Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/297

KISAH edisi 297 (10-10-2012)

Melayu Berarti "Agama Lain"

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                      Edisi 297, 10 Oktober 2012

Shalom,

Penderitaan karena mengikuti Yesus, Sang Mesias, sudah dialami oleh
tokoh-tokoh dalam Alkitab. Sampai hari ini pun, kita sering mendengar
dan mendoakan mereka yang teraniaya karena imannya kepada Kristus.
Kesaksian dalam KISAH edisi 297 menceritakan kisah seorang pahlawan
iman yang tetap berdiri teguh dalam mempertahankan imannya kepada
Kristus. Kiranya kesaksian ini membuka hati kita untuk terus berdoa
bagi mereka, yang Tuhan izinkan mengalami penderitaan. Tuhan
memberkati.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Yonathan Sigit
< sigit(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/ >

                     MELAYU BERARTI "AGAMA LAIN"

Kedua mata Jon dibalut dengan kain hitam tebal yang menutupi setengah
dari wajahnya. Kedua tangannya mati rasa dan tubuhnya sakit. Setelah
diikat dengan tali dan diperlakukan kasar oleh para penculiknya,
sekarang dia berada di bagian belakang mobil SUV yang melaju kencang
melalui jalanan berdebu, menuju suatu tempat yang tidak diketahui.

Beberapa jam sebelumnya, Jon dan 10 orang etnis Melayu Kristen sedang
berada dalam sebuah rumah di pinggiran kota KL. Mereka sedang belajar
Alkitab, ketika 4 orang petugas berpakaian polisi dan 10 anggota
Polisi Agama tiba-tiba datang dengan mengendarai 3 kendaraan roda
empat.

Polisi mulai mendorong dan meneriaki orang-orang percaya ini, meminta
mereka mengatakan siapa yang memimpin kelompok ini. Jon berdiri.
Sebelumnya, dia pernah mengalami guncangan seperti ini. "Saya pemimpin
mereka," katanya. "Tolong jangan sakiti mereka. Bawa saja saya."

Sejak penahanan pertamanya setelah pertobatannya dari "agama lain"
menjadi Kristen pada tahun 2005, Jon dipaksa untuk melapor ke polisi
setiap 3 bulan. Selama 6 bulan, mereka telah memaksanya untuk membaca
doa-doa "agama lain", supaya dia mau kembali kepada ajaran agama yang
dianggap "agama warisan" pendahulu mereka. Selama 6 tahun, dia terus
menolaknya.

Jon sudah biasa dengan perlakuan kasar polisi, jadi dia tidak kaget
ketika dibawa ke sebuah kantor polisi yang sudah dia kenal. Dia pernah
dibawa ke kantor polisi ini berkali-kali dan bahkan tahu di mana
kepala polisi menggantungkan topinya. Meskipun demikian, pada keesokan
harinya, 26 Maret 2011, segalanya berubah. Polisi menutup matanya,
mengikat tangan dan kakinya, dan melemparkannya ke dalam bagian
belakang mobil SUV.

Di negara tempat Jon tinggal, penginjilan kepada orang-orang "agama
lain" dianggap melanggar hukum dan dapat dikenakan denda, kurungan,
atau keduanya. Keberanian Jon meninggalkan "warisan agama" etnisnya,
membuatnya menjadi "seorang pengkhianat" di mata sebagian besar orang
Melayu.

Walaupun populasi negara tersebut terdiri dari berbagai etnis China,
Vietnam, India, dan lainnya, pemerintah berusaha mempertahankan budaya
asli yang terpisah. Dua peraturan hukum dibuat -- peraturan hukum yang
mengatur seluruh warga negara dan peraturan hukum "agama lain" yang
hanya diberlakukan atas pemeluk agama tersebut (isinya mengatur
tentang beribadah, keluarga, harta, dan warisan). Kerajaan tempat Jon
tinggal telah berusaha untuk mempertahankan kelangsungan budayanya
dengan menuliskan tentang Melayu dan agama ke dalam undang-undang.
Pasal 160 menyatakan "etnis Melayu" adalah seseorang yang lahir
sebagai seorang warga negara asli, mengikuti budaya di sana, dan
"agama lain". Mereka menyebutnya "masuk melayu", yang artinya menjadi
Melayu adalah berarti juga memeluk "agama lain". Agama tersebut bukan
hanya sekadar sebuah agama bagi orang-orang pribumi; tetapi juga
menjadi identitas nasional mereka. Dan bagi mereka yang mencoba
meninggalkan keimanan asal akan mengalami begitu banyak kesulitan,
termasuk kurungan penjara di dalam rumah rehabilitasi. Pemerintah
menganggap setiap pengkhianatan atas agama adalah ancaman bagi
keamanan nasional.

Sekitar 4 jam setelah polisi memaksa Jon masuk ke dalam mobil SUV, dia
dijatuhkan keluar dari kendaraan dan dibawa ke dalam sebuah rumah di
utara negara tersebut, berbatasan dengan negara tetangga. Rumah ini
dikelilingi oleh tembok dinding yang tebal dan kawat berduri. Jon
dibawa ke salah satu dari tujuh pusat pemurnian agama. Sementara
pemerintah mengatakan secara terbuka bahwa pusat-pusat rehabilitasi
ini adalah "tempat perenungan" bagi orang-orang "Agama Lain" yang
sedang mengalami guncangan dalam iman mereka, kehadiran Jon di dalam
pusat rehab seperti ini tentu saja bukan karena keinginannya sendiri.

Jon diikat tangan dan kakinya. Dia ditempatkan di suatu ruangan
seukuran dapur, dengan 3 orang pria lain yang kemudian diketahui
sebagai orang-orang percaya berlatar belakang "agama lain". Lalu
dimulailah penyiksaan. Selama 3 hari, siang dan malam, Jon dibawa ke
ruangan interogasi beberapa kali, di mana dia dihadapkan kepada
guru-guru "agama lain", yang dia gambarkan memiliki "jenggot panjang"
dan pandangan mata yang bengis.

"Mereka mengirim banyak guru agama dan seorang dukun," kata Jon.
"Pemimpin mereka membacakan doa-doa. Mereka mencoba dan mencoba lagi
supaya saya ikut membaca doa bersama mereka. Tetapi setiap kali mereka
membaca doa, yang saya dengar hanyalah doa orang-orang percaya yang
berdoa bagiku di tempat ini." Mereka berpikir memunyai kuasa untuk
membawa saya kembali ke "agama lama", kata Jon. "Saya katakan kepada
mereka, seandainya kamu membacok kepala saya sekarang, saya tidak
peduli. Lakukan saja karena Tuhan bersama saya. Mereka menjadi sangat
marah dan mulai menendang dan memukuli saya. Tetapi saya tidak
merasakan sakit atau penghinaan. Saya percaya Tuhan hadir saat itu,
dan saya bisa mendengar doa para malaikat dan teman-teman Kristen
saya. Ketika mereka menginjak dan menendang saya, di saat itulah saya
merasakan doa-doa itu dan juga merasakan kehadiran Tuhan."

Jon dipaksa duduk di atas es dengan badan telanjang, sementara
orang-orang yang menginterogasinya mengumandangkan ayat-ayat "agama
lain" kepadanya. "Kami akan membunuhmu kalau kamu tidak membaca
kalimat doa ini," ancam mereka. Jon dipukuli dengan batang bambu yang
panjang dan tebal, paling tidak 14 kali. Pemukulan dan penyiksaan
mulai menghancurkannya, tetapi dia tidak menyangkal Kristus. Walaupun
dia menjadi lemah, Jon tetap beriman sementara orang Kristen lainnya
yang satu sel dengannya akhirnya menyerah.

"Ketika dipukuli, saya mendapatkan penglihatan Yesus yang sedang
dipukul. Saya melihat darah Yesus bercucuran, lalu saya mendengar
suara lembut Roh Kudus yang mendorong saya, untuk tidak menyangkal
Kristus apa pun yang terjadi. Iman saya dipulihkan dan saya mulai
memuji Tuhan, tersenyum, dan tertawa ketika mereka memukuli saya. Bagi
saya, tidak masalah dipukuli karena Yesus juga pernah dipukul."

Setelah 3 hari masa penyiksaan, polisi agama melimpahkan penahanan Jon
ke kantor polisi setempat. Anggota gerejanya membayar uang jaminan
pembebasannya dan dia dibebaskan.

Diambil dan disunting dari:
Nama buletin: Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Maret - April 2012
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan (KDP), Surabaya 2012
Halaman: 4 -- 6

Pokok Doa

1. Berdoa agar Tuhan memberikan kekuatan kepada orang percaya yang
bermukim di negara-negara berbasiskan "agama lain". Kiranya mereka
tetap berdiri teguh dalam imannya, meskipun mereka mengalami
intimidasi dari pihak-pihak tertentu.

2. Kiranya Tuhan membuka hati setiap pengurus lembaga-lembaga atau
yayasan yang bergerak dalam pelayanan pengabaran Injil, agar mereka
tetap dan terus peduli kepada orang-orang percaya, yang saat ini
hidupnya terancam karena iman kepada Kristus.

3. Mohon Tuhan memberikan hikmat dan bijaksana bagi pemerintah
negara-negara yang berbasis "agama lain", agar mereka memberi
kebebasan kepada warganya untuk memeluk dan menjalankan agamanya,
sesuai dengan iman dan kepercayaannya masing-masing.

"Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada
Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia," (Filipi 1:29)
< http://alkitab.sabda.org/?Filipi+1:29 >

Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Redaksi: Yonathan Sigit
Tim Editor: Davida Welni Dana, Novita Yuniarti, dan
         Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/kisah >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org