Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/303

KISAH edisi 303 (21-11-2012)

Bapa yang Sejati Memeliharaku

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                      Edisi 303, 21 November 2012

Shalom,

Emas merupakan salah satu batu mulia yang sangat berharga. Akan
tetapi, sedikit dari kita yang tahu bahwa emas harus dibakar dengan
suhu yang tinggi, supaya ia menjadi betul-betul murni dan siap untuk
dipakai. Tidak jauh berbeda dengan iman kita, terkadang kita harus
mengalami proses "pembakaran" yang begitu menyakitkan, supaya iman
kita semakin murni. Akan tetapi, sedikit dari kita yang dapat memahami
hal itu, bahkan tidak sedikit anak Tuhan yang tidak tahan dalam proses
tersebut sehingga mereka meninggalkan Tuhan. Dalam edisi KISAH kali
ini, kita akan melihat perjuangan seorang gadis kecil dalam
mempertahankan imannya di dalam Kristus. Kami berharap kisah ini mampu
menjadi berkat bagi pertumbuhan iman Anda. Selamat membaca, Tuhan
Yesus memberkati.

Redaksi Tamu KISAH,
Doni Kukuh Mandiri
< http://kesaksian.sabda.org/ >

                    BAPA YANG SEJATI MEMELIHARAKU

Rina (nama samaran) adalah seorang gadis yang periang. Perjalanan
hidup yang penuh tantangan dan kesulitan telah membentuknya menjadi
gadis yang mandiri. Rina berasal dari keluarga yang mengalami
pernikahan beda agama, baik dari keluarga kakeknya (dari ibu) maupun
orang tuanya. Kakeknya adalah seorang Kristen, namun neneknya berasal
dari "agama lain". Mereka memiliki 3 orang anak, yang tertua adalah
ibu Rina. Ibu Rina adalah wanita Kristen dan ayahnya adalah pemeluk
"agama lain" yang keras dan taat. Rina memiliki seorang kakak
laki-laki, Rudy (nama samaran), seorang Kristen yang setia. Usia Rudy
2 tahun lebih tua dari Rina.

Sejak kecil, Rina dan kakaknya dididik sang ibu untuk rajin ke gereja
dan disekolahkan di sekolah Kristen. Karena alasan ekonomi, ketika
berusia 6 tahun, Rina dan keluarganya pindah dan serumah dengan
keluarga besar ayahnya dari latar belakang "agama lain". Meskipun
begitu, ibunya tetap mendorong dia dan Rudy rajin ke gereja. Pada hari
Minggu, ibunya membangunkan mereka pagi-pagi supaya segera ke gereja
sebelum ayah atau keluarga lain bangun dan melarang mereka pergi.
Sejak tinggal di rumah keluarga ayahnya, banyak penderitaan yang
dialami oleh Rina dan Rudy. Bagi anak lain seusianya, masa kecil
adalah masa yang sangat menyenangkan. Tapi tidak demikian dengan Rina
dan Rudy. Gereja tempat mereka beribadah jaraknya cukup jauh.
Kadang-kadang, jika ibunya tidak memiliki uang untuk naik kendaraan
umum, mereka harus berjalan kaki selama 1 jam ke gereja, begitu juga
pulangnya. Selain itu, tidak jarang mereka dipaksa mengikuti tata cara
ibadah "agama lain". Jika mereka menolak melakukannya, maka Rina dan
Rudy akan mengalami penghinaan, perlakuan kasar, dan kadang tidak
diberi makan. Itu semua dilakukan keluarga ayahnya, supaya Rina dan
Rudy menyerah dan tidak lagi menjadi orang Kristen. Bukannya menyerah,
melalui penderitaan ini, mereka malah makin kuat untuk mengasihi Tuhan
dan memikul salib Kristus sejak usia dini.

Beberapa waktu kemudian, keluarga Rina pindah ke rumah kakeknya
(orangtua ibunya) yang rumahnya dekat dengan gereja. Awalnya, Rina dan
Rudy gembira karena tinggal dekat gereja, dan kakeknya adalah seorang
Kristen. Namun kegembiraan itu tidak berlangsung lama. Tidak jauh dari
rumah mereka, ada sekolah milik "agama lain". Ibu mereka mendapat
pekerjaan menjahit seragam sekolah tersebut, dengan syarat harus
menjadi pemeluk agama tersebut. Suatu hari, ibu mereka berkata kalau
sekarang ia sudah menjadi pemeluk agama tersebut. Ketika mereka
menanyakan alasannya, ibunya berkata ingin hidup bahagia bersama
ayahnya. Dengan memiliki keyakinan yang sama, ibunya berharap
keluarganya menjadi lebih tenang. Tidak lama setelah ibunya berpindah
keyakinan, suatu siang ibunya memanggil Rina (12 tahun) dan Rudy.
Ibunya berkata, supaya kondisi keluarga makin tenang, sebaiknya mereka
semua menjadi "agama lain" dan tidak boleh pergi ke gereja. Tentu saja
hal ini ditolak oleh Rina dan Rudy. Sang ibu memaksa mereka dengan
berkata, jika mereka menolak perintahnya, maka Rina dan Rudy harus
membuat pernyataan di atas surat bermeterai bahwa mereka berdua bukan
lagi anaknya. Itu berarti segala keperluan hidup termasuk biaya
sekolah, bukan lagi tanggung jawab ibunya sebagai orang tua. Walaupun
sangat sedih, Rina memutuskan untuk tetap mengikut Yesus. Dia tahu
mengikut Yesus berarti harus menyangkal diri dan memikul salib. Dengan
air mata yang berlinang, Rina menandatangani surat pernyataan itu.
Pada hari itu juga, ibunya mengusir Rina. Dengan menangis, Rina keluar
rumah tanpa membawa apa-apa. Walaupun tidak ada penyesalan sedikit pun
atas keputusannya, sesungguhnya dia bingung, bagaimana dia akan makan
dan di mana dia akan tinggal. Dia sadar masih terlalu kecil untuk bisa
mencukupi kebutuhannya sendiri. Berjam-jam Rina dengan hati galau
berjalan tidak menentu arah tujuan. Akhirnya, dia memutuskan ke rumah
adik ibunya. Di matanya, bibinya seorang wanita yang baik dan
mengasihi Tuhan.

Walaupun terkejut dengan sikap kakaknya, bibinya menerima Rina dengan
tangan terbuka dan tinggal bersamanya. Setiap hari, Rina diajak berdoa
bersama dan diajari membuat kerajinan tangan -- membuat tas dan
manik-manik. Setelah mampu menghasilkan karya sendiri, Rina membuat
dan menjual manik-manik itu untuk mencukupi kebutuhannya. Bibinya juga
mengajarkan supaya Rina tidak membenci dan mengampuni ibunya.

Setelah beberapa bulan, kakeknya mengetahui keadaan Rina. Kakeknya
memarahi ibu Rina dan menyuruh Rina kembali ke rumah kakeknya, jika
tidak, maka ibunya yang harus keluar dari rumah kakeknya. Akhirnya,
ibu Rina memanggil Rina pulang. Kembali ke rumah, bukan berarti
penderitaannya selesai. Di rumahnya, Rina hampir setiap hari dimarahi
ibunya menyangkut iman Kristennya. Jika ada acara "agama lain" di
rumahnya, Rina harus membantu orang tuanya, tidak peduli dia sedang
ada urusan pelayanan di gereja atau lainnya. Ketika SMU (kelas I),
Rina memutuskan untuk dibaptis. Dia menerima hadiah sebuah Alkitab
yang menjadi teman setianya kala sedih dan bingung. Suatu kali dia
mencari-cari Alkitabnya, namun tidak ditemukannya. Dia tahu, ibunya
telah menemukan tempatnya menyimpan Alkitab dan membuangnya.

Selama bertahun-tahun sehubungan dengan imannya, Rina mengalami
tekanan dari orang tuanya. Dia pernah ditampar ayahnya dan harus
keluar rumah lagi. Selama 1 tahun, dia kembali tinggal di rumah
bibinya. Keinginannya hanya satu, bagaimana dia bisa mengasihi dan
menghormati Tuhan, sekaligus menghormati dan mengasihi orang tuanya.

Sekarang Rina telah menjadi wanita yang matang secara iman dan mandiri
secara finansial. Walaupun tanpa dukungan penuh orang tuanya, namun
Bapa di surga memimpin dan memelihara hidupnya, sehingga sekarang
memiliki pekerjaan yang baik. Dia mampu membantu keuangan keluarganya.
Sekarang, orang tuanya tidak lagi terlalu menekan imannya dan dia bisa
lebih leluasa mengasihi dan melayani Tuhan Yesus Kristus.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama buletin: Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Mei - Juni 2012
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya 2012
Halaman: 3

Pokok Doa

1. Bersyukur kepada Tuhan atas keteguhan iman yang dimiliki oleh Rina.
Dia mampu bertahan berkat pertolongan Tuhan, sehingga ia dapat
menyaksikan cinta kasih Tuhan itu kepada semua orang.

2. Berdoa agar Tuhan menolong setiap anak-anak-Nya yang sedang
mengalami tekanan ataupun siksaan oleh karena iman mereka kepada Tuhan
Yesus. Biarlah mereka selalu diberi kekuatan oleh Tuhan dan tetap
mampu mempertahankan imannya.

3. Biarlah Tuhan menolong agar kesabaran dan keteguhan iman setiap
orang percaya yang mengalami tekanan seperti Rina, menjadi kesaksian
tentang kasih Tuhan. Biarlah setiap kesaksian justru membuka hati
orang yang belum menerima Kristus, untuk menerima-Nya sebagai Tuhan
dan Juru Selamat.

"Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala,
sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti
merpati." (Matius 10:16) < http://alkitab.sabda.org/?Mat+10:16 >

Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Redaksi: Yonathan Sigit
Tim Editor: Davida Welni Dana, Novita Yuniarti, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/kisah >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org