Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/304

KISAH edisi 304 (28-11-2012)

Saat Tak Seorang Pun Datang

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                      Edisi 304, 28 November 2012

Shalom,

Apakah yang ada dalam benak Anda apabila Anda mendengar seorang
penjahat yang bertobat? Mungkin akan muncul banyak spekulasi tentang
hal ini. Ada yang menganggap bahwa itu adalah hal biasa, ada pula yang
menganggap bahwa itu adalah sebuah lelucon, atau mukjizat. Tapi itulah
kehidupan, ada kalanya seorang yang awalnya baik kemudian menjadi
jahat, namun sebaliknya ada pula seorang yang awalnya jahat dan
berubah menjadi baik. Namun yang pasti, setiap orang selalu berharap
bahwa tidak ada lagi kejahatan. Dalam KISAH edisi kali ini, kita akan
menyimak kisah menarik tentang pertobatan Rick Sweenie dari dunia
kejahatan. Tidak hanya itu, pengenalannya akan Yesus yang telah
membawanya dalam pertobatan, juga membawanya untuk menyerahkan diri
dalam pelayanan pekerjaan Tuhan. Kiranya kisah ini dapat menjadi
berkat bagi kehidupan Anda. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati.

Redaksi Tamu KISAH,
Doni Kukuh Mandiri
< http://kesaksian.sabda.org/ >

                      SAAT TAK SEORANG PUN DATANG

"Suatu kali di tengah malam, istri saya memberikan sepucuk senapan ke
tangan saya karena ada seseorang yang berusaha masuk ke rumah kami
melalui jendela. Saat itu, saya benar-benar akan menembak orang itu."

Rick Sweenie, terjebak di dalam dunia hitam peredaran narkoba,
kekerasan, dan kriminal. Kebiasaannya mengonsumsi narkoba mengalahkan
segala bentuk pikiran lain yang ada di dalam benaknya. "Ketika Anda
menjadi pecandu, yang ada di pikiran Anda hanyalah tentang narkoba,"
ujarnya. "Anda tidak akan memikirkan keluarga Anda, Anda tidak akan
memercayai seorang pun, dan tentu saja Anda tidak akan memikirkan
tentang Allah. Dalam hidup yang semacam itu, yang ada hanyalah
kegelapan yang pekat. Anda mengira bahwa Anda masih hidup, tetapi
sebenarnya Anda sudah mati."

Kehidupan Sweenie benar-benar terperangkap dalam lingkaran setan.
Semakin ia mengonsumsi narkoba itu, ia semakin membutuhkannya.
Kebiasaan itu bagaikan seekor ular besar yang melilit seluruh hidup
Rick dan sedikit demi sedikit mengencangkan lilitannya, membunuh Rick
perlahan-lahan.

"Setelah beberapa waktu, saya bahkan tidak dapat merasakan sensasi
dari narkoba tersebut. Obat-obatan itu benar-benar telah mengambil
alih hidup saya. Saya mengonsumsi narkoba setiap hari, sepanjang hari
-- sebanyak yang dapat diterima tubuh saya. Saya bahkan harus
mengonsumsinya untuk dapat bangun dari tempat tidur. Saya tidak dapat
bekerja. Saya tidak dapat melakukan apa pun." Obat-obatan terlarang
itu pun mendorongnya sampai ke batas kewarasannya. "Suatu kali, saya
bahkan pernah terjaga selama 24 jam setiap hari selama seminggu, tanpa
makan ataupun minum."

Keinginannya akan narkoba memaksanya menjadi pengedar. Ia tidak dapat
melihat cara lain untuk dapat memenuhi kebiasaannya yang memakan biaya
0 setiap hari itu. "Dulu saya dikenal sebagai pengedar narkoba yang
terkemuka di kawasan tempat saya tinggal. Saya pikir, saya telah
berhasil meniti anak tangga kesuksesan, sebab saya sudah pernah
mengadakan pertemuan dengan semua gembong narkoba yang pernah ada.
Awalnya, saya sedikit takut karena semua orang dalam pertemuan itu
membawa senjata api, tetapi tak membutuhkan waktu yang lama untuk saya
akhirnya menjadi sama seperti mereka."

Narkoba dan senjata api adalah dua hal yang berjalan beriringan.
Filosofi Rick adalah bahwa ia tidak ingin terlibat dalam baku tembak,
sementara ia hanya memegang sebilah pisau. "Saya memiliki banyak
senjata api," ujarnya. "Ada saat-saat ketika saya berhutang untuk
mengonsumsi narkoba, dan hal itu membuat pengedarnya datang ke rumah
saya untuk menagih uang itu. Suatu kali di tengah malam, istri saya
memberikan sepucuk senjata api ke dalam genggaman saya karena ada
seseorang yang berusaha masuk ke rumah kami melalui jendela. Saat itu,
saya benar-benar akan menembak orang itu."

Dalam ketaksadarannya karena narkoba, Rick sering mengamuk dan
menembakkan senjata apinya secara serampangan di sekitar rumahnya, ia
bahkan pernah menembak istri dan anjing mereka. Tak lama setelah itu,
ia akan menceritakan kejadian tersebut kepada rekan-rekannya dan
mereka tertawa bersama-sama.

Jalan hidupnya yang dipenuhi narkoba dan senjata api telah
menjebloskan Rick ke dalam penjara berkali-kali, ia bahkan tidak dapat
mengingat berapa kali ia mendekam di penjara. Pada akhirnya, Rick
menghadapi lima tuduhan tindak pidana berat. Sekarang ia menyadari, ia
berada dalam masalah besar.

Suatu malam, saat ia sendirian di selnya yang dingin dan gelap, ia
mengamati jalan hidupnya. Sambil terduduk di atas matrasnya yang
tipis, Rick mulai memandang ke belakang dan mengingat-ingat masa
kecilnya. Ia ingat bahwa semasa kanak-kanak, ia pernah pergi ke gereja
dan sekolah minggu. Ia ingat ada seorang pria tua yang pernah datang
ke rumahnya pada suatu sore, dan menceritakan kepadanya tentang Allah.

Ia menyadari bahwa dalam sepanjang hidupnya, ada orang-orang yang
datang kepadanya untuk menceritakan tentang kasih Yesus. Untuk sekian
lama ia telah menolak untuk memikirkan tentang Tuhan, ia takut
orang-orang akan menyebutnya seorang "Jesus Freak" jika ia
memalingkan wajahnya kepada agama untuk menolongnya.

Tetapi di malam yang sunyi itu, Rick menemukan sesuatu yang lebih dari
sekadar agama yang datang untuk menolongnya -- ia menemukan sebuah
hubungan. "Saya berdoa sendirian di dalam sel penjara itu. Saya
bertobat dan menyesal atas segala sesuatu yang telah saya lakukan.
Saya benar-benar percaya bahwa Yesus telah mati bagi saya, dan saya
meletakkan iman dan kepercayaan saya ke dalam pengampunan yang Yesus
berikan. Malam itu saya menangis."

Sementara air matanya berderai malam itu, Rick tahu bahwa ia adalah
seorang yang benar-benar baru. Ia sadar bahwa mulai dari titik itu, ia
akan menjadi seorang suami yang lebih baik dan seorang ayah yang akan
lebih mengasihi kedua anaknya. Keinginannya akan narkoba tergantikan
oleh rasa rindunya kepada Allah.

Rick benar-benar menantikan untuk dapat berbicara kepada seseorang
tentang imannya yang baru itu, jadi ia bertanya kepada salah seorang
sipir penjara, apakah ada seseorang dari gereja setempat yang akan
datang untuk berbicara kepada para narapidana. Sipir itu meyakinkan
dia bahwa akan ada seseorang yang akan datang, namun tak ada seorang
pun yang datang. "Selama 71 hari itu saya duduk dalam sel saya, tetapi
tak seorang pun dari gereja yang pernah datang untuk berbicara kepada
saya. Tak seorang pun yang memberi saya Alkitab. Tak seorang pun yang
datang kepada saya untuk mengajak saya berdoa bersama, atau memberi
saya konseling atau bimbingan. Tak seorang pun yang datang."

Akhirnya, Rick dipindahkan ke penjara yang lain. "Saya tidak pernah
memiliki orang yang bisa diajak bicara sampai saya dipindah ke penjara
di Negara Bagian Iowa, di sana mereka memiliki pendeta penjara.
Akhirnya, saya dapat berbicara kepada seseorang. Pendeta penjara ini
adalah seorang pria yang takut akan Tuhan. Ia memiliki sukarelawan
yang datang ke penjara untuk melayani para narapidana. Mereka akan
meneguhkan kami. Mereka mau berdoa bagi keluarga kami dan memberi
dukungan yang besar kepada kami."

Masa-masa yang digunakannya untuk membaca Alkitab, berdoa dengan
narapidana yang lain, dan memohon kepada Allah untuk memulihkan hidup
dan keluarganya telah membentuk ulang kehidupan Rick, dengan cara yang
menakjubkan. Perubahan itu adalah jalan yang amat panjang, ia bahkan
membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mematahkan kebiasaan-
kebiasaannya yang jahat. Namun demikian, ketika orang bertemu dengan
Rick hari ini, mereka tidak akan percaya bahwa Rick pernah menjalani
kehidupan yang keras, kehidupan yang dibentuk oleh kejahatan.

Bertahun-tahun yang lalu Rick dibebaskan dari penjara, namun kini ia
kembali ke sana -- sebagai pendeta penjara. Kini, Rick adalah direktur
regional bagi lembaga pelayanan "Good News Jail and Prison
Ministries". Ia berkata bahwa ia akan terus mengingat hari-hari yang
kelam itu, hari-hari ketika tak seorang pun datang untuk menemuinya.
Kenangan akan hari-hari itulah yang mendorongnya untuk menjangkau
orang lain yang tidak memiliki harapan. "Hal inilah yang dikerjakan
lembaga pelayanan kami: memberi harapan kepada orang-orang yang tidak
memiliki harapan. Sebelum saya dipenjara, saya tidak memiliki harapan.
Tetapi tiba-tiba, saya dipenuhi oleh pengharapan melalui Yesus
Kristus."

Selang beberapa tahun, Tuhan benar-benar memulihkan keluarga Rick. Tak
seperti di masa lalu yang dipenuhi oleh kekerasan, sekarang hidupnya
dipenuhi oleh damai sejahtera. Rick dan istrinya yang tercinta,
Margie, kini telah menikah selama 32 tahun. Kedua anak mereka sering
mengunjungi mereka, dengan membawa cucu-cucunya. Ketika mereka
bersama, tak ada lagi bunyi tembakan dan mabuk-mabukan, hanya ada
suara-suara anak-anak yang tertawa sambil bermain.

Setelah bertahun-tahun hidup dalam pelayanan sebagai pendeta penjara,
banyak orang yang menyokongnya untuk mendapat pengampunan dari
Gubernur Negara Bagian Iowa. Adalah suatu kesempatan yang langka,
pengampunan itu diberikan kepadanya. "Gubernur Branstad mengatakan
kalimat ini kepada saya: `Kau tahu, pengampunan adalah sesuatu yang
tampaknya tidak akan pernah terjadi.` Dan saya tahu, pengampunan dari
Allah juga memiliki sifat yang seperti itu juga!"

"Ketika saya berdoa dalam sel penjara itu dan menyadari bahwa Yesus
dihukum karena karena dosa-dosa yang telah saya lakukan ketika Ia mati
di salib, saya benar-benar dibersihkan dari dosa itu. Itulah hari
ketika saya menerima pengampunan dari Tuhan. Walaupun pengampunan yang
diberikan oleh Gubernur Branstad adalah sesuatu yang luar biasa, akan
tetapi pengampunan yang paling saya syukuri adalah pengampunan yang
saya terima dari Allah." (t/Yudo)

Diterjemahkan dari:
Judul buku: In the Hollow of His Hand
Judul asli artikel: When No One came
Penulis: Gorman Woodfin
Penerbit: Multnomah Publisher, Oregon 2001
Halaman: 129 -- 133

Pokok Doa

1. Bersyukur kepada Tuhan atas kesaksian pertobatan yang indah ini,
yang telah dialami Rick Sweenie. Biarlah kesaksian ini menjadi berkat
bagi setiap yang mendengar, membacanya, dan melihat bahwa Allah
sungguh mengasihi kita.

2. Berdoalah kepada Tuhan untuk orang-orang yang terlibat dalam dunia
kriminal, baik narkoba, senjata api, perjudian, dan lain-lain. Biarlah
Tuhan menolong mereka untuk menyadari kejahatan mereka dan
menghentikan bisnis haram mereka, dengan bisnis yang lebih baik.

3. Biarlah Tuhan membuka hati dan pikiran orang Kristen yang
terjerumus dalam candu dan peredaran narkotika. Kiranya Tuhan
menerangi hati mereka, agar mampu meninggalkan kejahatan yang menjerat
hidup mereka tersebut.

"Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena
satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena
sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."
(Lukas 15:7). < http://alkitab.sabda.org/?Luk+15:7 >

Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Redaksi: Yonathan Sigit
Tim Editor: Davida Welni Dana, Novita Yuniarti, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/kisah >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org