan untuk melakukan
mukjizat. Hal ini yang dilakukan oleh Ai Yong dan keluarganya.
Menghadapi kondisi Ai Yong yang kritis dan sangat kecil untuk
disembuhkan, keluarga Ai Yong tetap memiliki iman kepada Allah yang
terus menuntun mereka di dalam pengharapan. Akhirnya, hanya iman
kepada Allah yang membawa mereka mengalami mukjizat. Bukan hanya itu,
kehidupan rohani mereka pun semakin dimantapkan di dalam Tuhan.
Kiranya kesaksian dalam edisi kali ini boleh semakin menggugah iman
kita kepada Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.

Redaksi Tamu KISAH,
Fitri Nurhana
< http://kesaksian.sabda.org/ >

                AI YONG STROKE BERAT DAN SEMBUH TOTAL

"Anda harus hidup bersama manusia untuk mengetahui masalah-masalah
manusia, dan hidup bersama Allah untuk menyelesaikan masalah-masalah
itu, bahkan yang paling berat sekalipun. Saya percaya di dalam Yesus;
Ia mampu menyediakan permata di balik air mata."

Ai Yong, demikianlah kami (H dan E) biasa memanggilnya. Pada hari
Minggu, 17 Maret 2002 sekitar pukul 19.00 WIB, kami ditelepon oleh
keluarga Ai Yong dan mendapatkan kabar bahwa Ai Yong menderita sakit
yang luar biasa di kepalanya. Kami segera datang dan melihatnya sedang
terbaring kesakitan. Kemudian, bersama keluarga di rumah, kami berdoa
agar Tuhan menolong Ai Yong. Beberapa hamba Tuhan juga dihubungi. Ai
Yong didoakan lewat telepon, namun kondisinya semakin memburuk. Ai
Yong mulai kehilangan kesadarannya. Kira-kira pukul 21.00 WIB, kami
melihat Ai Yong semakin menderita. Karena itu, keluarganya memanggil
seorang dokter untuk menolongnya. Setelah diperiksa, dokter mengatakan
bahwa kondisi fisiknya baik. Namun, tetap saja Ai Yong gelisah dan
berkata lirih "sakit...sakit..." sambil menunjuk kepalanya. Kira-kira
pukul 22.00 WIB, di pangkuan saya, ia menjerit amat kesakitan.
Tubuhnya tampak berguncang. Ai Yong kehilangan kesadaran.

Paginya, kami menyadari bahwa ini adalah keadaan darurat dan harus
segera ditolong. Ai Yong dibawa ke rumah sakit dan dokter menyimpulkan
bahwa kemungkinan untuk sembuh sangat kecil. Belum ada peralatan medis
yang memadai di Malang, Jawa Timur. Dokter mengatakan bahwa Ai Yong
akan dirawat dan dipantau perkembangannya selama 10 hari. Hari-hari
yang kami lalui terasa sangat menegangkan. Ai Yong berada dalam
kondisi tidak sadar dan terus gelisah bahkan tangannya harus diikat.
Dalam keadaan tidak sadar, Ai Yong selalu berusaha mencabut jarum
infus di tangannya. Setelah tiga hari di rumah sakit dan tidak ada
kemajuan apa-apa, keluarga berpikir untuk segera memindahkannya ke
rumah sakit di Jakarta. Keputusan untuk memindahkan ke Jakarta memang
sangat sulit, karena Ai Yong berada dalam kondisi sangat parah.

Untuk memindahkan Ai Yong ke Jakarta, risikonya sangat besar. Dokter
pun tidak mau mengambil risiko ini. Akhirnya, Ai Yong dibawa ke
Jakarta dengan memesan pesawat khusus -- kami menyebutnya ambulans
udara. Ruangan pesawat itu memang dirancang khusus untuk kondisi
darurat. Pesawat hanya bisa ditumpangi oleh pasien dan dua anggota
keluarga, serta tenaga medis. Seharusnya pesawat tiba pukul 15.00 WIB
di Malang. Namun, pada penerbangan dari Jakarta ke Malang, pesawat
menghadapi angin puting beliung sewaktu melintasi kota Semarang. Ini
menyebabkan pesawat terlambat sampai di Malang. Sepertinya
keterlambatan pesawat merupakan malapetaka, namun rancangan Tuhan
berbeda. Menurut ketentuan, pasien yang bisa dibawa ke Jakarta adalah
pasien yang "harapan hidup"nya masih di atas 50 persen. Justru karena
terlambat, tim dokter yang ada di pesawat tidak sempat lagi memeriksa
pasien. Jika pesawat tidak terlambat, pasti Ai Yong tidak bisa dibawa
ke Jakarta. Begitu pesawat mendarat, pasien langsung dibawa naik dan
pesawat bersiap-siap untuk berangkat. Ketika ambulans udara tersebut
terbang menuju Jakarta, dokter memeriksa dengan peralatan medis yang
canggih dalam pesawat itu. Diketahui hasilnya bahwa kondisi Ai Yong
sudah sangat kritis, harapan hidupnya hanya tinggal 10 persen saja,
karena otaknya sudah dipenuhi darah. Kedua anak perempuan yang
mendampinginya hanya bisa menangis dan berdoa mendengar hasil
pemeriksaan dokter di pesawat. Untuk kembali ke Malang sudah tidak ada
waktu, akhirnya keluarga dan dokter memutuskan untuk tetap membawa
pasien dengan segala risikonya. Mengapa tidak punya waktu? Pesawat
harus sampai di Jakarta sebelum pukul 18.00 WIB. Di sana sudah ada
helikopter yang siap untuk membawa pasien. Sesampainya di Halim
Perdana Kusuma, Ai Yong dipindahkan ke helikopter menuju salah satu
rumah sakit di Jakarta.

Setiba di rumah sakit, tim dokter langsung menanganinya. Operasi
dilakukan pukul 23.00 WIB malam itu juga. Operasi sudah dilakukan
beberapa kali dan Ai Yong tidak sadar lebih dari satu bulan (36 hari).
Selama Ai Yong tidak sadar, keluarga disiapkan untuk menerima
kenyataan sekiranya Ai Yong dipanggil pulang ke rumah Bapa. Atau
paling tidak, jika Ai Yong bisa bertahan hidup, keluarga bersedia
merawatnya. Besar kemungkinan Ai Yong tidak dapat berjalan lagi dan
sebagainya. Dalam masa-masa ini, kami terus berdoa meskipun hati kami
pedih.

Setelah sebulan lebih, akhirnya Ai Yong sadar. Ketika ditanya, Ai Yong
masih mengingat nomor telepon, anak-anak, dan teman-teman dekatnya.
Kemudian Ai Yong belajar menggerakkan tangan dan kakinya. Setelah itu
Ai Yong belajar berdiri dan berjalan. Akhirnya Ai Yong boleh pulang ke
Malang dan kami melihat mukjizat Allah terjadi dalam hidupnya. Ai Yong
sembuh! Bahkan tidak minum obat lagi. Keluarga besar Ai Yong diajar
untuk sungguh-sungguh mengandalkan Tuhan dalam hidup mereka dan
terjadi kebangunan rohani dalam keluarga besar Ai Yong. Pengalaman Ai
Yong memberikan pelajaran yang berarti. Meskipun harapannya tampak
tipis sekali atau bahkan tidak mungkin, bagi Allah segala sesuatu
mungkin adanya; Ia sanggup menyembuhkan. Namun yang paling
menggembirakan, melalui pengalaman ini, anak-anak dan keluarga kami
juga ditolong untuk benar-benar mengandalkan Tuhan dalam hidup kami.

Melalui pengalaman hidup Ai Yong, kami diajar dan dikuatkan. Manusia
bisa memprediksi bahwa kemungkinan Ai Yong untuk hidup saja sangat
kecil, apalagi kemungkinan untuk sembuh. Tetapi manusia bukan Tuhan!
Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Kami terus dikuatkan melalui hal
ini.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Permata di Balik Air Mata
Penulis: H dan E
Penerbit: Mitra Pustaka, Bandung 2004
Halaman: 32 -- 36

Pokok Doa

1. Mengucap syukur atas mukjizat yang telah Tuhan lakukan dalam
   kehidupan Ai Yong dan keluarganya. Kiranya iman mereka semakin
   dikuatkan.

2. Berdoa untuk orang-orang yang sedang mengalami lemah fisik dan
   harus dirawat di rumah sakit, kiranya Tuhan memberikan kesembuhan
   untuk mereka.

3. Doakan iman pengharapan mereka yang sedang sakit, supaya mereka
   mengalami mukjizat Tuhan senantiasa.

Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku
menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
(Lukas 1:38) < http://alkitab.sabda.org/?Lukas+1:38 >

Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/kisah >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org