Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/240

KISAH edisi 240 (31-8-2011)

Sebastian

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                      Edisi 240, 31 Agustus 2011

Shalom,

Sering kali kita menghadapi dilema ketika dihadapkan dalam pilihan
untuk berpegang teguh kepada iman kristiani kita atau berkompromi
dengan kebiasaan di sekitar kita. Sebastian, seorang pengawal kaisar
Roma, melakukan pilihan yang tepat meskipun hal itu mengancam jiwanya.
Dia tetap beriman kepada Kristus di tengah pemerintahan yang menyembah
berhala. Bahkan, saat dia difitnah dan disiksa, dia tetap mengasihi
orang-orang yang membencinya. Simaklah kesaksian berikut ini dan
bergabunglah untuk mendoakan pokok-pokok doa kali ini. Tuhan Yesus
memberkati.

Redaksi Tamu KISAH,
Mahardhika Dicky Kurniawan
< http://kesaksian.sabda.org/ >

                              SEBASTIAN

Pada zaman setelah para rasul hidup, di antara sekian banyak orang
yang harus kehilangan nyawa selama masa penganiayaan berdarah,
terdapat seorang bernama Sebastian. Ia adalah orang kudus yang lahir
di Narbonne, Gail. Di Milan, ia diajar hidup menurut prinsip-prinsip
kekristenan dan kemudian menjadi kepala pengawal kaisar di Roma. Ia
tetap menjadi orang Kristen yang benar, meskipun sekelilingnya penuh
dengan penyembahan berhala.

Ia tidak tergoda oleh kemewahan istana, juga tidak ternoda
contoh-contoh jahat. Ia dihormati di kalangan petinggi negara,
dicintai orang-orang yang sederajat dengannya, dan disanjung oleh
bawahannya. Hidupnya penuh kebahagiaan. Ia terus menjaga iman dan
tempatnya, hingga suatu saat penganiayaan mendepak hidupnya. Ia
difitnah memberontak dan mengkhianati Fabian, pengawal pribadi Kaisar,
oleh seorang bernama Torquatus. Ternyata, Torquatus adalah orang yang
berpura-pura menjadi Kristen. Karena jabatannya yang tinggi, Sebastian
tidak mungkin langsung dihukum mati tanpa perintah langsung Kaisar
Diokletius.

Mendengar tuduhan ini, Kaisar memanggil Sebastian, dan menuduhnya
tidak tahu berterima kasih karena mengkhianati kepercayaan yang
diberikan kepadanya, dan juga menjadi musuh dewa-dewa kekaisaran,
serta musuh kaisar sendiri. Menjawab tuduhan ini, Sebastian berkata
bahwa agama yang dianutnya bukanlah agama yang cenderung merusak,
bukan pula agama yang membuat dirinya melawan kesejahteraan kerajaan
atau kaisar. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bukti terbesar yang
dapat diberikan atas kesetiaannya adalah, kenyataan bahwa ia berdoa
kepada satu-satunya Allah yang besar, supaya kaisar selalu sehat dan
sejahtera. Mendengar perkataan Sebastian, kaisar marah dan
memerintahkan membawa Sebastian ke sebuah lapangan dekat kota yang
bernama Campus Martins.

Di sana, ia dihukum mati dengan dihujam panah. Beberapa orang Kristen
hadir di tempat itu. Mereka bermaksud memberikan penguburan yang layak
atas mayat Sebastian. Tetapi saat mereka melihat masih ada tanda-tanda
kehidupan, mereka memindahkannya ke tempat yang aman dan merawatnya di
sana. Memang ia masih hidup, tetapi sebenarnya ia segera akan
berhadapan dengan kematian untuk yang kedua kalinya. Begitu ia mulai
bisa berjalan, ia sengaja pergi dan berdiri di jalan menuju kuil yang
sedang dilalui Kaisar. Kehadiran seseorang yang seharusnya telah mati
sangat mengejutkan kaisar. Lebih-lebih lagi ketika Sebastian mulai
berbicara. Dengan penuh kesederhanaan ia menegur kaisar atas kekejaman
dan prasangkanya terhadap kekristenan.

Ketika kaisar Dioklesia sadar dari keterkejutannya, ia memerintahkan
untuk menangkap Sebastian dan membawanya ke sebuah tempat dekat istana
untuk dipukuli sampai mati. Orang-orang Kristen tidak boleh mencoba
untuk mengobatinya, bahkan mengubur mayatnya. Kaisar bahkan
memerintahkan untuk membuang mayat Sebastian ke pipa pembuangan
kotoran. Meskipun demikian, seorang wanita Kristen bernama Lucina
berhasil menemukan alat yang dapat digunakannya untuk memindahkan
mayat Sebastian dari pipa kotoran itu dan menguburkannya di kuburan
bawah tanah.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Batu-batu Tersembunyi dalam Fondasi Kita
Judul asli buku: The Hidden Stones in Our Foundation
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerjemah: Ivan Haryanto
Penerbit: Kasih dalam Perbuatan, Surabaya 2005
Halaman: 29 -- 31

Pokok Doa

1. Doakan rekan-rekan sekerja dan atasan kita yang belum mengenal
   Kristus agar mereka bisa mengenal Kristus melalui kesaksian
   hidup kita.

2. Doakan rekan-rekan sekerja dan atasan kita yang menyerang iman
   kristiani kita agar Roh Kudus melembutkan hati mereka untuk
   menerima berita Injil.

3. Doakan pemerintah kita agar kebebasan kita beribadah kepada Kristus
   senantiasa dijamin dan dihormati.

Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus
akan menderita aniaya, sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah
jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan. (2 Timotius 3:12-13)
< http://alkitab.sabda.org/?2Timotius+3:12-13 >

Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/kisah >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org