Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/314

KISAH edisi 314 (13-2-2013)

Panggilan yang Tidak Berubah

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                      Edisi 314, 13 Februari 2013

KISAH -- Panggilan yang Tidak Berubah
Edisi 314, 13 Februari 2013

Shalom,

Tuhan selalu memiliki cara yang unik saat Ia ingin mengerjakan sesuatu 
dalam kehidupan seseorang. Pada edisi yang lalu, kita telah belajar 
satu hal bahwa Tuhan memiliki cara berbeda dalam menolong anak-Nya. 
Kali ini, kami kembali menyajikan kisah seorang pelayan Tuhan yang 
sempat mengalami keraguan akan panggilannya. Namun, oleh karena 
pertolongan Tuhan, ia kembali diteguhkan. Lalu, bagaimanakah ia dapat 
menjadi yakin akan panggilannya? Simak kisahnya dalam kesaksian 
berikut ini. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati.

Staf Redaksi KISAH,
Doni K.
< http://kesaksian.sabda.org/ >


                   PANGGILAN YANG TIDAK BERUBAH

Sekalipun saya lahir dari keluarga Kristen, masa remaja saya sangat 
jauh dari nilai-nilai kekristenan. Saya tekun ke sekolah minggu, namun 
ketika memasuki remaja (SMP) saya tidak ke gereja lagi, bahkan saya 
banyak terlibat dalam pergaulan bebas. Merokok, minuman keras, dan 
pornografi, merupakan hal-hal yang cukup akrab dalam pergaulan saya.

Syukur kepada Tuhan, ketika SMA, saya memiliki teman-teman yang 
mencintai Tuhan. Tuhan memakai persahabatan kami untuk membuka hati 
saya menerima kasih karunia-Nya. Desember 1984, dalam acara Natal 
sekolah, saya menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat saya. 
Kemudian, Tuhan membentuk hidup saya melalui pelayanan mahasiswa di 
kampus. Saya bertumbuh lewat pelayanan di Perkantas, di mana saya 
terlibat dalam pelayanan mahasiswa di Universitas Surabaya. Dalam 
acara camp KTB tahun 1990, saya mulai merasakan panggilan Tuhan 
menjadi rohaniwan. Setelah melalui berbagai pergumulan, saya 
memutuskan untuk studi teologi di SAAT pada tahun 1994. Setelah 2 
tahun studi, saya mulai ragu-ragu untuk menjadi rohaniwan. 
Ketidakyakinan terhadap panggilan untuk menjadi seorang rohaniwan dan 
masalah yang terjadi di tengah keluarga, membuat saya mengambil 
keputusan untuk berhenti studi. Sejak saya meninggalkan studi, saya 
kembali ke dunia pekerjaan dan saya melayani di GKKA Tenggilis Mejoyo, 
Surabaya. Saya mengucap syukur kepada Tuhan yang menolong dan memimpin 
saya dengan memberikan berkat-Nya melalui pekerjaan saya. Saya juga 
berterima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus karena sudah memberikan 
kesempatan kepada saya, untuk turut terlibat dalam pelayanan di sebuah 
gereja di Surabaya.

Namun, di tengah-tengah pelayanan tersebut, saya merasakan ada 
pergumulan dalam hati kecil saya, "Apakah memang ini tempat yang 
diinginkan Tuhan untuk saya?" Saya memiliki pekerjaan dan pelayanan 
yang baik. Saya berjuang untuk meyakinkan diri saya bahwa inilah 
tempat yang terbaik untuk saya. Segala sesuatu berjalan dengan baik 
dan lancar. Bahkan, saya banyak mendapat peneguhan dari orang lain 
bahwa inilah tempat yang terbaik untuk saya karena saya bisa melayani 
dengan maksimal di sana. Salah satu bidang pelayanan saya adalah 
menjadi pemimpin kelompok kecil. Melalui pelayanan inilah, saya 
diingatkan lagi akan panggilan saya sebagai rohaniwan. Dalam 
pergumulan saya waktu itu, lewat saat teduh, saya menemukan bahwa yang 
Tuhan inginkan bukanlah bagaimana saya dapat melayani-Nya dengan 
maksimal. Tetapi, Tuhan meminta saya untuk belajar menaati-Nya. Saya 
tahu bahwa bukanlah hal yang salah bila saya menilai pelayanan apakah 
yang memberikan dampak maksimal, namun saya tahu Tuhan bukan memimpin 
saya untuk hal itu. Sangat jelas Tuhan menginginkan saya untuk menaati 
panggilan-Nya.

Seiring dengan berjalannya waktu, panggilan itu menjadi lebih jelas. 
Istri yang awalnya ragu-ragu, akhirnya memiliki kemantapan hati untuk 
mendukung saya memenuhi panggilan itu. Pada awal tahun 2006, saya dan 
istri memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan dan kembali memenuhi 
panggilan Tuhan dengan mendaftar di SAAT. Saat kesaksian ini ditulis, 
saya sedang menulis skripsi dan mempersiapkan diri untuk melayani-Nya 
sebagai hamba Tuhan. Saya bersyukur kepada Tuhan yang menguatkan dan 
mendampingi saya dalam menjalani panggilan ini.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul Buletin: STAUROS (Seminari Alkitab Asia Tenggara), Mei 2009
Penulis      : Ev. Jemmy Waroka
Penerbit     : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang 2009
Halaman      : 6


                            POKOK DOA

1. Mari kita berdoa kepada Tuhan Yesus, agar lebih banyak lagi orang 
   yang terpanggil untuk terjun ke dalam ladang pelayanan, dan 
   memberikan sepenuh waktunya untuk pekerjaan Tuhan di dunia ini.

2. Berdoalah agar Tuhan menguatkan pelayan-pelayan Tuhan yang sudah 
   berkomitmen untuk memberikan hidupnya bagi pekerjaan Tuhan. Kiranya 
   Roh Kudus menuntun mereka dalam menghadapi setiap ujian iman.

3. Berdoalah bagi orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Kiranya Tuhan 
   Yesus menolong mereka agar melalui setiap firman yang mereka dengar 
   dalam berbagai kesempatan, dapat membawa pertobatan bagi hidup 
   mereka.


"Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya, 
adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang bebas yang 
dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya." (1 Korintus 7:22) 
              < http://alkitab.sabda.org/?1kor+7:22 >


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Sigit, Doni K., dan N. Risanti
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org