Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/252 |
|
KISAH edisi 252 (23-11-2011)
|
|
___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________ Edisi 252, 23 November 2011 Shalom, Tuhan Yesus pernah berkata, "Kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri." Memang mudah jika kita harus mengasihi teman, saudara, atau orang-orang terdekat kita. Namun bagaimana dengan musuh kita, apalagi para teroris yang kejam yang mengancam nyawa kita? Tokoh dalam kisah kali ini tetap mengasihi mereka, bahkan ketika mereka bersiap membunuhnya. Apa alasannya? Silakan mengikuti KISAH kali ini selengkapnya. Yesus memberkati. Redaksi tamu KISAH, Mahardhika Dicky Kurniawan < http://kesaksian.sabda.org/ > ROMULO SAUNE (1953-1992) Romulo Saune dibesarkan sebagai anak penggembala di daerah dataran tinggi yang curam di pegunungan Peruvian Andes. Ia tidak pernah membayangkan sebelumnya, bahwa Tuhan akan memimpinnya keluar dari tempat isolasi dan desanya yang miskin, yang terletak jauh di pegunungan itu ke sebuah tempat untuk menduduki posisi kepemimpinan di gereja. Rencana Tuhan membuat anak Indian Quechua, yang hampir tidak berpendidikan ini, belajar dari banyak kesulitan. Ia pernah menjadi ketua tim ahli penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Quechua. Pada tanggal 5 September 1992, Romulo pergi ke sebuah desa bernama Chakiqpampa, desa tempat kakeknya, Pendeta Justiniano Quicana dibunuh oleh kelompok gerilyawan komunis Sendero Luminoso pada tahun 1989. Romulo dan timnya membawa sejumlah Alkitab Perjanjian Baru, makanan, dan sejumlah besar pakaian. Setelah Romulo berkhotbah, 13 laki-laki dan 15 perempuan memberikan diri mereka kepada Kristus. Dalam perjalanan menuju kota berikutnya, Romulo dan timnya diperintahkan keluar dari kendaraannya gerilyawan Sendero Luminoso. Romulo membagikan Injil dan menceritakan kasih Tuhan kepada para teroris itu. Ia mengatakan bahwa Tuhan mengasihi mereka dan mau mengampuni dosa mereka. Namun, teroris tersebut menuduh bahwa para penginjil tersebut mengkhianati mereka. Kemudian mereka menembakkan senapan mesinnya. Segera setelah itu, empat martir berdiri di hadapan takhta Allah. Romulo Saune mati dan dari bibirnya keluar perkataan, "Tuhan, saya mencintai Engkau. Yesus, saya mencintai Engkau." Siapkah kita mengikuti pimpinan Tuhan, apa pun risikonya? Akankah kita memercayai-Nya untuk mengatasi kesulitan-kesulitan kita dengan kekuatan dan kuasa-Nya? Apakah kita memiliki kerinduan untuk membagikan Kabar Baik mengenai Yesus Kristus, bahkan pada musuh-musuh kita? Marilah kita meneladani Romulo Saune dan hidup dengan perkataan, "Tuhan, saya mencintai Engkau." Diambil dari: Judul asli buku: The Hidden Stones in Our Foundation Judul buku: Batu-batu Tersembunyi dalam Fondasi Kita Penulis: Tidak dicantumkan Penerjemah: Ivan Haryanto Penerbit: Kasih dalam Perbuatan, Surabaya 2005 Halaman: 122 -- 123 POKOK DOA 1. Doakan penginjilan di Peru, agar kabar keselamatan semakin tersebar luas, khususnya di wilayah Pegunungan Andes. 2. Doakan para teroris dan gembong narkoba di Amerika Selatan, agar mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus yang akan mengubahkan hidup mereka. 3. Doakan agar Tuhan memberi bimbingan bagi setiap kita untuk tetap mengasihi musuh-musuh kita. "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21) < http://alkitab.sabda.org/?Filipi+1:21 > Kontak: < kisah(at)sabda.org > Redaksi: Novita Yuniarti (c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/kisah > Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |