Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/250

KISAH edisi 250 (9-11-2011)

Narkoba Membelenggu Hidupku

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                    Edisi 250, 9 November 2011

Shalom,

Setiap manusia memiliki keinginan untuk dicintai. Beberapa orang
mendapatkannya dari kasih sayang orang tua semenjak masa kecil mereka.
Sementara orang-orang yang kurang beruntung mengalami perasaan
dikasihi sebagai anak, mencarinya dari pacar, pergaulan bebas, bahkan
narkoba. Namun, kasih yang sejati hanya ada dalam Tuhan Yesus. Ketika
seseorang mengalami jamahan kasih-Nya, Tuhan akan memulihkan kehidupan
mereka. Selamat menikmati kisah selengkapnya dalam edisi kali ini.

Redaksi tamu KISAH,
Mahardhika Dicky Kurniawan
< http://kesaksian.sabda.org/ >

                     NARKOBA MEMBELENGGU HIDUPKU

"Aku akan pergi!" Pemuda itu berteriak sambil membanting pintu kamar
Melina. Dengan sisa suaranya, Melina, sambil menangis memanggil sang
pemuda. Namun, pemuda itu telah menghilang dan Melina merasa dunianya
sudah hancur saat itu. Hidupnya telah berakhir.

Waktu berjalan begitu cepatnya. Tahun 1976, seorang bayi perempuan
lahir dan dinamai Melina. Ia lahir dalam keluarga yang mengalami
kesulitan ekonomi. Ketika berusia 5 tahun, ayahnya meninggal dunia dan
setahun kemudian, ibunya meninggalkan dia untuk bekerja di Malaysia.
Melina kecil terpaksa dititipkan pada tantenya.

Hampir setiap hari Melina mendengar hardikan dari tantenya, "Kamu
harus rajin bekerja! Jangan malas! Jangan bermain terus! Kamu harus
bekerja! Ayo ngepel, setelah itu langsung cuci piring!"

Melina tidak bisa mengelak. Hari demi hari dia lalui dengan pekerjaan
rumah yang menumpuk untuk diselesaikan. Terkadang, kerinduan akan
kehadiran sang mama memenuhi hatinya, membuatnya merasa begitu pilu
bila melihat teman-teman sebayanya menikmati kasih sayang dari orang
tua mereka, namun sang mama tidak kunjung datang. Penantian itu
sia-sia.

Sebelas tahun berlalu sejak kepergian sang mama ke Malaysia, Melina
kini sudah berumur 16 tahun dan baru saja lulus SMP. Melina kemudian
melanjutkan sekolahnya ke SMEA dan salah seorang pamannya bersedia
membantu membiayai hidupnya. Melina kemudian kos di daerah Cawang,
Jakarta, berdekatan dengan lokasi sekolahnya. Berpisah dari sang tante
telah memberikan Melina kebebasan karena dia tidak lagi mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan rumah yang selama bertahun-tahun begitu berat dia
rasakan. Melina juga bebas dari segala omelan dan hardikan yang hampir
setiap hari dia dengar. Kebebasan yang seperti ini yang dia impikan
selama bertahun-tahun. Melina merasa siap untuk merenda masa depannya
yang cerah.

Namun ada satu hal yang tidak dia bisa pungkiri. Jauh dalam dirinya
ada kerinduan yang dalam akan kasih sayang. Papanya yang pergi pada
usianya yang masih sangat belia, membuatnya rindu akan figur seorang
pria yang mampu memberinya perhatian dan rasa aman. Sementara
kepergian yang mama yang begitu lama, membuatnya kehausan akan
kelembutan kasih sayang. Hari-hari sekolah yang begitu menyenangkan,
kebebasan yang tiba-tiba dia dapatkan setelah bertahun-tahun
terkungkung membuat Melina terlena. Suatu hari dia berkenalan dengan
seorang pria. Di matanya, pria ini begitu memesona dan baik. "Dia
adalah pria idaman. Dia begitu baik dan jujur. Mau menerima saya apa
adanya, walau dia bisa mencari tahu siapa sebenarnya saya, bagaimana
latar belakang saya, tapi pria ini mau menerima apa adanya," batin
Melina.

Bagi Melina kehadiran pria ini membuat hidupnya terasa lengkap.
Setelah bertahun-tahun dia menjalani hidupnya dalam sepi dan tekanan,
kini dia merasakan kegembiraan. Ada teman untuk berbagi cerita. Ada
seseorang yang menjaga dirinya. Ada pria untuk berbagi kasih. Pria itu
sudah datang dan sungguh membuatnya lengkap. Cintanya semakin
bertambah saat demi saat. Baginya inilah puncak dunia. Inilah hidup
yang sebenarnya. Sebenarnya, ini adalah saat di mana Melina berada di
tepi jurang kehancuran. Jurang yang sangat dalam dan Melina tidak
menyadarinya.

Rasa rindu sekaligus pedih karena kepergian sang mama dan rasa
kehilangan karena ditinggalkan papa kini mulai tertinggal jauh di
belakang. Melina memberikan seluruh hati dan jiwanya pada sang pria
pujaannya. Hubungan mereka semakin erat sampai satu ketika Melina
menyerahkan kehormatannya pada sang pria. "Setelah kami melakukan
perbuatan terlarang, dia begitu baik kepada saya. Dia seperti malaikat
bagi saya dan kasih sayang pun saya dapatkan dari dia. Citra papa dan
mama saya dapatkan dari dia. Dia begitu sayang terhadap saya," kenang
Melina.

Pria yang dipuja Melina bukanlah pria yang baik sebenarnya. Lambat
namun pasti, sang pacar mulai membawa Melina kepada hal-hal yang
buruk. Ganja adalah hal pertama yang mulai dikenalkan pada Melina.

"Ayo pakai. Ini enak sekali. Jangan takut. Ini bukan apa-apa kok."
Begitu selalu sang pacar meyakinkan Melina. Walaupun agak ragu,
akhirnya mencoba ganja dan dia mulai menikmatinya. Kehidupan yang
bebas yang seperti ini dijalani Melina. Ia menjalani kehidupan
bebasnya dengan diam-diam. Sang paman tidak pernah mengetahui keadaan
Melina yang sebenarnya. Di mata pamannya, Melina adalah gadis
baik-baik yang rajin ke sekolah.

Sementara itu ganja tidak lagi memberikan kepuasan bagi Melina dan
pacarnya, kini mereka mulai mencoba untuk memakai ekstasi. Diskotik
yang sebelumnya tidak pernah didatangi Melina, kini menjadi tempat
untuk menghabiskan malam bersama sang pacar. "Saya bisa merasakan apa
yang tidak pernah saya rasakan. Saya bisa tidak memikirkan keluarga.
Saya bisa enjoy!" kata Melina. Melina mulai mengambil jarak dengan
paman dan juga dengan adik-adiknya. Melina tahu kalau hubungannya
dengan sang pacar tidak akan direstui keluarga. Obat-obatan membuatnya
berani untuk bersikap cuek terhadap keluarga. Baginya yang penting dia
bisa bersenang-senang dengan sang pacar. Kebahagiaan seperti inilah
yang lama dia rindukan. Sekarang ketika semuanya sudah diperoleh,
mengapa harus dilepaskan? Melina tidak menyadari bahwa dirinya sudah
jatuh semakin dalam ke jurang kehancuran. "Saya tidak merasa bersalah.
Yang saya rasakan adalah kasih sayang dan perlindungan dari pacar
saya. Itu yang selalu saya impikan," Melina melanjutkan. Terkadang,
kerinduan akan kehadiran sang mama menyeruak dalam batinnya. Namun,
segera ditepis oleh kenikmatan hidup yang saat itu dijalaninya. "Apa
pun narkoba yang dia berikan, saya terima dengan senang. Terasa enak
sekali dan membuat saya tidak lagi dibebani pikiran tentang keluarga,"
tutur Melina.

Namun, walau Melina begitu baik menutupi jejak hubungannya dengan sang
pacar, pamannya akhirnya dapat mencium rahasia Melina ini. "Paman
sudah bilang kalau kami tidak bisa menerima hubungan kamu dengan
laki-laki itu! Sekarang juga kamu harus putus hubungan dengan Dia!"
Hardik sang paman. Melina kemudian mengambil langkah nekat. Melina
kabur dari rumah kos dan hidup bersama dengan pacarnya. Saat itu
kecanduan Melina akan narkoba sudah tinggi. "Bersama pacar saya
memakai narkoba. Saya pakai ekstasi dan ganja dengan dosis yang
semakin tinggi. Sering saya kesakitan karena ketagihan narkoba yang
tidak terpenuhi. Saya dan pacar mulai sering ribut," kata Melina. Ia
mulai melihat kepribadian pacarnya yang sebenarnya. Pria yang dulu
disangkanya begitu baik di matanya mulai terlihat keburukan sifatnya.

Pada tahun itu juga mama Melina yang sudah belasan tahun tinggal di
Malaysia pulang ke Indonesia dan mencari Melina. Melina kemudian
pulang meninggalkan pacarnya dan tinggal bersama sang mama. Kepada
mamanya, Melina mengakui keadaan dirinya saat ini. "Saat saya mengakui
kalau saya sudah tidak perawan lagi dan sangat kecanduan narkoba, mama
sangat sedih. Mama bisa mengerti keadaan saya dan dia bilang supaya
saya tidak lagi kembali ke pacar saya," lanjut Melina. Ia memang tidak
kembali pada sang pacar, tetapi dia tidak bisa melepaskan diri dari
narkoba. Setiap hari Melina masih memakai narkoba. Rasa sakit yang
menyerangnya setiap kali dia ketagihan narkoba, tidak dapat dia tahan
dan selalu membawanya kembali untuk memakai narkoba.

Suatu hari Melina kabur lagi dari rumah sang mama dan pergi menemui
pacar lamanya. Mereka kembali menjalin hubungan. Pacar Melina yang
tahu kalau Melina sudah sangat kecanduan narkoba memperlakukan Melina
dengan seenak hatinya. Melina merasakan kepedihan dan sakit hati atas
perlakuan pacarnya ini, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Melina
ingin meninggalkan pacarnya itu, tapi ketergantungannya pada narkoba
menahannya untuk tidak meninggalkan laki-laki itu. Padahal secara
fisik keadaan Melina sungguh menderita. "Saya mengalami kesakitan yang
luar biasa. Bahkan kalau mau muntah juga sakit! Sungguh sakit sekali!"
tuturnya. Melina tahu kalau dia ingin bebas dari narkoba, dia harus
meninggalkan laki-laki ini karena setiap kali bertemu, mereka pasti
akan memakai narkoba. Namun, Melina membutuhkan kasih sayang dan
Melina mendapatkannya dari pacarnya.

Setiap hari Melina hidup di alam maya. Ketagihan demi ketagihan terus
menerus datang menyerang Melina. Pikiran dan mental Melina sudah
hancur. Pikirannya terpusat pada narkoba. Setiap hari harus memakai
narkoba. Pacarnya terus mengintimidasi Melina. "Tanpa saya kamu bukan
apa-apa! Kamu membutuhkan saya!" jelas pacarnya. Melina tidak lagi
bisa berpikir jernih. Dia ingin meninggalkan semuanya, tetapi tidak
bisa.

Melina memang jarang berada dalam keadaan sadar sepenuhnya terhadap
dirinya. Namun, kala kesadaran itu muncul, pertanyaan yang ada di
benaknya adalah bagaimana kalau dia mati? Jauh di dalam hatinya ada
kerinduan. Ada kekosongan akan kasih, namun tidak tahu harus berbuat
apa. "Tuhan ... saya mau lepas dari obat-obatan ini. Saya mau lepas
... tapi tidak bisa. Tolonglah saya Tuhan," ratap Melina saat itu.

Tuhan sudah menantikan Melina begitu lama untuk kembali kepada-Nya.
Tuhan selalu mendengar jeritan hati setiap anak-anak-Nya. Tuhan hadir
dalam kehidupan Melina. Pada suatu hari, ketika itu Melina baru saja
ditinggalkan oleh pacarnya. Sang pacar mengancam untuk meninggalkan
Melina, dan biasanya pada saat seperti itu Melina menjadi histeris
karena ketakutan bila sang pacar benar-benar meninggalkannya. Namun
siang itu, Melina yang sudah merasa lelah dengan hidupnya selama ini,
datang kepada Tuhan. Melina membuka hatinya bagi Tuhan Yesus. Siang
itu satu hal yang indah terjadi. Tuhan Yesus hadir dalam kehidupan
Melina, memberikan kepada Melina kehidupan yang baru. Rasa ketakutan
digantikan oleh kelegaan. Rasa bersalah sirna dihapuskan damai
sejahtera. Tuhan sudah mengampuni dosanya. Melina sungguh takjub. Dia
merasakan bahwa Tuhan Yesus sungguh-sungguh nyata. "Tuhan Yesus
benar-benar ada dan saat itu Tuhan memberi kekuatan kepada saya.
Kerinduan saya kepada pacar saya hilang. Nafsu kedagingan dan
ketagihan terhadap narkoba hilang lenyap. Tidak ada lagi
tekanan-tekanan masa lalu yang menekan saya. Bahkan ancaman-ancaman
dari pacar saya bahwa hanya dengan dia saja saya bahagia ... hilang!"
kenang Melina. Satu hal yang luar biasa. Karena sudah bertahun-tahun
Melina terikat oleh narkoba dan kehidupan yang bebas, dia sendiri
merasa tidak akan bebas dan mulai dihantui oleh rasa putus asa, namun
Tuhan memulihkan Melina mengampuni dengan seketika! Sungguh ajaib
kuasa Tuhan Yesus.

Kasih yang selama ini Melina cari sudah dia temukan di dalam Tuhan
Yesus. Jiwanya yang selama bertahun-tahun lelah mencari kasih dan
damai yang sempat terisi oleh kasih sang pacar dan narkoba, kini telah
menemukan perhentian. Tuhan Yesus telah mengisi kekosongan dalam
jiwanya.

Melina kemudian kembali kepada mama dan adik-adiknya. Melina
meninggalkan kehidupannya yang lama dan menjalani kehidupan yang baru.
Melina kini bekerja pada sebuah perusahaan di Tangerang. Masa lalu
yang pahit, yang membentuk Melina remaja menjadi pribadi yang haus
kasih sayang dan akhirnya membawanya pada narkoba, kini telah lenyap.
Masa lalu itu kini tidak lagi menghantui jiwanya yang bebas merdeka
dan penuh kasih di dalam Tuhan Yesus. Bersama Tuhan Yesus Melina
menyongsong hari-harinya yang penuh harapan di masa depan.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: 10 Mukjizat yang Terjadi pada Orang Biasa
Penulis: Basuki, Lasri Yuliana, dan Cacuk Wibisono
Penerbit: Yayasan Cahaya Bagi Negeri Indonesia, 2001
Halaman: 81 -- 87

POKOK DOA

1. Mengucap syukur karena Tuhan Yesus telah memulihkan Melina. Doakan
agar Tuhan senantiasa memakai Melina untuk mewartakan Injil-Nya.

2. Doakan saudara seiman kita yang terjerumus dalam kecanduan narkoba.
Kiranya mereka berhenti menyiksa diri dari efek ketergantungan
tersebut, dan menyadari bahwa Yesuslah obat yang paling manjur dalam
pergumulan hidup ini.

3. Doakan para penegak hukum, pembuat kebijakan, dan panti
rehabilitasi narkoba di Indonesia. Kiranya mereka mendapat hikmat
Tuhan untuk bekerja sama dalam memberantas peredaran narkoba dan
menyembuhkan ketergantungan para korban narkoba.

"Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang dibuatnya, ia pasti
hidup, ia tidak akan mati." (Yehezkiel 18:28)
< http://alkitab.sabda.org/?Yehezkiel+18:28 >

Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/kisah >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org