Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/323

KISAH edisi 323 (17-4-2013)

Penolongku yang Sungguh

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                      Edisi 323, 17 April 2013
KISAH -- Penolongku yang Sungguh
Edisi 323, 17 April 2013

Salam kasih,

Banyak mukjizat terjadi dalam kehidupan orang percaya, baik disadari 
ataupun tidak. Dapat bangun dan beraktivitas setiap hari dengan tubuh 
sehat dan segar, merupakan salah satu contoh mukjizat yang kita alami 
setiap hari. Namun sayangnya, hal tersebut sering kita remehkan karena 
menganggapnya "biasa saja" dan bukannya "luar biasa". Mukjizat 
sesungguhnya tidak harus selalu terjadi melalui hal-hal yang besar dan 
mencengangkan karena pertolongan Tuhan terjadi di setiap detik dan 
menit kehidupan kita. Hidup dan kehidupan yang kita alami adalah 
pertolongan Tuhan, dan anugerah keselamatan yang sudah dicurahkan-Nya 
2000 tahun lalu adalah mukjizat terbesar yang pernah terjadi dalam 
kehidupan kita.

Selamat mengagumi mukjizat-Nya setiap hari melalui anugerah 
keselamatan dan penyertaan-Nya dalam hidup kita!

Staf Redaksi KISAH,
N. Risanti
< http://kesaksian.sabda.org/ >


                    PENOLONGKU YANG SUNGGUH

Awalnya, tidak ada sakit yang saya rasakan, hanya kebiasaan 
bersendawa. Dokter pun hanya memberikan resep obat maag biasa dan 
segera sembuh. Namun, sebulan berikutnya muncul lagi, begitu 
seterusnya. Diagnosis dokter mengatakan bahwa lambung saya terlalu 
banyak menghasilkan gas, dikatakan hal itu bukan suatu masalah dan 
tidak membahayakan.

Awal bulan April 2008, saya dan istri merencanakan untuk pergi jalan-
jalan ke luar negeri, mengajak anak dan menantu. Sambil jalan-jalan, 
saya berencana pergi ke Penang, Malaysia untuk "check up" kesehatan 
karena saya dengar beberapa rekan mengatakan bahwa rumah sakit di sana 
memiliki peralatan yang lengkap, serta tenaga medis yang tidak kalah 
dibandingkan dengan Singapura.

Setelah hotel kami "booking" dan segala persiapan diselesaikan, kami 
berangkat menuju Penang, Malaysia dan tiba di sana sore hari. Baru 
keesokan harinya, kami pergi ke rumah sakit yang letaknya 
berseberangan jalan dengan hotel tempat kami menginap.

Kami menjalani "general check up" satu per satu dan tak sampai 
setengah hari, kami telah menerima hasil pemeriksaan. Dari seluruh 
rombongan semua dinyatakan sehat, hanya saya sendiri yang memperoleh 
catatan untuk menemui dokter spesialis jantung.

Saya bertanya-tanya dalam hati, ada apa gerangan dengan saya. Selama 
ini, saya merasa sangat sehat, tidak ada tanda-tanda nyeri atau sesak 
napas seperti yang biasa dialami oleh penderita jantung. Tak berapa 
lama, saya masuk ke ruang praktek. Di situ, dokter sedang mempelajari 
catatan kesehatan saya. "Pak Yanuar, Anda harus segera dikateter untuk 
melihat berapa persen penyumbatan yang terjadi." Lalu, saya diantar ke 
ruangan sterilisasi untuk berganti pakaian. Saya menggigil kedinginan 
bukan karena ruangan yang ber-AC, melainkan karena muncul rasa takut 
yang belum pernah saya alami sebelumnya. Menuju ruangan operasi, 
pikiran saya bertambah kacau. Namun, dalam keadaan seperti ini, saya 
malah melupakan Tuhan dan hanya mengandalkan kekuatan sendiri.

Pergelangan saya dimasukkan selang kecil untuk kemudian didorong 
menuju jantung, lalu keadaan jantung saya dapat terlihat dari layar 
monitor. Ketika diperlihatkan jantung sebelah kiri, dokter terkejut 
karena terdengar suara dari jantung itu. Selanjutnya, diperlihatkan 
sebelah kanan dan kembali terdengar suara yang sama. "Bagaimana Dok, 
kondisi jantung saya?" Sambil melepaskan selang kateter dari 
pergelangan tangan saya, dokter hanya menjawab singkat, "Bypass! Anda 
ketemu saya kembali nanti pukul 18.00."

Begitu mendengar vonis dokter agar menjalani operasi `bypass`, rasa 
takut saya kembali datang. Saya semakin takut saat ranjang saya mulai 
didorong oleh salah seorang asisten dokter yang menangani saya tadi. 
Sambil terus mendorong, dia menanyakan usia saya. ",48 tahun," jawab 
saya. Wajahnya tampak terkejut begitu mendengar jawaban itu. Mungkin 
dia menduga saya sudah berusia lebih di atas itu. "Memangnya kenapa, 
Dok?" tanya saya ingin tahu. "Ah, tidak apa-apa, Pak." Mendengar 
jawaban seperti itu membuat saya bertambah takut.

Waktu menunjukkan pukul 18.00. Kami sekeluarga sudah berkumpul di 
ruangan dokter dan saya juga sudah dibawa ke ruangan tersebut. 
Terlihat wajah-wajah yang ingin tahu apa kira-kira hasil diagnosis 
dokter atas keadaan saya. Benar saja, anak saya yang pertama kalinya 
bertanya, "Bagaimana Pa hasilnya, apa kata dokter?" Melihat wajah 
mereka, saya jadi tidak tega mengatakan yang sebenarnya. Namun, dengan 
sepenuh hati saya katakan, "Papa harus `bypass`." Bagai disambar 
petir, semua terkejut dan tidak percaya. "Tidak mungkin, gejala dan 
tanda-tanda sakit jantung saja Papa tidak ada. Mengapa sekarang malah 
mau di`bypass`?"

Begitu dokter datang dan membuka komputer, tampaklah di layar monitor 
jantung saya beserta pembuluh-pembuluh yang kecil dan rumit. Lalu, 
dokter mengatakan bahwa jantung saya ada yang buntu atau penyumbatan 
di delapan titik. Saya langsung bertanya, "Kalau ada buntu sebanyak 
itu, mengapa selama ini saya tidak merasakan sakit apa-apa dok?" 
Dokternya menjelaskan bahwa saya bisa sampai di tempat ini dengan 
kondisi yang baik tanpa ada gejala seperti orang sakit jantung 
umumnya, adalah karena (sambil jarinya menunjuk ke layar monitor) ada 
saluran baru telah terbentuk, yang menurut ilmu kedokteran saluran 
tersebut sebenarnya tidak pernah ada. Ini jelas pertolongan dari 
Tuhan, dan seluruh peredaran darah saya mengalir melalui saluran baru 
tersebut. "Makanya, Bapak tidak merasakan sakit seperti orang sakit 
jantung pada umumnya. Dan, menurut saya, Bapak harus cepat-cepat 
di`bypass`, sebab kalau terlalu lama dibiarkan saya khawatir saluran 
tersebut akan pecah dan tidak ada lagi jalan keluar."

Pada saat itu, saya masih belum menyadari bahwa segala kejadian itu 
adalah pertolongan dari Tuhan Yesus, dan saya diberi waktu sampai 
besok untuk memberi jawaban. Keesokan harinya, kami kembali ke rumah 
sakit, dan seperti biasanya kami menunggu giliran. Hari itu lebih 
ramai dari biasanya sehingga kami menunggu lebih lama, hingga saya 
tertidur di kursi ruang tunggu. Tiba-tiba, terdengar suara di telinga 
saya, "Tengoklah ke sebelah kananmu." Saya terbangun dan menoleh ke 
sebelah kanan seperti apa yang saya dengar. Saya amati satu persatu, 
ternyata di seberang ruangan tunggu ada satu pigura besar yang 
bergambar Tuhan Yesus. Saya berdiri dan berjalan ke arah pigura itu, 
sedangkan rombongan saya hanya terdiam sambil melihat apa yang saya 
lakukan.

Sesampai di depan pigura itu, saya pandangi gambar Tuhan Yesus, saya 
pandangi wajah itu hingga tiba-tiba saya menangis sejadi-jadinya. 
Tidak peduli orang hilir mudik, saya tetap menangis sambil berkeluh 
kesah dengan Tuhan Yesus. Banyak kata yang saya curahkan hingga istri 
saya datang menghampiri sambil berkata, "Sudahlah Pa, ini semua 
rencana Tuhan dan di balik semua ini pasti ada rencana Tuhan yang 
indah."

Tangisan saya semakin menjadi, "Rencana indah yang bagaimana, sekarang 
saja saya sudah divonis jantung, `kok` bisa-bisanya kamu omong bahwa 
ini adalah rencana indah?" seru saya. Namun, istri saya diam saja, dan 
rombongan kami hanya melihat dari kejauhan dengan wajah sedih, susah, 
dan sebagainya.

Tiba giliran saya untuk dipanggil. Setelah bergumul di dalam doa malam 
hari sebelumnya, akhirnya saya, istri, anak, dan menantu telah 
bersepakat dan menyetujui untuk saya melakukan operasi `bypass`. 
Dokter pun memberi jadwal dan memberi obat untuk dua hari sebelum 
operasi dilaksanakan.

Keesokan harinya, menjelang operasi, saya mendapat sms dari rekan 
sepelayanan di FGBMFI yang isinya, "Sun, kamu habis marah sama Tuhan 
ya?" (nama mandarin saya Liem Gwan Soen). Saya tidak langsung 
mengiyakan, tetapi malah balik bertanya, "Apa maksudmu?" Ia kembali 
membalas, "Enggak tahu, Tuhan bilang sama saya bahwa kamu habis marah 
sama Tuhan, dan Tuhan memberikan ayat di Yesaya 37:28-29." Setelah 
membaca ayat tersebut, bulu roma saya berdiri dan langsung minta ampun 
pada Tuhan Yesus. Saya sadar bahwa Tuhan Yesus sudah banyak menolong 
saya selama ini, bagaimana Dia menyelamatkan anak saya yang ketiga 
dari kematian, bahkan kini selama operasi `bypass` dilakukan, semuanya 
berjalan dengan lancar. Pada umumnya, operasi semacam itu bisa 
berlangsung kurang lebih 5 -- 6 jam, tetapi puji Tuhan, saya bisa 
menjalaninya hanya dalam waktu 4 jam dan hanya dalam waktu sembilan 
hari saya sudah boleh pulang ke Indonesia.

Sebenarnya, saya bukan seorang Kristen yang tulen, maksudnya sejak 
kecil sampai usia 33 tahun saya adalah seorang penyembah berhala. 
Ketika itu, istri saya sedang mengandung anak ketiga. Pada saat itu, 
sebenarnya Tuhan sudah berusaha memanggil saya untuk bertobat. Saya 
katakan demikian karena ketika sedang hamil muda hingga melahirkan, 
istri selalu menemui masalah dalam kandungannya. Salah satu contohnya, 
anak kami yang ketiga ini melalui diagnosis oleh dua orang dokter, 
scan USG maupun pengobatan tradisional dinyatakan laki-laki. Tetapi 
kenyataannya, begitu hari kelahirannya tiba ternyata anak kami lahir 
perempuan. Bagi saya, anak laki-laki atau perempuan tidak masalah yang 
penting sehat dan sempurna. Dalam kejadian tersebut, saya masih belum 
mengerti bahwa itu adalah keajaiban Tuhan.

Hari demi hari, kesehatan anak saya selalu saja bermasalah hingga usia 
dua tahun, dia sering kejang-kejang. Sudah bermacam-macam usaha saya 
lakukan, mulai ilmu kedokteran hingga pengobatan spiritual. Pada suatu 
hari, saya hendak berangkat kerja, tiba-tiba anak saya kejang-kejang, 
dan segera saja kami larikan dia ke dokter. Saat anak ketiga saya itu 
ada dalam gendongan saya, kejangnya berhenti dan sekujur tubuhnya 
membiru, tangannya jatuh lunglai seperti orang pingsan. Setelah saya 
amati dan saya periksa pernapasannya ternyata sudah tidak ada, dia 
meninggal. Begitu istri saya tahu bahwa anak kami sudah mati, dia 
menjerit histeris, saya bertambah bingung. Anak yang masih dalam 
gendongan itu, dalam kepanikan, segera saya bawa ke luar rumah dan 
masuk rumah lagi sampai tiga kali, dan tiga kali juga saya berseru, 
"Yesus, tolong saya!" Tiba-tiba, pada teriakan yang ketiga, anak saya 
yang tadinya sudah mati bisa bergerak lagi, dia hidup kembali!

Setelah kejadian itu, saya berpikir mengapa saya bisa memanggil nama 
Yesus? Entah dorongan dari mana saya bisa berseru seperti itu. 
Padahal, saya adalah orang yang paling tidak suka dengan orang 
Kristen. Saya hanya teringat satu hal, saya harus berterima kasih 
kepada Tuhan Yesus dan saya harus menjadi orang Kristen dan melayani 
Tuhan Yesus. Mukjizat Tuhan setiap hari saya rasakan, kami sekeluarga 
merasakan damai sejahtera dan sukacita dalam melayani Tuhan, baik itu 
pelayanan di gereja ataupun di dalam wadah FGBMFI. Hari ini, saya 
ingin berbagi berkat untuk Anda, jangan pernah main-main dengan Tuhan, 
sebab Dia tidak pernah main-main dengan kehidupan Anda dan Dia punya 
rencana yang indah bagi Anda.

Diambil dari:
Judul buletin: SUARA (Full Gospel Business Men`s VOICE Indonesia), Volume 96 - 2009
Penulis: Stefanus Yanuar
Penerbit: Yayasan Persekutuan Usahawan Injil Sepenuh Internasional (PUISI), Jakarta
Halaman: 9 -- 14


POKOK DOA

1. Berdoalah kepada Tuhan Yesus untuk para penderita penyakit jantung 
   di Indonesia, terutama mereka yang mengalami kesulitan dalam hal 
   pendanaan. Kiranya Tuhan sendiri yang akan berkarya di dalam kondisi 
   yang sedang mereka alami.

2. Mintalah kepada Tuhan Yesus agar para dokter ahli jantung di 
   Indonesia dapat dipakai untuk memuliakan nama Tuhan, melalui karya dan 
   pekerjaan yang mereka jalani.

3. Mengucap syukurlah kepada Tuhan Yesus atas anugerah pemeliharaan 
   dan kesehatan yang telah Ia berikan kepada kita setiap hari.


"Mengucap syukurlah dalam segala hal sebab itulah yang dikehendaki 
   Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18)
            < http://alkitab.sabda.org/?1Tes+5:18 >


     STOP PRESS: PEMBUKAAN KELAS PESTA GURU SEKOLAH MINGGU (GSM) 
                     PERIODE JULI/AGUSTUS 2013

Anda guru sekolah minggu? Anda terbeban dalam pelayanan anak? Anda 
ingin terus diperlengkapi dalam melayani di sekolah minggu? Anda rindu 
mengembangkan talenta Anda dalam bidang pelayanan anak untuk kemuliaan 
nama Tuhan?

Yayasan Lembaga SABDA kembali membuka kelas Guru Sekolah Minggu (GSM) 
periode Juli/Agustus 2013 melalui program Pendidikan Studi Teologi 
Awam (PESTA) bagi Anda yang terlibat dan terbeban dalam pelayanan 
anak. Diskusi akan dilakukan melalui milis diskusi (email) dan akan 
berlangsung mulai tanggal 15 Juli -- 23 Agustus 2013.

Daftarkanlah diri Anda sekarang juga ke Admin PESTA di < kusuma(at)in-
christ.net >. Pendaftaran ditutup pada tanggal 10 Juni 2013. Jangan 
lewatkan kesempatan ini karena kelas terbatas hanya untuk 20 orang 
peserta saja. Tidak dipungut biaya!

Untuk melihat materi yang akan dipelajari dalam kelas PESTA GSM ini, 
silakan mengakses URL berikut ini.

==> http://pesta.sabda.org/gsm_sil


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Sigit, Doni K., dan N. Risanti
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org