Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/262

KISAH edisi 262 (8-2-2012)

Suku Bangsa Gedeo di Ethiopia

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                      Edisi 262, 8 Februari 2012

Shalom,

Ketika kita menanti janji Tuhan, sering kali banyak cobaan yang
terkadang membuat iman kita mulai memudar. Kita mulai undur dan tidak
memercayai janji Tuhan lagi. Namun, hal yang perlu kita perhatikan
bahwa "Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak pernah ingkar janji". Tuhan
sudah memiliki rencana dalam hidup kita untuk kemuliaan-Nya. Seperti
halnya kesaksian di bawah ini, setelah sekian lama akhirnya Tuhan
menjawab penantian Warrasa Wange.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Yonathan Sigit
< sigit(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/ >

                     SUKU BANGSA GEDEO DI ETHIOPIA

Jauh di pedalaman suatu daerah berbukit di Ethiopia Tengah sebelah
selatan, tinggallah beberapa juta orang petani kopi, yang meskipun
terbagi dalam suku-suku bangsa yang sangat berbeda, namun memunyai
kepercayaan yang sama, yaitu percaya kepada suatu eksistensi
(keberadaan) yang penuh kebaikan bernama Magano -- Pencipta segala
yang ada dan yang hadir di mana-mana. Salah satu dari suku-suku bangsa
itu disebut dengan Darassa, atau lebih tepat lagi, suku Gedeo.
Sekalipun jumlah suku Gedeo ada setengah juta jiwa, namun hanya
sedikit yang benar-benar berdoa kepada Magano. Malahan, seorang
pengamat melihat orang-orang Gedeo lebih aktif berusaha menyenangkan
hati suatu eksistensi yang jahat, yang disebut setan.

Pada suatu hari Albert Brant bertanya kepada sekumpulan orang Gedeo,
"Kalian sangat menghormati Magano, tetapi mengapa kalian
mempersembahkan korban kepada setan itu?" Inilah jawaban yang
diterimanya: "Kami mempersembahkan korban-korban kepada setan bukan
karena kami mencintainya, tetapi karena hubungan kami dengan Magano
tidak begitu akrab, sehingga kami tak berani melepaskan diri dari
setan!"

Namun ada satu orang Gedeo yang berusaha mendapat jawaban pribadi dari
Magano. Nama orang itu adalah Warrasa Wange. Ia adalah anggota
"keluarga raja" suku bangsa Gedeo, yang tinggal di sebuah kota bernama
Dilla, yang terletak di daerah paling ujung dari tanah suku Gedeo.
Cara pendekatannya kepada Magano adalah dengan menaikkan doa
sederhana, supaya Magano berkenan menyatakan diri-Nya kepada suku
Gedeo!

Warrasa Wange dengan cepat mendapat jawaban. Penglihatan-penglihatan
yang mengejutkan menguasai seluruh pikirannya secara dahsyat.
Dilihatnya dua orang asing berkulit putih. Warrasa melihat kedua orang
putih itu mendirikan tempat berlindung yang tipis dan halus di bawah
naungan pohon sycamore yang besar dekat Dilla, kampung halaman
Warrasa. Tak lama kemudian mereka menegakkan bangunan-bangunan yang
lebih permanen dengan atap yang berkilau-kilauan. Akhirnya
bangunan-bangunan itu nampak di mana-mana, di seluruh bukit itu!
Seumur hidupnya, belum pernah si pemimpi itu melihat bangunan-bangunan
yang mirip dengan tempat berlindung yang tipis itu, maupun bangunan
permanen yang atapnya berkilauan itu. Semua tempat tinggal di Tanah
Gedeo beratapkan rumput. Kemudian Warrasa mendengar suara yang
mengatakan, "Orang-orang ini akan menyampaikan kepadamu pesan dari
Magano, Allah yang kau cari itu. Tunggulah kedatangan mereka."

Pada bagian terakhir dari penglihatannya itu, Warrasa melihat dirinya
mengangkat tiang tengah dari rumahnya sendiri. Dalam simbolisme Gedeo,
tiang tengah rumah orang berarti hidupnya sendiri. Kemudian dibawanya
tiang itu ke luar kota, dan ditanamkannya di tanah di samping salah
satu bangunan beratap kemilau milik orang-orang asing.

Warrasa mengerti maknanya -- kelak hidupnya harus memiliki hubungan
dengan orang-orang asing itu, dan dengan pesan yang mereka bawa dari
Magano. Maka menunggulah Warrasa. Delapan tahun berlalu. Selama
delapan tahun itu, banyak ahli nujum di antara suku bangsa Gedeo yang
meramalkan bahwa tak lama lagi akan datang orang-orang asing membawa
pesan dari Magano.

Pada suatu hari yang sangat panas pada bulan Desember 1948, Albert
Brant, seorang Kanada bermata biru, bersama rekannya Glen Cain,
tiba-tiba nampak di garis langit, mengendarai sebuah truk yang sudah
tua. Tugas mereka -- memulai pelayanan Injil bagi kemuliaan Allah di
antara suku Gedeo. Padahal sebenarnya mereka berharap mendapat izin
dari pembesar-pembesar Ethiopia untuk memulai misi di pusat wilayah
Gedeo, tetapi para pembesar Ethiopia mengatakan kepada mereka bahwa
permohonan itu pasti ditolak karena iklim politik saat itu.

"Mintalah saja supaya diizinkan pergi ke Dilla, kota yang paling jauh
dari pusat kota," nasihat orang-orang itu sambil mengedipkan mata.
"Kota itu jauh sekali dari pusat wilayah suku Gedeo. Tapi bukan hanya
itu saja, orang-orang percaya bahwa suku Gedeo yang tinggal jauh
terpencil itu juga tidak mungkin bisa dipengaruhi."

"Nah, kita sudah sampai," kata Brant kepada Cain. "Memang, ini tempat
yang paling ujung dari wilayah Gedeo, tetapi kita harus puas dengan
ini."

Sambil bernapas panjang, dibelokkannya truknya yang tua itu ke arah
Dilla. Glen Cain menghapus keringat dari dahinya. "Wah, kota ini
sungguh panas, Albert," katanya. "Mudah-mudahan kita dapat menemukan
tempat yang teduh untuk tenda-tenda kita!"

"Coba, lihat pohon sycamore besar di sana itu!" jawaban Albert. "Tepat
seperti yang kuinginkan!"

Brant mulai menjalankan truknya menaiki lereng bukit. Dari kejauhan,
Warrasa mendengar bunyi mesin mobil yang bising itu. Dia menengok ke
arahnya dan tepat pada saat itu, truk yang tua tadi berhenti di bawah
cabang-cabang pohon sycamore yang terbentang luas. Dengan
perlahan-lahan Warrasa berjalan mendekati truk itu, dan hatinya
bertanya-tanya.

Tiga puluh tahun kemudian, Warrasa (yang sekarang dengan penuh
sukacita sudah menjadi pengikut Yesus Kristus, Putra Magano) bersama
dengan Albert Brant dan orang-orang lainnya adalah anggota gereja-
gereja yang masing-masing jumlahnya lebih dari 200 jemaat! Dengan
bantuan Warrasa dan penduduk Dilla lainnya, hampir seluruh suku Gedeo
telah dijamah oleh Injil -- walaupun Dilla letaknya sangat jauh dan
terpencil dan orang-orangnya sulit dipengaruhi, kuasa Tuhan sanggup
menjamahnya!

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: gkjnehemia.or.id
Alamat URL: http://gkjnehemia.or.id/index.php?option=com_content&view
            =article&id=219:gedeo&catid=46:kesaksian&Itemid=70
Penulis: Don Richardson
Tanggal akses: 17 Oktober 2011

POKOK DOA

1. Doakan untuk mereka yang melayani di suku Gedeo, agar melalui
pelayanan mereka semakin banyak jiwa dimenangkan bagi Tuhan.

2. Doakan untuk orang percaya di suku Gedeo, agar Tuhan memberikan
semangat dalam memberitakan Kabar Baik di antara orang-orang Gedeo
yang belum percaya.

3. Doakan kondisi politik di Ethiopia, agar terjadi kedamaian di
negara tersebut.

"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak
ada rencana-Mu yang gagal." (Ayub 42:2)
< http://alkitab.sabda.org/?ayub+42:2 >

Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Redaksi: Yonatan Sigit
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/kisah >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org