Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/322

KISAH edisi 322 (10-4-2013)

Orang Keempat dalam Dapur Perapian

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                      Edisi 322, 10 April 2013
KISAH -- Orang Keempat dalam Dapur Perapian
Edisi 322, 10 April 2013

Salam kasih,

Memberitakan Injil sama sekali bukanlah tugas yang menjanjikan 
keamanan dan kenyamanan secara manusiawi. Kisah Para Rasul dan kisah 
Tuhan Yesus sendiri menjadi bukti betapa berbahayanya tugas 
memberitakan Kabar Keselamatan itu. "Pergilah, sesungguhnya Aku 
mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala" merupakan 
ilustrasi yang tepat dari Tuhan Yesus untuk menggambarkan situasi yang 
akan dihadapi oleh para pengikutnya. Namun, janji Yesus, "Aku 
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" menjadi suatu 
pernyataan yang menegaskan bahwa Ia tidak akan pernah meninggalkan 
kita dalam tugas berbahaya ini. Dan, melalui Sajid Masih, tokoh KISAH 
pada edisi kali ini, membuktikan bahwa Yesus memang dekat dan 
senantiasa menyertai. Selamat menyimak!

Staf Redaksi KISAH,
N. Risanti
< http://kesaksian.sabda.org/ >


                 ORANG KEEMPAT DALAM DAPUR PERAPIAN

Sajid Masih, penginjil yang berusia 27 tahun, naik ke sebuah bis yang 
akan membawa ke tempat pelayanan misi. Ia menuju ke wilayah yang 
didominasi oleh orang-orang "agama lain" garis keras.

Ketika bis membawanya menuju bahaya dan masa depan yang tidak menentu, 
Sajid kembali membayangkan sebuah penglihatan yang ia alami sewaktu ia 
masih bersekolah Alkitab. Dalam penglihatan itu, ia melihat salah satu 
kota besar di Pakistan pada masa depan, dengan pintu besar kota yang 
terbuka. Sajid mengatakan ia percaya bahwa penglihatan itu adalah cara 
Tuhan memberikan tanda padanya, bahwa Dia akan memimpinnya ke arah 
yang baru dan membuka pintu-pintu baru untuknya dalam mengabarkan 
Injil di kota-kota besar Pakistan.

Dalam sepuluh tahun mengikuti petunjuk penglihatan itu, Sajid telah 
membawa banyak orang Pakistan kepada Kristus. Sebagian besar orang 
yang ia temui terbuka pada Injil, dan bahkan beberapa dari mereka 
mengalami mukjizat kesembuhan melalui pelayanannya.

Sekarang, ketika ia berjalan ke arah petualangan yang baru, Sajid 
mulai bersahabat dengan beberapa penumpang yang duduk di dekatnya dan 
mulai menceritakan kepada mereka tentang Yesus. Mereka tertarik untuk 
mendengar lebih banyak, tetapi seorang pria berjenggot yang duduk di 
belakang Sajid mulai berdebat dengannya.

"Kamu orang Kristen tidak pernah menganggap nabi kami, jadi mengapa 
kami harus mendengarkan kamu berbicara tentang Alkitab?" teriak pria 
ini.

"Tenang Pak, kata Sajid, di Alkitab kami tidak ada satu ayat pun yang 
mengatakan tentang nabi Bapak."

"Nabi kami tercatat di Alkitabmu," kata pria ini bersikeras, "Tetapi 
kalian orang-orang Kristen tidak mau menerimanya, jadi kalian mengubah 
isi kitab kalian sesuka hati." Sajid tidak membalas ucapan pria ini 
lagi. Ia tahu tidak ada gunanya berdebat dengan orang yang sedang 
marah.

Perjalanan panjang dalam bis akhirnya berakhir tidak lama setelah 
matahari terbenam. Setelah Sajid turun dari bis, sekitar dua belas 
orang sudah mengepungnya. Mereka mengeroyok Sajid, menutup kedua 
matanya dengan kain hitam dan melemparnya ke dalam kursi belakang 
sebuah mobil. Dua puluh lima menit kemudian, mereka tiba di sebuah 
rumah tertutup. Mereka membawanya masuk ke sebuah kamar untuk 
ditanyai.

"Kamu siapa?" tanya mereka dengan kasarnya. "Apakah kamu seorang 
penginjil? Apakah kamu membuat orang-orang "agama lain" murtad? Dari 
organisasi mana kamu diutus?"

Sajid terdiam dalam ketakutan, tetapi orang yang menganiayanya 
mengancam akan membunuhnya jika ia tidak menjawab pertanyaan mereka. 
"Aku katakan sejujurnya," kata Sajid, "Aku adalah utusan Tuhan." "Jika 
kamu masih sayang dengan nyawamu, kamu harus menyangkal imanmu dan 
menjadi agama lain," kata orang-orang ini. "Jika kamu tidak menurut 
pada kami, kami akan menyiksamu dan dalam 30 menit keinginan besarmu 
dalam penginjilan akan hilang."

"Aku sudah siap menerima apa pun yang kamu ingin lakukan padaku," 
jawab Sajid. "Aku siap mati untuk Yesus dan hasratku untuk melayani 
Dia tidak akan luntur, apa pun yang terjadi padaku."

Para penculik Sajid membawanya keluar, mengikat tangan Sajid ke 
belakang, dan memaksanya berdiri di atas balok es dengan tubuh yang 
bersandar pada sebuah pohon. Mereka mengikat tubuhnya ke pohon supaya 
dia tidak bisa melarikan diri. Setelah empat jam berdiri di atas balok 
es, kaki Sajid mulai mengalami kebekuan yang menusuk. Ia tidak dapat 
bertahan lagi dan berseru kepada Tuhan Yesus meminta pertolongan. 
"Tiba-tiba, aku mendapatkan penglihatan seorang malaikat yang 
bercahaya terang muncul di depanku," kata Sajid. Sakit yang menusuk 
makin mereda dan dia dikuatkan. Dalam keadaan seperti itu, Sajid 
memutuskan untuk menyanyikan beberapa lagu pujian, walaupun ada 
kemungkinan orang-orang yang menculiknya makin marah mendengar dia 
bernyanyi. Kemudian, Sajid jatuh pingsan. Ketika terbangun pada pukul 
03.00 pagi, Sajid menyadari bahwa ia dibuang di dalam selokan di 
pinggir jalan. Dompet dan sebuah buku berbahasa Ibrani yang selalu 
dibawanya tercecer di sampingnya.

Seorang pejalan kaki membawa Sajid ke sebuah hotel setempat, tempat ia 
tinggal selama tiga hari di sana. Di hotel itu, ia bisa beristirahat 
lebih lama dan mendapatkan perawatan medis.

Ia mengatakan bahwa walaupun pencobaan yang dialaminya sulit, ia 
merasakan bahwa Yesus sangat dekat dengannya. "Ketika kita menderita 
dan menghadapi masalah, Yesus datang sangat dekat dengan kita," 
katanya. Sama seperti ketika "orang keempat" muncul bersama Sadrakh, 
Mesakh, dan Abednego di dalam dapur perapian, Yesus juga hadir bersama 
Sajid di tengah-tengah penderitaannya.

Ketika Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dibebaskan dari dapur perapian, 
Raja Nebukadnezar berkata, "Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan 
Abednego, Ia telah mengutus malaikat-Nya melepaskan hamba-hamba-Nya, 
yang telah menaruh percaya kepada-Nya, dan melanggar titah raja dan 
menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah 
allah mana pun kecuali Allah mereka." (Daniel 3:28)

Seperti tiga orang dalam Daniel pasal 3, Kazim, Nadia, dan Sajid 
menyerahkan tubuh mereka, dengan rela menghadapi siksaan fisik dan 
perasaan supaya mereka tidak menyembah allah lain kecuali Tuhan 
mereka. Kesaksian dan keberanian mereka menginspirasi kita. Kami 
bersyukur atas kebebasan mereka dari dapur perapian Pakistan. 
Berdoalah supaya Tuhan terus memakai mereka lebih hebat lagi.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama buletin: Kasih Dalam Perbuatan, Edisi November - Desember 2012
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan (KDP), Surabaya 2012
Halaman: 6 -- 7


POKOK DOA

1. Mengucap syukur kepada Tuhan Yesus untuk karya dan pewartaan para 
   penginjil dan misionaris di berbagai belahan dunia dalam 
   memberitakan    Kabar Keselamatan.

2. Mohonlah kepada Tuhan Yesus dalam doa bagi penginjil dan misionaris 
   di berbagai tempat di seluruh dunia yang mengalami penderitaan dan 
   aniaya. Biarlah Tuhan senantiasa menyertai dan memberi kekuatan 
   ketika mereka menjalankan tugasnya.

3. Berdoalah agar setiap kita mengerti dan percaya bahwa tangan Tuhan 
   akan senantiasa memegang dan menguatkan umat-Nya di tengah situasi 
   yang sulit dan menekan.


   "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan 
    mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa 
menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan 
              Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 10:32-33) 
            < http://alkitab.sabda.org/?Matius+10:32-33 >


        STOP PRESS: PUBLIKASI E-DOA: MELENGKAPI PENDOA KRISTEN

Apakah Anda seorang pendoa? Anda membutuhkan sumber-sumber bahan untuk 
melengkapi pelayanan doa Anda? Anda membutuhkan pokok-pokok doa setiap 
hari?

Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > menerbitkan Publikasi e-Doa 
< http://sabda.org/publikasi/e-doa/arsip/ > untuk memperlengkapi 
pelayanan doa Anda. Dapatkan berbagai renungan, artikel, kesaksian, 
dan inspirasi dari tokoh-tokoh pendoa dalam e-Doa. Publikasi e-Doa 
rindu untuk memperkaya pendoa Kristen Indonesia dalam kehidupan 
rohani, memberikan memberikan inspirasi, dan penguatan iman.

Cara berlangganan mudah dan GRATIS! Kirimkan alamat e-mail Anda ke: < 
doa(at)sabda.org > atau < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org > 
Dengan menjadi pelanggan e-DOA, otomatis Anda telah menjadi pelanggan 
untuk pokok-pokok doa dari Open Doors, 40 Hari Doa bagi Bangsa-Bangsa, 
dan Kalender Doa SABDA (KADOS). Bergabunglah sekarang juga!

Untuk mendapatkan bahan-bahan yang lebih lengkap, kunjungi situs Doa 
di: < http://doa.sabda.org >


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Sigit, Doni K., dan N. Risanti
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org