Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/345

KISAH edisi 345 (25-9-2013)

Jatuh, Namun Tidak Tergeletak

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                     Edisi 345,  25 September 2013  

KISAH -- Jatuh, Namun Tidak Tergeletak
Edisi 345, 25 September 2013

Jika kita melihat kembali berbagai peristiwa dan mukjizat Yesus yang tercatat 
dalam Alkitab, hati kita akan bersorak dan kagum akan segala karya-karya-Nya. 
Dan, yang menjadi sukacita besar bagi kita saat ini adalah bahwa mukjizat itu 
masih berlaku bagi kita semua yang percaya kepada-Nya. KISAH edisi kali ini 
menceritakan tentang mukjizat Tuhan yang dialami oleh keluarga Tirza A. Damiati. 
Bagaimana karya Tuhan dinyatakan dalam kehidupan keluarga ini? Silakan terus 
menyimak artikel kami. Selamat membaca.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Sigit
< sigit(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/ >


JATUH, NAMUN TIDAK TERGELETAK

Saya ingin membagikan cinta kasih Kristus dan pertolongan Kristus kepada 
saudara-saudara terkasih.

Adapun pertolongan Tuhan ini mengenai kesehatan/penyakit yang diderita Bapak 
Abisai yang kurang lebih telah diderita selama tiga tahun, dimulai dari tahun 
2005. Awalnya, sepulang dari pelayanan kebaktian bahasa Jawa, kira-kira pukul 
06.30 WIB, bapak merasa pusing dan keluar keringat dingin. Lalu, saya bawa ke 
klinik terdekat yang dilayani seorang bidan karena kebetulan hari itu adalah 
hari Minggu. Sampai keesokan harinya, hari Senin, tidak ada perubahan apa-apa. 
Lalu, saya bawa ke dokter praktik terdekat.

Dokter mengatakan bahwa bapak mengalami vertigo dan diberi obat. Setelah minum 
obat dari dokter tersebut, bukannya berkurang pusingnya, tetapi malah bertambah 
dan disertai muntah-muntah, bahkan seperti orang bingung. Sebagai istri, saya 
bingung dan seluruh keluarga pun sudah berdoa. Saya juga menelepon gereja untuk 
meminta bantuan doa. Tidak lama setelah itu, ada beberapa rohaniwan yang datang 
dan mendukung dalam doa.

Keesokan harinya, hari Selasa, bapak tidur siang dan bangun kira-kira pukul 
14.00 WIB, separuh dari badannya sudah tidak bisa digerakkan. Separuh badannya 
yang sebelah kanan, dari kepala sampai kaki, terasa berat dan tidak dapat 
merasakan apa-apa. Seluruh anggota keluarga kaget dan berpikir apakah ini yang 
disebut stroke?

Saya menangis dan kasihan melihat bapak. Saya bawa ke dokter saraf dan 
disarankan agar bapak dirawat inap karena bapak kena serangan stroke dengan 
tensi 180/110. Malam itu juga, 24 November 2005, bapak opname selama 21 hari. 
Inilah stroke pertama, 23 Agustus 2006. Stroke yang kedua datang dengan serangan 
yang lebih hebat. Pendarahan keluar dari hidung, mulut, dan alat kelamin, 
disertai kejang-kejang. Saat terjadi serangan yang kedua, saya sedang bekerja 
dan tidak ada di rumah.

Setelah diberi tahu lewat telepon oleh anak-anak, saya langsung ke rumah sakit. 
Dokter menemui saya dan berkata, "Bu, ini baju milik bapak. Bu, saya hanyalah 
manusia biasa. Saya berusaha semaksimal mungkin dan saya minta Ibu berdoa supaya 
bapak lolos dari maut."

Mendengar kata-kata dokter itu, saya lemas dan menangis. Saya, anak saya, serta 
seorang saudara seiman yang bernama Ibu Srihono berdoa, berlutut, dan menjerit 
memohon kepada Tuhan Yesus. Kami memohon pertolongan kuasa-Nya untuk memberi 
keajaiban. Selesai berdoa, saya minta izin kepada dokter untuk melihat kondisi 
bapak. Betapa kaget saya melihat kondisi suami saya. Seluruh badan terdapat 
alat-alat medis, selang ada di seluruh tubuhnya termasuk alat pacu jantung. Saya 
takut melihatnya, saya hampir tidak percaya melihat keadaan suami saya. Waktu 
masih sehat, suami saya penuh dengan semangat dan tidak kenal lelah, baik dalam 
bekerja maupun dalam melayani Tuhan, penuh sukacita tanpa pernah mengeluh. 
Namun, saat itu, ia tampak benar-benar sedang berjuang melawan maut.

Saya berdoa lagi, meski dalam kondisi pikiran yang kacau balau. Saya berdoa 
kepada Tuhan Yesus, "Saya tahu kalau suami saya adalah kepunyaan-Mu. Namun, 
kalau Tuhan izinkan saya meminjamnya, kasihanilah aku dan anakku yang sebentar 
lagi akan menikah. Biarlah anakku ditunggui bapaknya."

Saya bisikkan ke telinga suami saya bahwa "Abisai" adalah panglimanya Raja Daud, 
maka berjuanglah untuk menang. Kata-kata itu saya bisikkan berulang-ulang ke 
telinganya. Tiba-tiba, ada suara tarikan napas yang tidak pernah terdengar 
sebelumnya (kondisi koma). Suara tarikan napas yang keras sehingga seluruh 
penjaga, baik dokter maupun perawat, tiba-tiba bergerak membantu menggerakkan 
alat pacu jantung yang ada di dada itu berkali-kali. Lalu, tarikan napas kembali 
seperti orang yang terengah-engah, yang sedang dikejar-kejar, lalu perlahan-
lahan menjadi stabil. Dokter yang membantu menyuruh saya keluar untuk menunggu 
selama dua jam.

Hati ini dipenuhi tanda tanya dan waswas. Apa artinya dua jam itu? Saya bergumul 
dan bergumul selama dua jam itu walau dengan badan yang panas dingin. Tepat 
pukul 14.15 WIB, dokter keluar dan memberi saya ucapan selamat, "Bapak Abisai 
telah lolos dari maut meskipun belum sepenuhnya sadar dan belum dapat diajak 
berkomunikasi."

Dua hari kemudian, bapak sadarkan diri, tetapi belum dapat diajak berkomunikasi. 
Setelah bapak bisa diajak bicara, ternyata ia tidak dapat mengingat apa pun. 
Bapak tidak mengenali siapa-siapa termasuk saya, istrinya. Ini sangat 
menyedihkan.

Suatu saat bapak bertanya, "Kamu ini siapa?" Saya jawab dengan sabar dan dengan 
berdoa dalam hati. "Seingat bapak, saya siapa?" Bapak menjawab, "Siapa ya, aku 
pernah kenal dan tidak asing." Hati saya terharu, pelan-pelan saya masukkan 
kata-kata sambil terus berdoa dalam hati. Saya juga sebut kota tempat saya 
bertemu dengannya. Bapak tertawa lalu menyebutkan nama seorang teman yang 
bersama-sama dengan kami saat kami berkenalan, tetapi bapak tetap tidak 
mengingat saya sebagai istrinya. Lalu, saya sebutkan tempat kami pernah pacaran, 
bapak tertawa lagi dan berkata, "Abisai!" Saya langsung menjawab "Ya, Abisai 
adalah nama baptis Bapak. Nama lengkap Bapak, Abisai Suparno." Tiba-tiba, bapak 
menarik tangan saya dan mencium tangan saya lalu menangis dan berkata, "Aku 
Abisai Suparno dan kamu istriku, Tirza Damiati." Hati saya menangis, bersyukur, 
memuji kebesaran nama Tuhan Yesus. Saya peluk suami saya.

Tujuh hari bapak dirawat di rumah sakit. Selang lima belas hari, setelah bapak 
pulang ke rumah, kami menunaikan kewajiban kami sebagai orang tua, yaitu 
menikahkan anak kami meskipun dengan cara sesederhana mungkin. Rupanya setan 
masih ingin menguji kami. Tanggal 14 Januari 2007, serangan stroke III. Bapak 
kembali masuk ICU selama tiga hari dan tidak mengingat siapa pun kecuali saya, 
istrinya. Namun, berkat doa yang dinaikkan setiap minggu di gereja, ingatan 
bapak berangsur pulih. Karena serangan yang ketiga ini, bapak harus dirawat di 
rumah sakit selama sepuluh hari. Masih pada tahun yang sama, serangan stroke 
yang keempat terjadi lagi. Saya hanya pasrah dan berdoa. Di sinilah, Tuhan Yesus 
bekerja dengan luar biasa. Ia selalu mendengar jeritan doa orang yang 
mengandalkan-Nya. Bapak telah semakin baik kondisinya. Doa-doa itu telah membawa 
kekuatan dan kemenangan. Amin

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Apakah Tuhan Masih Bekerja Saat Ini?
Penulis: Tirza A.Damiati
Penerbit: GUPDI Jemaat Pasar Legi, Solo
Halaman: 29 -- 31


POKOK DOA

1. Mari kita berdoa kepada Tuhan Yesus untuk orang-orang yang mengalami 
   pergumulan hidup seperti yang dialami oleh keluarga Tirza A. Damiati. Kiranya, 
   Tuhan senantiasa menguatkan dan memberi jalan keluar dari setiap permasalahan 
   yang dihadapi.

2. Kita berdoa kepada Tuhan Yesus Kristus bagi orang-orang yang sudah merasakan 
   bagaimana pertolongan Tuhan nyata atas hidup mereka. Berdoalah agar mereka mau 
   membagikan kesaksian kepada orang lain sehingga nama Tuhan dipermuliakan atas 
   hidup mereka.

3. Berdoa kepada Tuhan Yesus Kristus agar setiap orang yang mendengar ataupun 
   membaca kesaksian tentang Yesus, mereka dapat percaya dan memperoleh kemenangan 
   iman di dalam Yesus.


"Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." 
(Yesaya 40:29)
< http://alkitab.sabda.org/?Yes40:29 >


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Sigit, Bayu, dan Yegar
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org