Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/248

KISAH edisi 248 (26-10-2011)

Dukacita Seorang Janda... Kemuliaan Seorang Martir

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                    Edisi 248, 26 Oktober 2011

Shalom,

Kekristenan memang belum berkembang pesat di Pakistan, sebagaimana
negara-negara lain di wilayah Asia Selatan. Akan tetapi, ada banyak
kisah luar biasa dari para penginjil di negara ini. Salah satunya
adalah pendeta MB, seorang pribumi yang mati martir. Di tengah
penganiayaan melalui kebudayaan dan kelembagaan terhadap orang-orang
percaya, kisah keteguhan imannya sungguh luar biasa. Kiranya hal ini
bisa menginspirasi kita untuk setia mengiring Yesus.

Redaksi tamu KISAH,
Mahardhika Dicky Kurniawan
< http://kesaksian.sabda.org/ >

                    DUKACITA SEORANG JANDA...
                    KEMULIAAN SEORANG MARTIR

Pagi hari, 5 Januari 2004, Pendeta MB bangun subuh. Anak perempuannya
yang tertua, E, tidak dapat mengunjunginya pada perayaan Natal. M
telah mengatur keberangkatannya dengan kereta api yang akan berangkat
menuju Lahore pada pukul 04.00 subuh itu juga, untuk mengunjungi anak
dan cucunya.

Pagi itu suasana begitu berbeda, udara begitu dingin dan lembap. Kabut
tebal membuatnya begitu sulit untuk melihat. Walaupun kondisinya
seperti itu, M berjalan perlahan-lahan turun melalui jalan yang
diselimuti kabut tersebut yang mengarahkannya ke stasiun kereta api.

Stasiun kereta api sudah tinggal beberapa blok ketika penyerangnya
muncul. Di saat kabut yang menyelimuti, adalah tidak mungkin bagi M
untuk melihat para penyerangnya. Dia bahkan tidak mendengar peluru
pertama menghantam tubuhnya.

Pada pagi hari saat kabut menghilang, tubuh pendeta M ditemukan
bersimbah darah. Di samping mayatnya, ada tas perjalanan miliknya yang
berisi baju, beberapa barang pribadi, dan Alkitabnya. Jiwa dan rohnya
telah meninggalkan hidup ini karena pendeta MB telah menyelesaikan
pertandingannya dan menerima sebuah mahkota martir.

Air mata mengalir turun di pipi wanita yang berumur 45 tahun, PM, pada
saat ia mengenang hari-hari terakhir dari kehidupan martir suaminya.
Pada saat perwakilan KDP menemuinya, ia menggenggam Alkitab suaminya
dengan sangat erat di kedua tangannya, dan menceritakan mengenai
suaminya yang telah memulai gereja kecil ini yang berada di kota
Khanewal 4 tahun yang lalu.

MB mencintai Tuhan dan ingin membagikan Injil kepada semua orang yang
mau mendengar. Dia telah membawa lebih dari 200 orang kepada Kristus
selama 17 tahun pelayanannya; dan walaupun gerejanya kecil, pendeta MB
memunyai 50 jemaat yang bertumbuh sebagai hasil dari ibadah rutin doa
pagi. Setiap ibadah diperdengarkan luas di lingkungannya, yang
mayoritas Kristen lewat beberapa pengeras suara yang ditempatkan di
atap menara gereja. Orang-orang "agama lain" biasanya memperdengarkan
teriakan doa-doa mereka ke jalan-jalan Khanewal, bahkan lima kali
sehari. MB berpikir orang-orang Kristen berhak melakukan hal yang
sama.

Pendeta yang berumur 50 tahun ini sudah pernah mempelajari kitab suci
"agama lain", dan sering berdebat soal iman dan ajaran agama dengan
sarjana-sarjana "agama lain". Para pemimpin "agama lain" menjadi tidak
puas atas kepopulerannya di antara orang-orang Kristen maupun bukan
Kristen.

Sekitar setahun yang lalu, seorang pemimpin "agama lain" datang ke
gereja pada saat para wanita sedang mengadakan sekolah minggu bagi
anak-anak. Dia meminta mereka menghentikan ibadah sekolah minggu
tersebut dan juga tidak lagi melanjutkan pemakaian pengeras suara,
karena dianggap mengganggu kemampuan orang-orang "agama lain" dalam
mengucapkan doa-doa mereka dengan benar di dalam rumah ibadah mereka.
"Kami berusaha untuk menenangkannya, tetapi dia tidak mau mendengar,"
kata PM. "Dia tetap berteriak-teriak dengan penuh angkara murka kepada
kami."

Pendeta MB dipanggil ke kantor polisi setelah orang-orang "agama lain"
mengajukan keluhan resmi terhadap gerejanya. Dia diberitahu bahwa
pengeras suaranya mengeluarkan suara yang terlalu keras. Pendeta MB
meminta maaf, dan mengecilkan volume pengeras suaranya, tetapi tetap
berkhotbah dan menyiarkannya melalui pengeras suara. Beberapa hari
kemudian, para tua-tua "agama lain" datang ke gereja dan
memperingatkan M bahwa ia akan dibunuh jika dia terus memberitakan
Injil menggunakan pengeras suaranya. MB tetap melanjutkan
penyiarannya. Pihak keluarga dan teman-temannya mengatakan dia tidak
takut mati.

Pada hari Minggu, 4 Januari 2004, sehari sebelum pembunuhannya, MB
menyampaikan khotbah terakhirnya kepada jemaat Gereja Allah. Dia
mendorong anggota gerejanya untuk saling mengasihi satu dengan yang
lainnya, rutin berdoa, dan tetap bersatu. "Suatu saat saya mungkin
tidak ada di antara kalian dalam waktu yang lama, oleh karena itu,
bersatulah, jadilah suatu sidang jemaat yang terdiri dari orang-orang
percaya yang setia," kata pendeta MB. Dia mendorong mereka untuk
menyebarluaskan Kabar Baik Kristus di Pakistan, sama pada saat gereja
mula-mula lakukan setelah kebangkitan Yesus.

Janda PM meminta kepada perwakilan KDP untuk mendesak orang-orang
Kristen seluruh dunia untuk berdoa baginya dan keenam anaknya.
"Berdoalah agar Allah akan memberikan kepada saya kekuatan untuk
menanggung kehilangan suami saya yang tercinta dan artinya juga
menggantikan dia memimpin dan menghidupi keluarga ini," katanya. PM
bertekad untuk melatih anak laki-laki satu-satunya yang berumur 14
tahun, MM, untuk melanjutkan tugas penginjilan ayahnya di Pakistan.
KDP mendorong para pembaca untuk berdoa untuk perlindungan yang
datangnya dari atas bagi M. "Agama lain" radikal sudah mengancam untuk
membunuh MM, karena dia anak laki-laki tunggal pewaris kegigihan MB
dalam menyebarkan Injil.

Ketika suara MB telah membisu pada akhir Januari di hari yang tragis
tersebut, KDP berjanji untuk memerhatikan pengikut-pengikut Yesus
lainnya, yang menyebarkan injil di Pakistan. KDP menolong PM dan
anaknya melalui Program Dana bagi Korban Martir. Kami juga menolong
banyak keluarga Pakistan lainnya yang ayah atau suami mereka dibunuh
atau dipenjara karena iman mereka.

Penganiayaan Melalui Kebudayaan dan Kelembagaan

Hanya 2 sampai 3 persen dari total 160 juta orang Pakistan adalah
orang Kristen. Karena masyarakat Pakistan mayoritas "agama lain",
orang Kristen dianggap orang-orang kafir dan tidak mendapatkan hak
yang sama. Orang-orang Kristen menghadapi dua macam penganiayaan di
Pakistan: kelembagaan dan kebudayaan.

Hukum penghujatan kuno yang dimiliki Pakistan (Hukum No. 295) adalah
salah satu contoh dari penganiayaan kelembagaan. Orang-orang Kristen
telah mengalami tuduhan-tuduhan palsu atas pelanggaran hukum
penghujatan. Orang Kristen yang dipenjara paling lama adalah AM,
dikenai hukuman mati karena tuduhan menghujat nabi "agama lain".
Pengadilan Tinggi Pakistan akhirnya membebaskannya setelah enam tahun
dipenjara. Di antara mereka yang masih ditahan adalah seorang guru,
SM. Mereka akan dibebaskan jika mau menjadi "agama lain". Tapi mereka
menolak.

Orang-orang Kristen Pakistan juga menghadapi penganiayaan kebudayaan.
Seringkali mereka dengan terpaksa harus menerima pekerjaan-pekerjaan
yang paling rendah di masyarakat sebagai tukang sapu jalan dan buruh
pembuat batu bata. Mereka yang bertobat dari "agama lain" ke Kristen,
kadangkala kehilangan pekerjaan, rumah, harta, dan kadangkala nyawa
mereka.

Diambil dari:
Nama buletin: Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Mei - Juni 2004
Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya
Halaman: 3 -- 4

Pokok Doa

1. Doakan untuk PM dan enam anaknya, agar Tuhan senantiasa memberi
kekuatan untuk merelakan kepergian Pendeta M dan menggantikan
kepemimpinannya dalam keluarga.

2. Doakan jemaat yang dilayani oleh Pendeta M, agar tetap memelihara
iman mereka dan kesatuan mereka sebagai Tubuh Kristus, untuk bersaksi
di tengah lingkungan mereka.

3. Doakan PM sebagai penerus pelayanan Pendeta M. Kiranya Tuhan
mempersiapkan dia secara khusus untuk dipakai lebih lagi dalam
memberitakan Injil kepada warga Pakistan.

4. Doakan keluarga-keluarga hamba Tuhan lainnya yang mengalami
peristiwa yang sama dengan PM, kiranya mereka semua tetap teguh dalam
mengiring Tuhan dan menerima penghiburan dari Allah.

"Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya
dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek
moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan
beribadahlah kepada TUHAN." (Yosua 24:14)
< http://alkitab.sabda.org/?Yosua+24:14 >

Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/kisah >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org