Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/347

KISAH edisi 347 (9-10-2013)

Saya Masih Belajar untuk Memaafkan

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                     Edisi 347,  9 Oktober 2013  

KISAH -- Saya Masih Belajar untuk Memaafkan
Edisi 347, 9 Oktober 2013

Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti berhubungan dengan banyak orang, di 
tempat kerja, di rumah, di gereja, atau di mana pun. Dalam berelasi, tidak 
jarang kita membuat seseorang menjadi marah dan begitu juga sebaliknya, hubungan 
kita menjadi rusak dan akhirnya jauh. Hanya ada satu cara untuk mengembalikan 
hubungan itu, yaitu dengan memaafkan atau memberikan pengampunan. Hanya dengan 
mengampuni, relasi itu dapat kembali berlangsung. Seperti dalam edisi kali ini, 
kita akan belajar dari kesaksian berikut ini tentang bagaimana mengampuni. 
Selamat Membaca.

Staf Redaksi KISAH,
Bayu
< http://kesaksian.sabda.org/ >


SAYA MASIH BELAJAR UNTUK MEMAAFKAN

Di sebuah gereja di Munich itulah saya melihatnya, seorang pria gemuk berkepala 
botak yang mengenakan mantel abu-abu sambil mencengkeram topi berwarna cokelat 
dengan kedua tangannya. Orang-orang sedang berjalan keluar dari ruang bawah 
tanah tempat saya berkhotbah hari itu. Saat itu adalah tahun 1947, dan saya 
datang dari Belanda ke Jerman, yang kala itu telah kalah perang, dengan pesan 
bahwa Allah mengampuni mereka.

Dan, saat itulah, saya melihat dia yang berusaha menerobos maju ke depan. Untuk 
sesaat, saya melihat mantel dan topi cokelatnya berubah menjadi seragam berwarna 
biru dan topi militer dengan bros berbentuk tengkorak dan tulang bersilang yang 
tersemat di atasnya. Seketika itu juga, saya mengingat ruangan besar dengan 
lampu yang sangat terang, tumpukan gaun dan sepatu yang lusuh di tengah lantai 
ruangan, dan rasa malu karena berjalan telanjang melewati orang ini. Saya bisa 
melihat sosok saudari saya yang lemah berjalan di depan saya. Tulang rusuknya 
tampak jelas dari balik kulitnya yang setipis perkamen. Betsie, betapa kurusnya 
kamu saat itu!

Betsie dan saya ditangkap karena menyembunyikan orang Yahudi di rumah kami 
selama Nazi menduduki Belanda; dan orang ini pernah menjadi salah satu penjaga 
di kamp konsentrasi Ravensbruck tempat kami dipenjara.

"Anda menyebutkan Ravensbrück dalam khotbah Anda," ujar laki-laki itu. "Saya 
pernah menjadi petugas di sana." Tidak, dia tidak mengingat saya.

"Saya harus melakukannya -- saya tahu hal itu. Firman Allah yang mengatakan 
bahwa Allah akan mengampuni memiliki syarat utama, yaitu bahwa kita harus 
mengampuni orang-orang yang telah bersalah kepada kita ...."

"Namun, sejak saat itu," ia melanjutkan, "Saya telah menjadi seorang Kristen. 
Saya tahu bahwa Allah telah mengampuni saya untuk banyak hal keji yang sudah 
saya lakukan di sana, tetapi saya ingin mendengarnya dari bibir Anda sendiri. 
Fraulein." Laki-laki itu mengulurkan tangannya, "... maukah Anda memaafkan 
saya?"

Saya pun mematung. Saya, orang yang dosanya harus diampuni setiap hari, tidak 
bisa mengampuni orang ini. Betsie meninggal di tempat itu -– dapatkah orang ini 
menghapus kematian yang lambat dan mengerikan yang dialami Betsie saat itu hanya 
dengan sebuah permintaan maaf?

Sebenarnya, ia tidak lama berdiri di sana dengan mengulurkan tangannya, tetapi 
bagi saya waktu itu terasa bagai berjam-jam karena saya bergumul dengan hal yang 
paling sulit untuk saya lakukan.

Saya benar-benar harus melakukannya! Saya betul-betul mengetahui bahwa firman 
Tuhan yang mengatakan bahwa Allah akan mengampuni kita memiliki syarat utama: 
kita harus mengampuni mereka yang telah bersalah kepada kita. "Jika kamu tidak 
mengampuni kesalahan orang lain," kata Yesus, "Bapamu yang di sorga juga tidak 
akan mengampuni kesalahanmu ...."

Saya masih berdiri di sana dengan hati yang beku. Pengampunan bukanlah sebuah 
emosi -- saya juga tahu tentang hal itu. Pengampunan adalah tindakan yang muncul 
dari kehendak, dan kehendak itu dapat terlaksana terlepas dari suasana hati 
saya. "Yesus, tolong saya!" Saya berdoa dalam hati. "Saya bisa mengangkat tangan 
saya, hanya itu yang bisa saya lakukan. Engkau yang memberi perasaan itu."

Dengan kaku, dan tanpa perasaan, saya mengulurkan tangan saya ke tangan yang 
terulur kepada saya itu. Dan, ketika saya melakukannya, hal yang luar biasa 
terjadi. Arus itu dimulai pada bahu saya, bergerak menuruni lengan saya, 
melompat ke tangan kami yang bersalaman, dan kemudian kehangatan pemulihan ini 
seolah membanjiri seluruh tubuh saya. Perasaan itu membuat saya mengeluarkan air 
mata.

"Saya memaafkanmu, saudaraku!" ujar saya sambil menangis. "Dengan segenap hati 
saya!"

Untuk sesaat, kami saling menggenggam tangan, mantan penjaga dan mantan tahanan. 
Saya tidak pernah tahu kasih Allah yang begitu kuat sampai saya melakukannya. 
(t/Jing Jing)

Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama Situs : PBS.org
Alamat URL: http://www.pbs.org/wgbh/questionofgod/voices/boom.html
Judul asli artikel: I`m Still Learning to Forgive
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses : 19 September 2013


POKOK DOA

1. Bersyukur untuk setiap pengampunan yang terjadi sehingga pemulihan terjadi 
   dalam kehidupannya.

2. Berdoalah untuk setiap orang yang mengalami kejadian serupa agar Tuhan 
   memberikan kekuatan sehingga pemulihan terjadi dari pengampunan yang diberikan.

3. Berdoalah bagi setiap orang percaya supaya mereka juga mampu mengampuni 
   sesama sehingga pemulihan terjadi dan semakin memuliakan nama Tuhan.


"Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan 
mengampuni kamu juga." (Matius 6:14) < http://alkitab.mobi/tb/Mat/6/14/ >


STOP PRESS: PUBLIKASI E-KONSEL: BAHAN-BAHAN PELAYANAN KONSELING KRISTEN

Seiring dengan pesatnya perkembanganya dunia, kompleksitas masalah hidup pun 
semakin meningkat dengan berbagai variasinya. Manusia tidak hanya membutuhkan 
dan mencari materi. Penguatan, bimbingan, dan penghiburan pun menjadi 
"kebutuhan" yang penting di tengah kesasakan dan rupa-rupa masalah kehidupan. 
Ini adalah kesempatan besar bagi orang percaya untuk melayani sesama dalam 
pelayanan bimbingan yang alkitabiah! Anda ingin mendapat perlengkapan yang lebih 
dalam bidang pelayanan konseling?

Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > mengajak Anda untuk bergabung menjadi 
pelanggan Publikasi e-Konsel! Publikasi e-Konsel menyajikan artikel, bimbingan 
alkitabiah, tanya-jawab, komunitas konselor, tips, dan masih banyak kolom 
lainnya untuk memperlengkapi Anda. Cara berlangganan sangat mudah dan GRATIS! 
Kirimkanlah email Anda ke < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > atau ke < 
konsel(at)sabda.org > dan setiap minggunya Anda akan memperoleh bahan-bahan 
tertulis dalam email Anda. Jika Anda rindu ambil bagian dalam pelayanan 
konseling, jangan ragu untuk berlangganan publikasi e-Konsel.

Dapatkan arsip e-Konsel sejak tahun 2001 di: < http://sabda.org/publikasi/e-
konsel/arsip/ >


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Sigit, Bayu, dan Yegar
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org