Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/25

KISAH edisi 25 (25-6-2007)

Hidup Karena Berpaling

______________________________PUBLIKASI_______________________________
                                KISAH
____________________(Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________________
                        Edisi 25, 25 Juni 2007

PENGANTAR

  Masih ingatkah Anda akan kehidupan Anda sebelum menerima Yesus
  sebagai Juru Selamat? Apakah Anda menyadari banyaknya perubahan
  dalam diri Anda setelah bertobat? Perubahan adalah sesuatu yang
  aktif, yang dapat diusahakan menurut keinginan kita. Pilihan ada di
  tangan kita, tapi sebagai orang percaya kita harus
  mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan. Berikut ini salah satu
  kisah tentang suatu perubahan yang terjadi di dalam hidup seseorang
  yang berpaling kepada Tuhan dan merasakan hidupnya berubah setelah
  itu. Mari kita simak bersama.

  Pimpinan redaksi KISAH,
  Pipin Kuntami
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                        HIDUP KARENA BERPALING
                        ======================

  Walaupun mengetahui bahwa ayah dan kakeknya adalah pendeta-pendeta
  Inggris yang terkenal, hal tersebut tidak banyak menolong Charles
  yang kala itu berusia lima belas tahun dan mempunyai banyak
  kesusahan itu.

  "Saya kira dosa saya lebih besar daripada dosa orang lain,"
  keluhnya. "Saya menangis memohon pengampunan kepada Allah, tetapi
  saya takut Ia tidak akan mengampuni saya."

  Pada waktu bersekolah di Colchester Charles muda berjanji, "Saya
  akan menghadiri setiap gereja di kota ini untuk mengetahui bagaimana
  menjadi seorang Kristen."

  Ia mendengar sebuah khotbah yang diambil dari Galatia 6:7, "Jangan
  sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan." Tetapi
  pengkhotbah itu tidak mengatakan bagaimana caranya ia dapat
  menghindari tipuan. Setelah enam bulan mengunjungi setiap gereja
  yang dapat ia temui, ia merasa hampir putus asa.

  Kemudian tibalah tanggal 6 Januari 1850, hari yang dingin dan
  bersalju. Dengan patuh Charles pergi menghadiri gereja yang telah
  dipilihnya. Pada saat ia berjalan hatinya merasa lebih dingin
  daripada salju yang turun itu. Ketika ia tahu bahwa badai yang
  dahsyat akan menahannya untuk dapat mencapai tujuannya, ia membelok
  ke sebuah gereja kecil yang tak dikenal, yang tidak pernah ia
  kunjungi sebelumnya. Semula ia ragu-ragu memasuki Gereja Metodis
  sederhana di Artilery Street itu. Di kemudian hari ia berkata, "Saya
  telah mendengar bahwa orang-orang itu menyanyi dengan begitu keras
  sehingga membuat orang menjadi pusing."

  Tetapi Charles Spurgeon menyelinap masuk dan duduk. Setelah beberapa
  menit dalam kesunyian yang menyiksa, seorang pria yang tinggi kurus
  berjalan dengan terseret-seret ke mimbar. "Rupanya pendeta kita
  terhalang oleh cuaca," jelasnya, "saya kira Saudara-saudara
  sekalian harus tahan mendengarkan saya."

  "Sekarang saya akan membaca sebuah ayat seperti apa yang dilakukan
  oleh pengkhotbah-pengkhotbah lain," lanjut pria sederhana itu.
  "Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai
  ujung-ujung bumi!" (Yesaya 45:22). Sambil duduk di bangku gereja,
  Charles mengernyitkan dahinya dan berpikir, "Mengapa ia tidak dapat
  mengucapkan kata-katanya dengan sepatutnya?"

  Di mimbar, pengkhotbah pengganti itu mulai menguraikan ayat itu
  dengan berputar-putar karena ia tak tahu apa yang harus dikatakannya
  lagi. "Ayat ini mengatakan, `Berpalinglah`," ia berbicara dengan
  cara yang membosankan. "Nah, dengan berpaling itu Saudara tidak
  akan merasa sakit sedikit pun. Tidak perlu pula mengangkat kaki atau
  jari Saudara; hanya `berpaling`!"

  "Nah, beberapa di antara Saudara sekalian berpaling kepada diri
  sendiri, yang sebenarnya tidak ada manfaatnya. Saudara mungkin
  mengatakan, `Tunggulah Roh Kudus bekerja.` Tetapi saya katakan,
  `Berpalinglah kepada Kristus!`"

  Mata beberapa pendengar yang bosan itu mulai melihat ke sana ke
  mari, tetapi mata Charles Spurgeon tidak. Sambil menatap pengkhotbah
  yang kurang berpengetahuan itu, ia seolah-olah berkata, "Mengapa
  saya tidak memikirkan hal ini sebelumnya?"

  Pada saat pengkhotbah itu mengulur-ulur ayatnya, ia mulai berteriak,
  "Berpalinglah kepada-Ku, `Aku berpeluhkan darah; Aku tergantung di
  salib.`" Kemudian pria yang tinggi itu melihat wajah Charles yang
  tegang.

  "Anak Muda, kamu tampak sedih," teriaknya pada saat anak laki-laki
  itu menggeser satu inci ke bawah di tempat duduknya yang tidak enak
  itu. Kemudian ia mengangkat tangannya dan berteriak dengan gaya
  Metodis yang sederhana, "Anak Muda, berpalinglah kepada Yesus
  Kristus. Berpalinglah! Berpalinglah!"

  Kemudian Charles  memberikan kesaksian, "Aku segera melihat jalan
  keselamatan itu. Aku melihat sampai benar-benar berpaling kepada
  Kristus. Kegelapan hilang lenyap dan aku melihat matahari. Aku
  merasa dapat meloncat dari tempat dudukku dan berteriak
  sekeras-kerasnya bersama dengan saudara-saudara Metodis ini, `Aku
  diampuni!`."

  "Oh, betapa ingin aku melakukan sesuatu bagi Kristus," tulis Charles
  kepada ibunya setelah ia pulang ke rumah. Dalam seminggu ia telah
  berbuat sesuatu. Pertama-tama, ia membagikan traktat; kemudian
  ketika persediaan traktatnya habis, ia menulis di atas carik-carik
  kertas dan menyebarkannya di jalan dengan harapan agar seseorang
  dapat tertolong jiwanya.

  Ia mulai mengajar sekolah minggu pada usia enam belas tahun, setahun
  kemudian ia dipanggil sebagai gembala jemaat di gereja kecil,
  Waterbeach Chapel. Kemudian ia pindah ke London, ke gereja yang
  lebih besar. Sebelum berumur 21 tahun, ia diberi julukan "Anak Ajaib
  dari Inggris". Pada usia 23 tahun, ia berkhotbah kepada tepatnya
  23.645 orang dalam suatu kebaktian. Gerejanya membangun Metropolitan
  Tabernacle yang mampu menampung 5.500 orang. Ia mendirikan sebuah
  perguruan tinggi bagi para pengkhotbah, sebuah panti asuhan, dan
  bahkan menerbitkan sebuah surat kabar Injil. Khotbah-khotbahnya
  diterbitkan oleh surat kabar Amerika. Dan sampai sekarang -- lebih
  dari seratus tahun kemudian -- masih banyak orang yang percaya bahwa
  Charles Haddon Spurgeon adalah pengkhotbah terbesar sejak Rasul
  Paulus.

  Pada tahun 1864, Spurgeon kembali mengunjungi gereja di Artilery
  Street. Ia berkhotbah dari Yesaya 45:22, ayat yang menyebabkan dia
  bertobat. Sambil menunjuk ke sebuah tempat duduk di bawah balkon, ia
  berkata, "Saya pernah duduk di bangku itu." Identitas pengkhotbah
  pengganti yang tinggi kurus itu masih menjadi teka-teki. Pengkhotbah
  itu tidak pernah maju ke muka untuk menyatakan bahwa ia menyampaikan
  khotbah yang mendorong Spurgeon yang terkenal itu untuk berpaling
  kepada Kristus.

  Diambil dan diedit seperlunya dari:
  Nama situs        : Pemuda Kristen
  Judul asli artikel: Hidup Karena Berpaling -- Charles Haddon 
                      Spurgeon
  Penulis           : James C. Hefley
  URL               : http://www.pemudakristen.com/artikel/hidup_karena_berpaling.php

  Catatan: Artikel di atas dapat ditemukan dalam versi tercetak pada
  buku "Bagaimana Tokoh-Tokoh Kristen Bertemu dengan Kristus" karya
  James C. Hefley, terbitan Yayasan Kalam Hidup.
______________________________________________________________________

    "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.
              Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah,
    ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah
           kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia."
                             (Ibrani 11:6)
              < http://sabdaweb.sabda.org/?p=ibrani+11:6 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Mari berdoa untuk gereja-gereja yang adalah Rumah Tuhan agar
     menjadi tempat bagi anak-anak Tuhan untuk dapat mendengar
     kehendak Tuhan bagi masing-masing mereka melalui khotbah-khotbah
     yang disampaikan oleh hamba-hamba-Nya.

  2. Doakan juga hamba-hamba Tuhan di mana pun mereka berada supaya
     Tuhan menambahkan hikmat dan kemampuan untuk dapat menyampaikan
     firman-Nya dengan baik dan benar. Doakan pula agar melalui mereka
     kebangunan rohani dapat terjadi di mana-mana.

  3. Bagi kita anak-anak Tuhan, mohonkan kepada Dia supaya pada waktu
     mendengarkan firman-Nya, kita diberi kerendahan hati dan firman
     tersebut dapat tertanam di hati dan menjadi pedoman dalam hidup
     kita.
______________________________________________________________________

       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                       Copyright(c) 2007 YLSA
                YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/
                      http://katalog.sabda.org/
                    Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

Pimpinan redaksi: Pipin Kuntami
Staf redaksi    : Puji, Raka, Yulia
Kontak          : < staf-kisah(at)sabda.org >
Berlangganan    : < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti        : < unsubcribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH     : http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL     : http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org