Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/336

KISAH edisi 336 (17-7-2013)

Indah Rencana-Mu, Tuhan


___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                     Edisi 336, 17 Juli 2013
                     
KISAH -- Indah Rencana-Mu, Tuhan
Edisi 336, 17 Juli 2013

Shalom,

Dalam Yeremia 29:11 dikatakan bahwa Tuhan memiliki rencana untuk umat-Nya, yaitu 
rencana yang baik untuk kehidupan di masa kini dan yang akan datang. Hal itulah 
yang dirasakan oleh saudara kita, Amidya. Tanpa diketahui oleh manusia, Tuhan 
telah menuntun Ami kecil untuk menjadi pelayan-Nya kelak. Bahkan, orang tuanya 
mungkin juga tidak tahu. Namun, itulah rencana Tuhan. Secara bertahap, Tuhan 
merenda kehidupan Ami sehingga ketika ia dewasa, Tuhan benar-benar membawanya 
untuk menjadi seorang hamba Tuhan. Apakah Anda tertarik untuk mengetahui 
bagaimana Tuhan menuntun Ami hingga ia menjadi seorang pelayanan Tuhan? Simaklah 
kisah berikut ini. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati.

Staf Redaksi KISAH,
Doni K.
< http://kesaksian.sabda.org/ >


                              INDAH RENCANA-MU, TUHAN

"Indah rencana-Mu Tuhan" adalah perkataan yang sering kali saya ucapkan dalam 
hati saya. Saya lahir dalam keluarga Kristen. Ayah saya seorang Kristen yang 
bergereja dan ibu saya adalah seorang Kristen yang taat, dan mendidik anak-
anaknya untuk melakukan apa yang sesuai dengan firman Tuhan.

Meski saya Kristen sejak lahir, namun saya benar-benar mengenal kekristenan dan 
panggilan Tuhan dalam hidup saya saat saya kelas 5 SD dan sedang mengikuti 
Pendalaman Alkitab (PA) di gereja. Sejak kecil, saya sangat senang membaca 
Alkitab dan membaca berbagai buku cerita Alkitab seperti Daud dan Goliat, Yusuf, 
dan lain sebagainya. Saya sering memenangkan lomba-lomba Cerdas Tangkas Alkitab 
(CTA) di gereja dan saya juga dua kali memenangkan Olimpiade CTA yang diadakan 
oleh Compassion.

Ketika saya kelas 4 SD, saya sempat ditanya, "Apa cita-citamu?" Saat itu saya 
masih polos dan menjawab, "Saya ingin sekolah Alkitab dan bisa melayani Tuhan." 
Puji Tuhan, apa yang saya ucapkan waktu itu, sekarang telah terealisasi. Saya 
tergolong siswa yang berprestasi di sekolah. Sejak SD -- SMA, saya selalu meraih 
peringkat 5 besar, dan khusus di SMA, saya mendapatkan Peringkat I Paralel untuk 
Prodi IPS. Karena prestasi saya, saya dibebaskan dari semua biaya saat SMA, 
artinya saya sekolah secara gratis selama 3 tahun.

Kemudian, saya memantapkan hati dan mengatakan kepada orang tua bahwa saya ingin 
sekolah teologi. Orang tua saya menyetujui apa yang saya inginkan. Pertama, saya 
ingin kuliah di Yogyakarta, tetapi orang tua tidak memperbolehkan karena saya 
adalah anak perempuan dan orang tua saya tidak ingin anak perempuannya pergi 
terlalu jauh dari rumah. Orang tua saya memperbolehkan sekolah teologi, tetapi 
harus di Solo supaya saya bisa pulang ke rumah, dan orang tua bisa terus 
mendampingi dan mengawasi saya. Akhirnya, saya menyetujui masukan orang tua saya 
itu dan mendaftar sekolah teologi di Solo. Selama masa pendidikan, saya 
merasakan bahwa berkat selalu datang tepat pada waktunya, seperti halnya saat 
saya mendapatkan beasiswa gratis dari gereja untuk sekolah teologi. Tahun 2008, 
saya mendaftarkan diri di Sekolah Tinggi Teologi "Intheos" dan sangat menikmati 
masa-masa kuliah di sana. Sebagai mahasiswa teologi, saya tentu menerapkan 
disiplin rohani kepada saya sendiri. Saya aktif dalam kegiatan kapel, ibadah 
raya, Kelompok Tumbuh Bersama (KTB), dan selalu berpartisipasi dalam kegiatan 
yang lain.

Akan tetapi, ketika kuliah memasuki tingkat akhir, entah mengapa beasiswa kuliah 
saya macet. Artinya, orang tua harus membiayai kuliah, biaya skripsi, dan wisuda 
saya. Bisa dikatakan itu bukanlah biaya yang kecil. Biaya awal kuliah, SKS, 
ujian-ujian, biaya skripsi sampai dijilid, semuanya kira-kira 7 hingga 8 Juta. 
Secara logika, itu sangat berat karena hanya ayah yang bekerja dalam keluarga 
saya. Akan tetapi, ketika saya harus membayar biaya kuliah, selalu ada pekerjaan 
tambahan bagi ayah sehingga ayah bisa memberi saya uang dan saya bisa membayar 
semua biaya kuliah.

Saya adalah orang yang tidak pernah main-main dalam sekolah. Dalam perkuliahan, 
prestasi akademis tetap saya jaga, hingga akhirnya kerja keras saya itu tidak 
sia-sia. Saya lulus dengan predikat cumlaude. Dalam hati, saya memang senang 
bisa memperoleh nilai terbaik, tetapi kompetisi yang sesungguhnya adalah setelah 
selesai dari bangku kuliah.

Setelah selesai kuliah S1, saya mulai merenung untuk mencari pekerjaan. Saya 
berpikir bahwa saya pastinya akan menganggur terlebih dahulu karena tidak 
mungkin melamar sebagai guru Pendidikan Agama Kristen mendekati akhir semester. 
Ternyata pemikiran saya salah. Dua hari setelah wisuda, calon mertua saya 
memanggil saya datang ke rumahnya. Beliau menawari saya untuk melanjutkan kuliah 
dan mengambil program S2. Dan tanggungjawabnya saya harus benar-benar serius 
kuliah sebisa mungkin lulus nilai terbaik lagi. Waktu itu, hati saya menangis, 
tetapi saya senang menerima tawaran dari calon mertua saya itu.

Terkadang, saya juga merasa heran karena berkat-berkat Tuhan itu datang pada 
saat yang tak terduga. Di saat saya berpikir bahwa selesai kuliah S1 saya akan 
menganggur, justru berkat itu datang dan saya bisa melanjutkan studi S2. Berkat 
itu disediakan bagi setiap orang yang menanti-nantikan Tuhan. Dan, setiap orang 
yang diberkati tentu harus mengucap syukur untuk semua yang telah dikaruniakan 
Tuhan kepadanya.

Manusia diciptakan dengan berbagai potensi dan talenta. Sebenarnya, bisa saja 
setelah lulus SMA saya mendaftar kuliah di bidang yang lain. Namun, saya tidak 
mau. Saya ingin hidup dalam panggilan Tuhan. Panggilan yang terus ada dalam hati 
saya adalah bahwa suatu saat saya bisa sekolah teologi dan menjadi pendidik 
Kristen. Impian dan panggilan itu terus saya simpan dalam hati dan sudah saya 
pergumulkan sejak saya kelas VI SD. Mungkin, saya bisa lari sejauh apa pun dan 
tidak hidup dalam panggilan, tetapi sejauh apa manusia lari, Tuhan Allah mampu 
menangkap kita dan membawa kita untuk hidup dalam panggilan-Nya. Walaupun saya 
belum bisa menjadi seorang guru, tetapi saya bersyukur bahwa segala sesuatu 
dijadikan-Nya indah pada waktunya. Saya tetap bersyukur karena semua yang Tuhan 
lakukan sungguh amat baik.

Satu Korintus 2:9 berkata, "Tetapi seperti ada tertulis: `Apa yang tidak pernah 
dilihat oleh mata, dan yang tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak 
timbul dalam hati manusia: Semua yang disediakan Allah untuk mereka yang 
mengasihi Dia.`" Kasih saya kepada Allah, sukacita, pergumulan, dan disiplin 
rohani yang saya lakukan, semuanya berbuah manis. Walaupun saya harus mengalami 
kesusahan dengan beasiswa yang macet, tetapi selalu ada jalan yang Allah 
sediakan dan Ia mencurahkan berkat-Nya yang sungguh luar biasa.

Sumber kesaksian: Amidya


                                 POKOK DOA

1. Berdoa kepada Tuhan Yesus supaya Amidya menjadi seorang pelayan Tuhan yang 
   setia melayani dalam keadaan apa pun. Berdoa juga supaya ia mampu menghadapi 
   tantangan-tantangan yang ada di ladang pelayanan.

2. Berdoalah kepada Tuhan Yesus Kristus agar Amidya dapat menjadi berkat bagi 
   orang lain, baik dalam pelayanannya maupun dalam sikap hidupnya di masyarakat.

3. Doakan Ami yang sedang mengambil studi S2 agar Tuhan Yesus senantiasa 
   mencukupkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam perkuliahannya.


    "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai 
       kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan 
    rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." 
                                  (Yeremia 29:11) 
                 < http://alkitab.sabda.org/?yeremia+29:11 >


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Sigit, Doni K., Bayu, dan Yegar
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org