Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/290

KISAH edisi 290 (22-8-2012)

Terang Seorang Martir

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                      Edisi 290, 22 Agustus 2012

Shalom,

Penganiayaan terhadap para pengikut Kristus tidak akan pernah lenyap
dari dunia ini, hingga Tuhan datang dan melenyapkan dunia. Setiap
hari, selalu ada orang-orang Kristen yang menderita aniaya di belahan
bumi ini, namun hal itu tidak menyurutkan iman setiap pengikut Kristus
dalam mengikut Tuhan. KISAH edisi 290 menceritakan tentang perjuangan
iman dari H yang tetap setia mempertahankan imannya, meskipun
diskriminasi dan penganiayaan dia terima hingga kematiannya. Suatu
kisah dari seorang pahlawan iman yang layak kita teladani. Dalam
keadaan apa pun, mempertahankan iman kepada Kristus adalah harga mati
yang harus kita bayar. Semoga kesaksian ini memberkati Anda sekalian.
Tuhan memberkati.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Yonathan Sigit
< sigit(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/ >

                          TERANG SEORANG MARTIR

H dilahirkan di sebuah keluarga Kristen di Mesir pada tahun 1985. Ia
bangga dilahirkan sebagai orang Kristen, dan seperti banyak orang
Kristen Koptic, ia membuat tato sebuah salib di atas pergelangan
tangannya. Ia juga bangga dengan namanya, yang artinya "sukacita"
dalam bahasa Arab. Ia memperlakukan orang-orang dengan baik; mereka
dapat melihat sukacita dan kasih Kristus dari pancaran matanya. Lampu
kehidupannya diisi dengan minyak dan bercahaya dengan terang, bagi
semua orang untuk melihat.

Selama waktu wajib militernya, pemimpinnya menekan dia untuk berpindah
keyakinan ke agama lain. Walaupun pemimpin dan orang-orang dari agama
lain itu mencoba untuk membujuknya dengan janji-janji harta, H
menolaknya. "Aku tidak akan pernah meninggalkan Tuhan," katanya dengan
tegas. "Aku mengasihi Dia. Aku lahir sebagai Kristen dan aku akan
tetap menjadi Kristen, dan akan mati sebagai orang Kristen."

Penganiayaan meningkat. Teman sesama tentara memanggil namanya bukan
dengan H, tapi nama dari agama mereka. Mereka memaksa dia membaca
kalimat tertentu ketika ia makan satu meja dengan mereka. Mereka
menolak makanan apa pun yang diberikan oleh H. Ia selalu diganggu pada
saat tidur, dipukuli, dan diprovokasi untuk berkelahi.

Pemimpinnya sering menjadi sangat marah dan memerintahkan H untuk
menjilat sepatunya. H sering disundut menggunakan rokok. Anggota
keluarganya berkata bahwa H dipaksa untuk menanggalkan rompinya dan
diperintahkan untuk merangkak di lantai. Rekan sesama tentara
menginjak punggungnya dengan sepatu mereka dan berkata padanya, "Kami
mau lihat, apakah Tuhanmu datang menolong!"

Tidak kuat lagi menanggung perlakuan diskriminasi ini, satu hari
sebelum masa wajib militernya berakhir, H mengancam pemimpinnya bahwa
ia akan melaporkan penganiayaan ini ke intelijen militer, jika
perlakuan semacam ini terus dilakukan terhadap tentara yang berlatar
belakang Kristen. Pemimpinnya memperingatkan H jika ia berani
melaporkannya, ia akan membalas dendam. Sang pemimpin mengadakan
persekongkolan untuk menyingkirkan H selamanya. Keluarga H dipanggil
oleh rumah sakit setempat satu minggu setelah ia kembali bertugas di
angkatan bersenjata dari masa istirahatnya bersama keluarga. Mereka
diberi tahu bahwa H telah tenggelam di Sungai Nil dan mereka
memerlukan keluarga H untuk mengenali identitasnya.

Keluarga H pingsan ketika mereka mengamati sebuah tubuh di kamar
mayat. Sudah jelas bahwa ia tidak mati tenggelam; ia adalah korban
penyiksaan dan pembunuhan. "Mulutnya menganga, lidahnya menjulur
keluar, dan bola matanya terlihat membesar," ibunya dengan bercucuran
air mata menjelaskan. "Mereka membakar kedua tangan dan kakinya, serta
mencekiknya. Mereka dengan sadis menyiksanya." Rusuk dan gigi H patah,
dan ia ditikam dengan sebuah belati. Tanda tato salib di lengannya
telah dikikis dengan benda tajam. Tanda salib telah dihilangkan dari
kulit H, tetapi para penyerangnya tidak dapat menghapuskan Yesus dari
hatinya.

Yesus berkata bahwa semua manusia akan membenci pengikut-Nya karena
Dia (Matius 10:22), tetapi kami bersukacita mengetahui H "teguh hingga
kematiannya". Tubuhnya rusak, ia dengan brutal dianiaya, tetapi terang
H tidak padam. Hidup dan kesaksiannya adalah minyak yang membuat
terang tetap menyala melalui yang lain -- melalui mereka yang
mendengar kesaksiannya.

Sumber:
Nama buletin : Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Mei - Juni 2008
Penerbit : Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya
Halaman : 5 -- 6

Diambil dari:
Nama situs: e-MISI
Alamat URL: http://misi.sabda.org/terang-seorang-martir
Tanggal akses: 11 Juni 2012

Pokok Doa

1. Mengucap syukur untuk keberanian orang-orang percaya yang hidup di
negara-negara yang menolak kekristenan, yang tetap mempertahankan
imannya kepada Kristus.

2. Doakan untuk orang-orang percaya yang hidup di negara-negara yang
menolak kekristenan, agar Tuhan memberi kekuatan dan sukacita untuk
tetap bertahan dalam mengikut Dia.

3. Berdoa untuk keluarga para martir, agar semangat mereka untuk
menjadi saksi-Nya tetap menyala. Doakan juga agar Tuhan memampukan
mereka untuk terus menjadi saksi-Nya yang hidup.

"Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu
membenci Aku dari pada kamu." (Yohanes 15:18)
< http://alkitab.sabda.org/?yohanes+15:18 >

Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Redaksi: Yonathan Sigit
Tim editor: Davida Welni Dana, Novita Yuniarti, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/kisah >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org