Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/266

KISAH edisi 266 (7-3-2012)

Melewati Lembah Kekelaman Bersama dengan Tuhan

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                       Edisi 266, 07 Maret 2012

Shalom,

Tuhan bekerja melalui segala ketetapan-ketetapan-Nya. Sering kali
dengan cara-cara yang unik, Tuhan menunjukkan kasih-Nya kepada kita.
KISAH edisi kali ini menceritakan tentang campur tangan Tuhan yang
bekerja secara luar biasa dalam hidup Bapak Hadi. Di tengah sakit yang
dihadapi, Tuhan mempertemukan Bapak Hadi dengan orang-orang yang tepat
untuk dapat menolongnya. Melalui sebuah operasi yang sangat vital,
Bapak Hadi berhasil keluar dari lembah kelam tersebut karena campur
tangan Tuhan. Biarlah kesaksian ini dapat memberkati kita semua.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Yonathan Sigit
< sigit(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/ >

            MELEWATI LEMBAH KEKELAMAN BERSAMA DENGAN TUHAN

Sejak di bangku SMU, hidung saya bermasalah -- sering tersumbat.
Dokter mengatakan hal itu karena alergi. Akhirnya, saya bosan berobat
dan tidak memedulikannya lagi.

Ketika berada di Surabaya (kira-kira tahun 2000), saya mengalami
mimisan. Darah yang keluar dari hidung saya cukup banyak. Saya lalu
memeriksakan diri ke dokter THT yang cukup terkenal, dan kata dokter
tidak ada kelainan. Dokter bahkan tidak memberi obat. Sesudah
peristiwa ini, dalam setahun -- 2 kali dalam setahun, saya masih
mengalami mimisan.

Pada bulan Maret 2005, saya pergi ke Malaysia. Saya tiba di Malaysia
pada malam hari. Keesokan harinya, saya mengalami 2 kali mimisan,
yaitu pada pagi hari dan siang hari. Mengingat pada waktu di Surabaya
saya sudah pernah periksa ke dokter, dan bila terjadi mimisan saya
tidak merasa ada gangguan pada kondisi fisik saya, walaupun istri saya
menganjurkan agar saya memeriksakan diri ke dokter, tapi saya merasa
tidak perlu ke dokter.

Sekembalinya dari Malaysia saya berkonsultasi dengan dokter keluarga.
Dia mencurigai ada kelainan dan menganjurkan agar saya melakukan
pemeriksaan darah. Keesokan harinya, saya laksanakan anjuran dokter
keluarga kami. Hasil dari pemeriksaan ini baru bisa diketahui tiga
minggu kemudian, karena sampel darah saya harus dikirim ke Amerika.
Dengan pertimbangan perjalanan yang begitu lama, apakah hasilnya masih
akurat? Akhirnya saya membatalkan pemeriksaan tersebut, walaupun
sampel darah saya sudah terlanjur diambil. Pertimbangan lain mengapa
saya membatalkan pemeriksaan darah ini adalah karena biaya yang cukup
mahal, dan saya juga merasa tidak ada sesuatu yang tidak beres dalam
diri saya.

Pada bulan September, kami ke Singapura untuk menengok anak kami yang
bersekolah di sana. Kami tiba di Singapura Jumat malam dan pada Selasa
pagi kami akan kembali ke Jakarta. Pada Sabtu pagi, saya mengalami
mimisan lagi dan kejadian ini terulang kembali pada Minggu malam. Saya
bertanya dalam hati, "Mengapa baru saja saya tiba di Singapura,
tiba-tiba saya langsung mimisan?" "Apakah Tuhan menyuruh saya untuk
periksa ke dokter?" Istri saya menganjurkan agar saya periksa ke
dokter. Saya pun setuju atas usul istri saya, karena dorongan di hati
saya untuk memeriksakan diri ke dokter juga begitu kuat.

Senin pagi, saya periksa ke RS. Mount Elizabeth. Melalui pemeriksaan
dengan menggunakan endoskop [teropong untuk memeriksa rongga di dalam
pembuluh, saluran, dan liang yang sempit-sempit dalam beberapa bagian
tubuh, Red.], dokter menemukan adanya tumor. Ia menganjurkan untuk CT
Scan. Kami periksa juga di beberapa dokter di RS. Mount Elizabeth, dan
hasilnya sama. Dari hasil CT Scan, terlihat dengan jelas ada tumor
sebesar satu ruas jari kelingking (3x1 cm) di belakang rongga hidung
dekat mata kiri. Dokter menganjurkan hari Kamis saya harus menjalani
operasi melalui lubang hidung untuk mengangkat tumor itu, dan setelah
itu akan diperiksa di laboratorium untuk mengetahui jenis tumor itu --
jinak atau ganas. Kalau tumor jinak, kami boleh pulang; tapi kalau
tumor itu ganas (kanker), perlu dikemoterapi [pencegahan dan
penyembuhan terhadap suatu penyakit, dengan memasukkan bahan kimia ke
dalam tubuh, Red.]/Radioterapi [disebut juga terapi radiasi adalah
terapi menggunakan radiasi yang bersumber dari energi radioaktif,
Red.]. Kami terpaksa setuju dengan saran tersebut. Kemudian dokter
memberi surat pengantar untuk keperluan operasi.

Setelah keluar dari ruang dokter, dalam keadaan bingung kami duduk
termenung di kursi, di depan lift. Tiba-tiba istri saya ingat Pdt.
Andreas -- beliau sering membesuk papa saya waktu papa dirawat di RS.
NUH pada tahun 2004. Saya segera menelepon beliau, tapi waktu itu
beliau sedang berada di Australia. Beliau menunjuk seorang dokter
spesialis ENT Head & Neck Surgery di SGH, Prof. Goh. Kami membuat
janji untuk bertemu dengan Prof. Goh pada hari Kamis pagi. Kami lalu
kembali lagi ke ruang dokter dan membatalkan jadwal operasi tadi.

Kamis pagi, di SGH, Prof. Goh bersama tim melakukan pemeriksaan dengan
teliti dan hasilnya sama, ada tumor. Prof. Goh mengatakan akan
melakukan biopsi [pemeriksaan terhadap organisme, organ, atau jaringan
yang hidup, Red] untuk mengetahui jenis tumornya dulu. Jumat siang,
sekitar pukul 11, saya dibiopsi. Seminggu kemudian, hasilnya: kanker
Neuroblastoma [Neoplasma (pertumbuhan jaringan baru yang tidak normal
pada tubuh; tumor) ganas pada sistem saraf, Red] dan harus segera
dioperasi. Operasi yang sangat besar, memakan waktu yang amat panjang,
memerlukan persiapan yang lengkap dan teliti, memerlukan 2 tim dokter,
yaitu 1 tim ahli ENT Head & Neck Surgery dan 1 tim ahli bedah saraf.
Mula-mula hidung dibelah sampai ke mata, kemudian kulit kepala dibuka
lebar supaya tengkorak bisa di gergaji. Setelah tumornya dibersihkan
baru dipasang kembali. Menurut dokter, kanker jenis ini tidak
terdeteksi melalui darah.

Pada tanggal 21 Oktober 2005, saya dioperasi mulai dari pukul 08.00
dan saya baru sadar sekitar pukul 19.00. Saya lalu dipindahkan ke
ruang ICU dengan tangan, kaki, mulut, hidung, dan kepala penuh dengan
selang. Lubang hidung dua-duanya disumbat dengan kain kasa, sehingga
saya harus bernapas dengan mulut. Hanya 15 menit di ruang ICU, saya
dilarikan kembali ke kamar bedah karena pendarahan. Sekali lagi saya
dibius dan dipasang ventilator (alat pernapasan). Pukul 21.00, untuk
kedua kali, saya dipindahkan lagi ke ICU dalam keadaan tidak sadar.
Ketika saya sadar rasanya sakit sekali. Untuk mengurangi rasa sakit
itu, saya diberi Morfin [zat yang diekstrasi dari opium dengan proses
maserasi opium dalam air. kemudian diendapkan dengan amonia. Digunakan
sebagai obat penghilang rasa nyeri dan penenteraman, digunakan dengan
takaran besar berkhasiat sebagai obat bius dan bila sering dipakai,
takarannya makin lama terpaksa makin diperbanyak sehingga
mengakibatkan kecanduan, Red]. Pada hari ke-3, tekanan darah saya
tiba-tiba naik di atas 200/120 dan banyak mengeluarkan lendir, mungkin
karena penolakan terhadap benda-benda asing yang masuk ke tubuh saya.
Ada juga selang yang dimasukkan ke lambung melalui lubang hidung. Pada
hari ke-4, sakitnya begitu hebat, sehingga tangan saya dipasangi alat
untuk melakukan penyuntikan morfin ke tubuh saya, yang bisa saya
lakukan sendiri sesuai kebutuhan. Setelah selesai operasi, saya masih
perlu menjalani 35 kali radioterapi.

Sekarang, saya sudah pulih setelah melewati lembah kekelaman bersama
Tuhan. Walaupun begitu berat, tapi hari-hari itu adalah hari-hari yang
penuh syukur, karena ada Tuhan yang menggendong saya. Tuhan begitu
dekat dan saya tahu Tuhan mengasihi saya.

Diambil dari:
Judul buletin: Berita YAMARI Edisi 53 -- 2010
Penulis: Hadi
Penerbit: Yayasan Marturia Indonesia, Jakarta
Halaman: 24 -- 25

POKOK DOA

1. Bersyukur buat pertolongan Tuhan terhadap Bapak Hadi, mukjizat-Nya
sangat luar biasa dalam proses penyembuhan penyakitnya.

2. Bersyukur karena Tuhan sudah mempertemukan Bapak Hadi dengan
orang-orang yang tepat, sehingga penyakit Bapak Hadi dapat ditangani
dengan tepat dan cepat hingga proses pemulihan.

3. Berdoa untuk orang-orang yang saat ini juga mengalami pergumulan
hidup seperti yang dialami Bapak Hadi, agar Tuhan menguatkan dan
membuka jalan bagi mereka, sehingga mereka juga boleh menerima
mukjizat yang dari Tuhan.

"Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan kepada mereka kesehatan dan
kesembuhan, dan Aku akan menyembuhkan mereka dan akan menyingkapkan
kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah."
(Yeremia 33:6) < http://alkitab.sabda.org/?Yer+33:6 >

        STOP PRESS: IKUTI KELAS DASAR-DASAR IMAN KRISTEN (DIK)
                        MEI/JUNI 2012 -- PESTA

Yayasan Lembaga SABDA melalui Pendidikan Elektronik Studi Teologi Awam
< http://www.pesta.org > kembali membuka kelas Dasar-Dasar Iman
Kristen (DIK) untuk periode Mei/Juni 2012. Bagi Anda yang ingin
mempelajari pokok-pokok penting dasar iman Kristen, seperti
Penciptaan, Manusia, Dosa, Keselamatan, dan Hidup Baru dalam Kristus,
segeralah bergabung dalam kelas DIK ini.

Saat ini Anda sudah dapat mendaftarkan diri untuk menjadi peserta
baru. Batas pengumpulan tugas tertulis sebagai persyaratan untuk dapat
mengikuti kelas diskusi adalah tanggal 1 Mei 2012. Jadi, segeralah
bergabung! Daftarkan diri Anda sekarang juga ke
< kusuma(at)in-christ.net >.

Bagi Anda yang ingin membaca dan mempelajari pelajaran-pelajaran DIK,
silakan berkunjung ke: http://pesta.sabda.org/dik_sil

Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Redaksi: Yonathan Sigit
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/kisah >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org