Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/294

KISAH edisi 294 (19-9-2012)

Rancangan Tuhan yang Terbaik

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                      Edisi 294, 19 September 2012

Shalom,

Pernahkah Anda merasa kecewa dengan Tuhan karena yang terjadi tidak
sesuai dengan apa yang Anda inginkan? Terkadang kita begitu cepat
menilai bahwa Tuhan sudah tidak peduli lagi dengan kehidupan kita.
Namun, ketika mukjizat terjadi, baru kita sadar bahwa Tuhan punya
rencana yang indah bagi kita. KISAH edisi 294 menceritakan tentang
kesaksian seorang mahasiswa kedokteran yang menjalani ujian negara
untuk profesinya. Banyak pergumulan yang harus dilalui, yang membuat
dia merasa putus asa. Bersyukur, dia tetap berjuang dan mengandalkan
Tuhan dalam hidupnya. Semoga kesaksian ini memberkati Anda.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Yonathan Sigit
< sigit(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/ >

                     RANCANGAN TUHAN YANG TERBAIK

Saya kuliah di fakultas kedokteran swasta. Puji Tuhan, karena Ia telah
memimpin studi saya sehingga bisa lulus sebagai dokter lokal. Karena
kuliah di fakultas kedokteran swasta, maka saya harus mengikuti ujian
negara di universitas negeri, supaya saya dapat meraih gelar dokter.
Waktu itu, saya mendaftar ujian negara di universitas negeri yang ada
di luar kota karena antrean di sana tidak terlalu panjang. Saya tidak
memikirkan sulit atau tidaknya ujian di sana, yang saya pikirkan
hanyalah kuliah saya cepat selesai.

Menurut perkiraan, seharusnya saya akan ujian sekitar bulan Maret
tahun 2001. Namun, karena ada 4 orang yang batal maju ujian pada bulan
September 2000, maka jadwal ujian saya dimajukan bulan September 2000.
Ini adalah hal yang sama sekali tidak saya duga! Karena waktu itu,
saya baru sekitar 2 bulan menyelesaikan pendidikan profesi saya, dan
baru mulai mencari-cari pekerjaan sambil menunggu ujian negara.
Pengalaman teman-teman saya selama ini, mereka harus menunggu sekitar
1 tahun untuk bisa mengikuti ujian negara.

Saya benar-benar kaget dan tidak siap karena saya dipanggil untuk ikut
ujian negara hanya tiga minggu sebelum ujian dimulai. Saya benar-benar
merasa takut karena saya belum belajar sama sekali. Yang dapat saya
lakukan hanyalah berdoa memohon pimpinan Tuhan, mohon Ia memberi saya
kekuatan. Saya yakin, bila ini semua adalah kehendak dari Allah, maka
Allah akan memimpin saya untuk melewati ujian ini, sama seperti
ujian-ujian sebelumnya. Saya sering berdoa sambil mencucurkan air
mata karena saya begitu ketakutan.

Saya hanya punya waktu 1 minggu untuk bersiap-siap sebelum berangkat
ke kota tempat dilaksanakan ujian negara tersebut. Saat sedang
sibuk-sibuknya bersiap-siap, 3 hari sebelum berangkat, toko papa saya
terbakar. Puji Tuhan, yang terbakar hanya tokonya, sedangkan gudang
sama sekali tidak tersentuh api, padahal apinya cukup besar. Saya dan
adik saya berdoa mencucurkan air mata, memohon belas kasihan Allah
supaya apinya segera padam. Waktu itu Allah turut bekerja dengan
menurunkan hujan sebelum pemadam kebakaran datang, dan ketika pemadam
kebakaran sudah datang hujan pun berhenti.

Melalui peristiwa ini, saya belajar bahwa saya tidak usah takut,
melainkan saya harus menyerahkan segala kekhawatiran saya ke dalam
tangan-Nya. Dengan hati sedih, saya tetap berangkat, meninggalkan
keluarga saya yang sedang kesusahan.

Di sana, saya cuma punya waktu 2 minggu untuk belajar. Ada lima mata
pelajaran yang akan diuji, yaitu penyakit dalam, anak, kebidanan,
kesehatan masyarakat, dan bedah. Saya mencoba belajar semaksimal
mungkin dalam waktu yang begitu singkat. Ketika jadwal ujian
dibagikan, ternyata saya mendapat jadwal yang kurang menguntungkan.
Saya sudah harus maju ujian pada minggu pertama, libur 1 minggu pada
minggu kedua, selanjutnya saya ujian dari minggu ketiga sampai keenam.
Betul-betul melelahkan karena saya harus belajar terus menerus selama
kurang lebih 2 bulan.

Empat mata pelajaran, yaitu penyakit dalam, anak, kebidanan, dan
kesehatan masyarakat telah selesai diuji, yang belum adalah bedah.
Bagian bedah di universitas tempat saya ujian memang dikenal sulit
untuk lulus. Di sana, ada seorang dosen yang terkenal, bukan karena
"killer", tapi karena tidak pernah meluluskan satu mahasiswa pun yang
ujian dengannya. Menurut cerita, dulu beliau termasuk salah seorang
dosen yang baik hati, mau membantu mahasiswa, dan biasanya meluluskan
mahasiswa yang ujian dengannya. Sampai suatu hari, ada mahasiswa yang
mengatakan suatu hal, dan ucapannya itu sampai ke telinga beliau.
Beliau sakit hati, sehingga sejak saat itu tidak ada mahasiswa yang
lulus bila ujian dengan beliau.

Setelah dihitung-hitung, ternyata pada minggu saya harus ujian bedah,
beliau merupakan salah seorang dosen yang akan menguji. Waktu itu yang
akan ujian ada 3 orang, dan tidak ada satu pun di antara kami yang mau
mendapatkan dosen itu sebagai penguji.

Saya sangat terpukul ketika mengetahui bahwa saya mendapatkan dosen
penguji tersebut, dosen yang tidak pernah meluluskan satu mahasiswa
pun yang ujian dengan beliau, sejak tahun 1993. Semua orang
mengatakan, kalau dosen pengujinya beliau, lebih baik tidur saja,
tidak usah belajar karena percuma saja, bisa atau tidak bisa menjawab
pertanyaan, hasilnya sama saja. Tidak akan diluluskan!

Saya kecewa sekali. Sekalipun saya sudah berdoa menyerahkan segala
sesuatunya ke tangan Tuhan, tetapi hal ini tidak sesuai dengan apa
yang saya harapkan. Saya berharap Tuhan memberi saya dosen penguji
yang satu lagi, di mana masih ada kemungkinan 50 persen bagi saya
dapat lulus, jika saya belajar dengan baik. Sedangkan yang ini, boleh
dibilang 100 persen tidak akan lulus.

Saya betul-betul kecewa. Saya bertanya-tanya, mengapa Tuhan memberikan
dosen penguji seperti ini kepada saya. Orang lain yang lebih pandai
dari saya pun tidak lulus, bagaimana mungkin saya bisa lulus. Saya
sudah tidak punya semangat lagi untuk memeriksa pasien atau untuk
menyelesaikan status ujian saya. Saya merasa saya sudah tidak punya
harapan lagi. Saya betul-betul putus asa. Selama 1 minggu, saya
uring-uringan dan tidak mau belajar. Hampir setiap malam saya
menangis. Saya tetap tidak mengerti, mengapa Tuhan memberikan dosen
penguji seperti ini kepada saya.

Saat saya sedang putus asa, tidak henti-hentinya seorang teman
menghibur saya. Dia mengatakan bahwa saya harus tetap belajar. Kalau
saya tidak belajar, bagaimana mungkin kuasa Allah akan bekerja. Kalau
saya tidak belajar dan tidak mengerjakan apa yang seharusnya saya
kerjakan, Allah pun tidak dapat bekerja, tidak dapat menunjukkan
kemahakuasaan-Nya. Tetapi waktu itu saya tetap berkeras hati. Saya
menganggap tidak ada seorang pun yang mengerti apa yang saya alami.

Setelah 1 minggu, saya baru dapat menerima kenyataan, baru mulai dapat
berdoa lagi, dan juga mulai belajar. Saya serahkan segalanya ke dalam
tangan Tuhan. Saya percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik
untuk saya. Saya ingat atas pengaturan-Nya, saya bisa ikut ujian
negara secepat ini.

Dosen penguji ini juga terkenal sering menunda-nunda ujian. Yang
seharusnya cuma 1 minggu, bisa jadi 3 minggu atau lebih. Betul-betul
tekanan mental yang berat, harus menunggu selama tiga minggu atau
lebih, sementara hasilnya sudah dapat dipastikan, tidak lulus. Tapi
waktu itu saya sudah pasrah.

Waktu ujian, ada pertanyaan yang saya bisa jawab dan ada yang tidak
bisa saya jawab. Entah bagaimana, dosen itu menawarkan untuk ujian
lagi keesokan harinya. Saya diberi tugas mencari jawaban pertanyaan
yang tidak bisa saya jawab tadi. Waktu saya akan keluar ruangan, dosen
tersebut bertanya apakah saya tahu mengapa beliau menawarkan ujian
sekali lagi kepada saya, satu hal yang sangat jarang ditawarkan kepada
mahasiswa lain. Saya jawab saya tidak tahu. Menurut beliau, tawaran
itu diberikan kepada saya karena beliau melihat bahwa saya rajin. Saya
tidak tahu bagaimana beliau bisa menarik kesimpulan demikian. Namun,
saya percaya bahwa semuanya itu adalah pengaturan dari Allah.

Waktu hasil ujian diumumkan, saya hampir tidak dapat memercayainya
karena ternyata dosen tersebut meluluskan saya, setelah 7 tahun tidak
pernah meluluskan satu mahasiswa pun! Sungguh kuasa Allah benar-benar
luar biasa! Puji Tuhan, dengan waktu belajar yang demikian singkat,
saya bisa melalui ujian negara. Saya tahu bahwa saya bisa lulus bukan
berarti saya lebih pandai dari yang lain, tetapi karena Allah yang
menggerakkan hati dosen tersebut untuk meluluskan saya.

Dari kesaksian ini, saya belajar bahwa Allah sungguh Mahakuasa. Ia
dapat membuat segala sesuatu yang kelihatannya tidak mungkin menjadi
mungkin. Sering kali apa yang diberikan Allah tidak sesuai dengan
keinginan kita, namun percayalah bahwa apa yang diberikan Allah,
itulah yang terbaik untuk kita. Bila saat ini kita mengalami kesulitan
besar dan merasa tidak ada jalan keluar, percayalah di balik semua itu
Allah memiliki rencana yang indah, yang tidak pernah terpikirkan oleh
kita waktu kita mengalaminya. Demikianlah yang terjadi pada saya. Bila
waktu itu saya tenggelam dalam keputusasaan, tidak mau belajar sama
sekali seperti saran teman-teman saya, mungkin saya tidak akan lulus.
Karena meskipun Allah ingin menunjukkan kemahakuasaan-Nya, tetapi jika
saya tidak mengerjakan apa yang menjadi tugas saya, saya tidak akan
bisa memuliakan Allah. Segala kemuliaan hanya bagi Allah.

Diambil dari:
Judul buletin: Warta Sejati, Edisi 25, Juli-Agustus 2001
Penulis: Triyanti Sundari
Penerbit: Departemen Literatur Gereja Yesus Sejati Pusat Indonesia,
          Jakarta 2001
Halaman: 26 -- 29

Pokok Doa

1. Mengucap syukur karena Tuhan senantiasa memelihara orang-orang yang
bergantung dan mengandalkan Dia dalam segala hal.

2. Bersyukur untuk setiap campur tangan Tuhan dalam hidup
anak-anak-Nya. Mari kita melakukan apa yang menjadi kewajiban kita
dan tetap mengandalkan Tuhan.

3. Berdoa untuk orang-orang yang saat ini sedang mengalami persoalan
hidup yang sepertinya mengecewakan, agar mereka dapat tetap kuat dan
terus percaya kepada Tuhan.

"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu
mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai
sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu
hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11)
< http://alkitab.sabda.org/?Yer+29:11 >

Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Redaksi: Yonathan Sigit
Tim editor: Davida Welni Dana, Novita Yuniarti, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/kisah >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org