Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/282

KISAH edisi 282 (27-6-2012)

Kasih Tuhan Menjamah Hidup Saya

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                       Edisi 282, 27 Juni 2012

Shalom,

Hidup baru adalah anugerah Tuhan, dan Tuhan paling senang memberi awal
yang baru dalam hidup manusia. Dia mampu mengubah arah perjalanan
hidup setiap orang yang mau mengikuti-Nya, Dia juga mampu mengubah
karakter setiap orang sekeras apa pun hatinya. Sebab memperoleh hidup
yang senantiasa diperbarui dan mampu menanggalkan manusia lama, itulah
kehendak Tuhan bagi setiap orang.

Melalui KISAH edisi 282, kita akan melihat campur tangan Tuhan dalam
mengubahkan hidup dan karakter seseorang, yang namanya tidak asing
bagi penikmat film Indonesia. Orang tersebut adalah Advent Bangun.
Bagaimana Tuhan menjamah hidupnya? Silakan simak kesaksian di bawah
ini. Kiranya menjadi berkat bagi Anda. Terpujilah Tuhan!

Redaksi Tamu KISAH,
Is Ardiansah
< http://kesaksian.sabda.org/ >

                    KASIH TUHAN MENJAMAH HIDUP SAYA

Telah menjadi tekadnya bahwa hidup dan matinya akan ia berikan bagi
dunia bela diri, kecintaannya. Menjadi juara karate selama 12 tahun
berturut-turut adalah bukti bahwa Advent Bangun sangat serius menekuni
olahraga tersebut. Bahkan, keahliannya dalam bidang bela diri ini
membawanya melanglang buana dalam dunia film laga. Tercatat, telah 60
film laga yang ia bintangi.

"Dulu... Tuhan saya itu karate," demikian ungkap pria yang bernama
lengkap Thomas Advent Bangun ini.

Awal ketertarikan Advent kepada karate bermula dari pengalaman
traumatis yang menghantuinya. Suatu malam, Advent pulang bersama
dengan kakak perempuannya melewati sebuah bioskop. Di pinggir bioskop
itu, banyak anak muda yang sedang berkumpul sambil minum-minuman
keras. Mereka melihat kakak perempuan. Anak-anak muda tersebut lalu
mengganggu kakak perempuan Advent, karena mereka pikir kakaknya adalah
seorang perempuan nakal. Karena merasa terganggu, Advent melakukan
perlawanan. Ia dipukuli sekitar 30-an orang. Ia juga sempat mau
ditikam dengan sebuah senjata tajam, tetapi berhasil melompat ke
belakang. Advent bangun tidak berdaya dihajar oleh massa. Ia terus
meronta. Ketika bisa lepas dari mereka, ia segera lari secepat
mungkin. Kejadian itu menyisakan rasa sakit dan dendam di hati Advent.

Selain itu, sakit hati yang begitu dalam juga dikarenakan perlakuan
buruk sang kakak ketika ia kecil. Saat itu, salah satu kakaknya
menganiayanya dengan begitu kejam. Advent ditarik ke sungai yang
dangkal dan diinjak-injak di situ. Ia banyak minum air dan tak
berdaya. Untungnya, ada orang yang melihat peristiwa itu. Mereka
datang menolong Advent dan akhirnya abangnya lari."

Suatu saat, ia melihat sebuah latihan karate. Ia melihat peserta
latihan menggunakan tangan kosong untuk menghancurkan es balok dan
papan. Timbul keyakinan dalam hatinya, "kalau saya latihan seperti
itu, 100 orang juga bisa saya hajar." Ia pun mendaftar untuk mengikuti
latihan karate itu. Dendam dan rasa sakit di hati membuat dirinya
berlatih ekstra keras. "Kalau orang latihan sejam, saya 2 jam. Kalau
yang lain latihan 2 jam, saya 4 jam. Saya tidak mau kalah dengan orang
lain."

Dendam dalam hati Advent dilampiaskannya sewaktu bertarung. Jika belum
membuat lawannya babak belur, ia belum merasa puas. Begitu
pertandingan dimulai, kaki kanannya seperti memunyai mata. Begitu
jaraknya sesuai, dia otomatis keluar. Advent pun sempat dijuluki
sebagai "dokter gigi", karena ia sering membuat rontok gigi lawannya.

Sifat keras Advent Bangun ini terbawa dalam kehidupan rumah tangganya.
Louis Sinulingga, istri Advent bercerita, "Sesudah menikah, saya
kaget. Saya mengenal dia tidak cukup lama -- sekitar 6 bulan. Saya
mengenal Advent adalah sosok yang cukup sabar. Ia sabar menunggu saya
pulang kantor. Ternyata tidak sepenuhnya ia seperti itu. Suatu ketika
saya pergi ke supermarket. Rupanya dia menunggu saya kelamaan. Ketika
saya datang, dia langsung marah dan membanting pintu."

Bukan hanya tidak sabar, Advent ternyata juga pria pencemburu. Jika
istrinya pulang tidak tepat waktu, maka sang istri akan menerima
luapan amarahnya. Louis sempat merasa menyesal telah menikahi pria
yang ditolak oleh kedua orang tuanya tersebut. "Saya merasa, kok rumah
tangga saya seperti ini. Saya berdoa, `Tuhan tolong saya, kalau semua
ini terjadi karena kesalahan saya; karena dosa-dosa saya, saya minta
ampun. Saya mau bertobat; saya mau kembali sama Tuhan. Tuhan Yesus
tolong saya. Pulihkan rumah tangga saya. Buka jalan bagi hidup saya,`"
demikian Louis berharap pada Tuhan, agar Tuhan memulihkan kehidupan
rumah tangganya.

Menghadapi Advent yang temperamental dan keras, Louis seperti tidak
berdaya. Apalagi ketika Advent tidak senang dengan gereja yang
dikunjungi oleh Louis. "Kalau kamu ke gereja itu lagi, awas kamu! Saya
hajar kamu! Apa itu lompat-lompat, nyanyi-nyanyi, memuji-muji! Gereja
apa itu! Sesat itu!" Demikian Advent mencerca istrinya, karena
istrinya memilih gereja yang tidak sesuai dengan keinginan hatinya.
Advent juga tidak mau sekamar dengan istrinya selama 1 tahun.

Louis hanya bisa berlari ke kamarnya dan menangis kepada Tuhan. Ia
memohon kepada Tuhan agar terus diberikan kekuatan untuk mengasihi
Advent. Cintanya pada Tuhan mengalahkan rasa takut Louis kepada
Advent. Entah mendapat kekuatan dari mana, Louis membuat keputusan
yang sangat berani. Ia mengatakan dengan jujur kepada Advent bahwa
dirinya ingin dibabtis. "Mau meledak rasanya," ungkap Advent. Wajahnya
memerah dan dia hanya bisa menatap istrinya sambil menahan amarah.
Namun sungguh ajaib, yang terlontar dari mulutnya adalah, "Ya sudah,
saya antar kamu."

Benar, seperti yang dikatakannya. Advent mengantarkan istrinya untuk
dibabtis. Saat mengikuti ibadah sebelum acara babtisan itu, sesuatu
terjadi dalam hidup Advent. Ia sangat tertempelak dengan khotbah yang
dibawakan oleh hamba Tuhan yang melayani babtisan tersebut. Khotbahnya
mengajarkan tentang "kuduslah kamu sebab aku kudus". Ada dua ayat yang
mendasari khotbah ini, yaitu 1 Petrus 1:16 dan Ibrani 12:14,
"Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan,
sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan." Firman
itu cukup keras untuknya, seperti tendangan yang mengenai dadanya; ia
seperti ditampar. Kedua firman itu membuatnya menangis -- ia merasa
terlalu banyak marah, dendam, benci pada banyak orang.

Advent yang malu menangis di depan orang lain, berseru kepada Tuhan di
balik sebuah tiang gereja itu. Dia benar-benar menyadari bahwa dirinya
memerlukan Tuhan untuk mengubah hidupnya. Sepulang dari pembaptisan
istrinya, ia berkata kepada Louis, bahwa ia mau dibabtis.

Setelah memutuskan untuk bertobat, Advent menjalani suatu proses yang
tidak mudah baginya. Ketika diingatkan oleh istrinya tentang
kebanggaannya pada semua pialanya, hal itu membuat Advent marah.
Selama 3 hari ia mendiamkan istrinya. Advent merenung dan membaca
Alkitab. Matanya tertuju pada sebuah ayat di kitab Filipi 3:7-8. "Saya
sangat kaget membaca firman itu: Semua saya anggap rugi setelah
pengenalan akan Kristus. Semua kuanggap sampah. Yesus lebih mulia dari
segala-galanya."

Setelah perenungan yang dalam akan ayat tersebut, Advent sadar bahwa
dirinya telah terikat dengan semua piala dan kesombongannya. Ia
menyingkirkan semua pialanya dan mengucapkan selamat tinggal kepada
kesombongan. Sejak itu, Thomas Advent Bangun memutuskan hubungan
dengan dunia karate. Karate bukan lagi Tuhan dalam hidupnya. Advent
memilih Yesus yang menjadi penguasa tunggal atas kehidupannya.

Bahan diambil dan disunting dari:
Nama situs: kisahnyatakristen.kiosgeek.com
Alamat URL: http://kisahnyatakristen.kiosgeek.com/2011/06/28/
            advent-bangun-tuhan-saya-itu-karate/
Judul asli artikel: Tuhan Saya Itu Karate
Penulis: Tim redaksi jawaban.com
Tanggal akses: 16 Desember 2011

Pokok Doa

1. Berdoa untuk setiap anak-anak Tuhan yang masih terikat dengan
hal-hal yang tidak berkenan kepada-Nya. Kiranya mereka mendapatkan
jamahan Tuhan yang mengubahkan hidup mereka, dan dimampukan untuk
menanggalkan manusia lama dengan seluruh kebanggaannya yang semu
maupun kenikmatan dunia yang sesaat.

2. Berdoa untuk setiap artis, bintang film, dan selebritis Kristen,
supaya mampu menjaga kemurnian imannya dan menjadi saksi Tuhan bagi
dunia hiburan dan lingkungannya.

3. Berdoa supaya semakin banyak orang percaya memahami arti hidup baru
yang diberikan Tuhan dan mengalami pertobatan hidup, sehingga mampu
meninggalkan hidup lama dan ikatan dosa.

"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru yang
lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."
(2 Korintus 5:17) < http://alkitab.sabda.org/?2Korintus+5:17 >

Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Redaksi: Yonathan Sigit
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/kisah >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org