Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/307

KISAH edisi 307 (19-12-2012)

Malam Ketika Lonceng Tersebut Berdentang

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                      Edisi 307, 19 Desember 2012

Shalom,

Natal tidak harus selalu dirayakan dengan pesta yang meriah, ataupun 
harus disertai dengan hadiah yang mewah. Natal memiliki makna yang 
lebih dalam dibandingkan dengan segala kesenangan yang ada di dunia 
ini. Natal adalah bukti kasih Allah kepada umat-Nya, yang ditunjukkan 
dengan kehadiran Putra-Nya ke dalam dunia ini. KISAH edisi kali ini 
menceritakan tentang bagaimana kasih yang telah Tuhan ajarkan dan 
berikan kepada manusia, dapat diaplikasikan oleh Pedro dan saudaranya. 
Pedro lebih mementingkan nyawa orang lain dibandingkan dengan 
keinginannya untuk mengikuti misa Natal, yang ia lakukan bersama 
orang-orang di desanya setahun sekali. Semoga kisah ini dapat 
memberkati Anda.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Yonathan Sigit
< sigit(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/ >


          MALAM KETIKA LONCENG TERSEBUT BERDENTANG

Dahulu kala, sebuah gereja yang megah berdiri di sebuah bukit yang 
tinggi di sebuah kota yang besar. Jika lampu gereja dinyalakan untuk 
festival khusus, ia akan terlihat sampai beberapa mil jauhnya. Akan 
tetapi, ada satu hal yang lebih heboh lagi tentang gereja ini selain 
keindahannya, yaitu legenda yang aneh dan hebat tentang lonceng-
loncengnya.

Di salah satu sudut gereja berdirilah sebuah menara berwarna abu-abu 
yang tinggi. Dan, tepat di bagian atas menara tersebut, kata orang-
orang, tergantung sebuah lonceng terindah yang pernah ada di muka 
bumi. Tetapi, tidak pernah ada orang yang mendengar lonceng tersebut 
berdentang selama bertahun-tahun. Bahkan, saat Natal sekalipun. Sudah 
menjadi kebiasaan bahwa pada malam Natal, semua orang datang ke gereja 
untuk memberikan persembahan kepada Bayi Kristus. Dan, ada saatnya 
ketika sebuah persembahan yang sangat unik dibawa ke altar sehingga 
lonceng pun berdentang. Sebagian orang mengatakan bahwa anginlah yang 
membuatnya berdentang, ada juga yang mengatakan bahwa para malaikatlah 
yang menggoyangkan lonceng tersebut. Tetapi, akhir-akhir ini tidak ada 
persembahan yang cukup hebat yang membuat lonceng itu berdentang.

Beberapa mil di luar kota, di sebuah desa kecil, tinggallah seorang 
anak laki-laki bernama Pedro bersama adik laki-lakinya. Mereka pun 
memutuskan untuk mengikuti perayaan yang indah tersebut.

Satu hari sebelum Natal sangat dingin, salju menutupi tanah. Pedro dan 
adiknya mulai berjalan pada siang hari. Meskipun cuacanya dingin, 
mereka berhasil tiba di kota saat malam tiba. Mereka sudah hampir 
masuk gerbang kota yang besar ketika Pedro melihat sesuatu yang gelap 
di tengah salju dekat jalan yang mereka lalui.

Ternyata, sesuatu itu adalah seorang perempuan miskin yang terjatuh 
tepat di luar kota, terlalu sakit dan lelah untuk masuk dan mencari 
tempat untuk berlindung. Pedro mencoba menyadarkan wanita tersebut, 
tetapi tidak berhasil. "Tidak ada gunanya, Dik. Kamu harus pergi 
sendiri."

"Tanpa kakak?" tangis sang adik. Pedro mengangguk perlahan. "Wanita 
ini akan mati kedinginan jika tidak ada yang merawatnya. Mungkin 
setiap orang saat ini telah pergi ke gereja, tetapi saat kamu kembali, 
pastikan kamu memanggil seseorang untuk membantunya. Aku akan tinggal 
di sini dan menemaninya agar ia tidak membeku, dan mungkin memberikan 
roti yang kita bawa kepadanya."

"Tetapi, aku tidak bisa meninggalkan kakak!" tangis sang adik. "Salah 
satu dari kita masih bisa menikmati perayaan," ucap Pedro. "Kamu harus 
melihat dan mendengar segala sesuatunya dua kali, Dik. Satu kali untuk 
kamu dan satu kali untuk aku. Aku yakin Kristus tahu betapa inginnya 
aku memuji dan menyembah Dia. Dan, jika kamu memiliki kesempatan, 
adikku, bawalah potongan perak ini, dan letakkanlah sebagai 
persembahan, tetapi jangan sampai ketahuan orang lain."

Demikianlah Pedro meminta adiknya untuk bergegas ke kota sambil 
berusaha menahan air matanya.

Gereja yang megah tersebut terlihat sangat indah malam itu; tidak 
pernah seindah itu sebelumnya. Ketika organ dimainkan dan ribuan orang 
menyanyi, dinding-dindingnya bergetar bersama suara yang berkumandang.

Di akhir ibadah, tibalah saatnya acara penyerahan persembahan untuk 
diletakkan di altar. Ada yang menyerahkan perhiasan-perhiasan yang 
indah, ada juga yang menyerahkan sekeranjang emas yang berat. Seorang 
penulis terkenal meletakkan sebuah buku yang ia tulis selama beberapa 
tahun. Dan terakhir, datanglah sang raja, semua berharap bahwa 
lonceng-lonceng Natal akan berdentang.

Semua orang berharap cemas ketika sang raja mengambil mahkota 
kerajaan, yang dipenuhi batu mulia nan indah dari atas kepalanya, 
untuk diletakkan di altar. "Sudah pasti," kata semua orang, "Sebentar 
lagi lonceng akan berdentang!"

Tetapi, yang terdengar hanyalah desiran angin di menara. Acara 
persembahan telah usai dan paduan suara pun mulai menaikkannya. Para 
penyanyi terdiam. Tidak ada yang bersuara. Semua orang menyendengkan 
telinganya untuk mendengar sebuah suara, lembut tapi jelas suara 
lonceng di atas menara. Terdengar sangat jauh namun nyaring, suara 
yang dihasilkan terdengar jauh lebih indah dari apa pun yang pernah 
terdengar.

Kemudian, semua orang berdiri dan melihat ke arah altar, untuk melihat 
persembahan hebat apa yang membangunkan lonceng yang telah lama 
tertidur. Tetapi, yang mereka lihat hanyalah sosok seorang anak kecil, 
sang adik, yang mengendap-endap saat tidak ada satu orang pun yang 
melihatnya meletakkan bongkahan perak kecil milik Pedro ke atas altar.

Diambil dari:
Judul asli buku: Guideposts For The Spirit: Christmas Stories of Faith
Judul buku terjemahan: Guideposts Bagi Jiwa: Kisah-kisah Iman Natal
Penulis: Raymond Macdonald Alden
Penerjemah: Mary N.Rondonuwu
Penerbit: Gospel Press, Batam 2006
Halaman: 54 -- 58


POKOK DOA

1. Mari kita memohon kepada Tuhan Yesus, agar hati kita pun senantiasa 
   diliputi oleh kasih Kristus yang mengasihi dan rela berkorban bagi 
   orang lain.

2. Kiranya Tuhan Yesus menolong setiap orang yang berkelimpahan harta, 
   agar selalu ingat dan sadar bahwa mata Tuhan tidak tertuju kepada 
   harta mereka, namun hati yang penuh kasih kepada Tuhan maupun 
   sesama.

3. Mohon kepada Tuhan Yesus untuk senantiasa memelihara orang-orang 
   yang memiliki kasih Kristus dalam hidupnya, agar dapat terus
   menyaksikan iman mereka kepada orang lain yang belum percaya.


"Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku 
     yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang." 
                             (Mazmur 141:2) 
                < http://alkitab.sabda.org/?Mzm+141:2 >


Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Redaksi: Yonathan Sigit
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik 
Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/kisah >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
        

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org