Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/35

KISAH edisi 35 (3-9-2007)

Pelajaran dari Seekor Ikan

______________________________PUBLIKASI_______________________________
                                KISAH
____________________(Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________________
                       Edisi 35; 3 September 2007

PENGANTAR

  Manusia diberi kepekaan untuk melihat apa yang terjadi di sekitarnya
  dan bagaimana hal tersebut dapat menjadi pelajaran di dalam
  hidupnya. Kepekaan yang demikian tentu membuat hidup lebih bermakna
  dan tidak hanya berlalu begitu saja. Dan dengan hikmat Tuhan, kita
  sebagai anak-anak-Nya dapat belajar untuk semakin seturut dengan
  kehendak-Nya melalui apa yang terjadi. Berikut kesaksian seorang
  anak Tuhan yang memetik sebuah pelajaran berharga dari seekor ikan.
  Mari kita simak.

  Pimpinan redaksi KISAH,
  Pipin Kuntami
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                       PELAJARAN DARI SEEKOR IKAN
                       ==========================

  Sudah satu minggu ini ikan sapu-sapuku meninggal dunia. Sejak saat
  dia meninggalkan akuariumku, baru tiga hari saja tidak dibersihkan,
  lumut pasti akan bermunculan di akuarium kesayanganku.

  Aku tidak ada waktu untuk membersihkan lumut-lumut itu dan juga
  tidak ada waktu untuk membeli ikan sapu-sapu yang baru. Suatu hari
  kudapati lumut sudah memenuhi kaca bagian dalam akuariumku. Aku
  berpikir, ini tidak bisa dibiarkan. Keindahan ikan-ikan kokiku akan
  tersembunyi jika lumut-lumut itu kurelakan tumbuh dengan sehatnya
  menemani mereka. Ikan sapu-sapu bisa menjadi solusi untuk membantuku
  membersihkan lumut-lumut itu. Sebab sapu-sapu adalah ikan yang
  makanan utamanya lumut dalam akuarium atau kolam ikan.

  Pada sela-sela sempitnya waktuku, sepulang kerja kuluangkan waktu
  untuk mampir ke toko ikan dekat rumahku. Aku berkeliling mencari
  ikan hitam yang tidak menarik dan berkulit kasar itu. Akhirnya,
  kutemukan satu ikan sapu-sapu yang tidak begitu suram kulitnya,
  walaupun tetap tidak indah dipandang mata dan tetap saja kulitnya
  akan kasar.

  "Berapa Pak, harganya?" tanyaku pada si penjual ikan itu.

  "Tujuh ratus lima puluh rupiah, Mbak," jawab si penjual itu.

  Segera kusodorkan uang dan setelah itu langsung kutapakkan kakiku
  menuju rumah.

  Ikan sapu-sapu itu lalu aku cemplungkan ke dalam akuarium. Dengan
  sigap dan bagai habis lepas dari kurungan, ikan itu langsung
  meliuk-liuk. Dan ... betapa senangnya dia menemukan sebuah sisi kaca
  yang penuh dengan lumut. Ikan itu langsung menempel di kaca penuh
  lumut tersebut. Tidak peduli dengan ikan-ikan kokiku yang seakan
  sedang mengerumuni ikan sapu-sapu itu untuk berkenalan.

  Lagi-lagi karena tidak ada waktu, ikan itu memang hanya
  kucemplungkan dulu tanpa kubersihkan akuariumnya. Pikirku weekend
  nanti pasti aku ada waktu.

  Keesokan harinya, saat akan berangkat ke kantor, kusempatkan menyapa
  ikan-ikan kokiku. Wow, pagi ini mereka tampak begitu indah .... Tapi
  bukankah memang ikan kokiku itu warnanya indah. Ehhh ..., tapi kok
  lain ya? Warnanya bukan saja indah, tapi begitu bersinar. Terus
  kuamati ikan-ikan kokiku dengan sirip mereka yang panjang bagaikan
  kain sutera yang berkibar-kibar seolah ditiup angin. Terus
  kuperhatikan mereka karena terlalu indah bagiku untuk kutinggalkan.

  Saat pandanganku tertuju di pojok akuariumku, ada seekor ikan hitam
  yang tidak bersinar sama sekali. Dia seolah sedang menepi dalam
  dunianya sendiri dan takut untuk bergabung dengan koki-koki indah
  itu.

  Aku tersadar .... Ya, ikan-ikan kokiku terlihat begitu indah dan
  bersinar bukan karena ikan-ikan itu yang berubah, tetapi keadaan di
  sekitar merekalah yang berubah. Lumut-lumut yang membuat kaca
  akuariumku buram sudah lenyap! Ya, lenyap! Kaca akuariumku kembali
  bening sehingga ikan-ikan indahku terlihat semakin indah. Ikan yang
  tidak menarik yang kubeli kemarin dengan harga murah itu telah
  melahap habis lumur-lumut itu. Memang untuk itulah ikan itu kubeli,
  tetapi aku tidak tahu akan mendapat ketakjuban yang luar biasa
  seperti ini.

  Kupandangi kembali ikan hitam yang sedang menyendiri itu. Dia yang
  tidak menarik itu telah membuat sesuatu yang indah untukku pagi ini.

  Ikan sapu-sapu sangatlah tidak menarik. Dia tidak punya kelebihan
  fisik yang dapat dibanggakan. Harganya pun sangat murah. Tetapi
  Tuhan memberikan kelebihan luar biasa pada dia. Dia dapat
  membersihkan permukaan kaca yang begitu kotor menjadi bening
  kembali. Itulah yang membuat ikan sapu-sapu begitu dicari-cari oleh
  siapa saja yang ingin akuarium atau kolam ikannya terbebas dari
  lumut.

  Aku ingat diriku. Begitu banyak protesku pada Tuhan karena merasa
  aku tidak memiliki kelebihan dari segala sisi. Tuhan memakai ikan
  kecil itu untuk menyadarkan aku, "Kuciptakan dirimu bukan untuk hal
  yang tidak berguna. Kau ada di dunia ini karena kau berarti bagi-Ku,
  untuk melakukan hal-hal besar bagi-Ku!"

  Aku masih terpaku di depan akuariumku. Aku masih menatap ikan kecil
  yang tidak menarik itu. Aku seperti menatap diriku. Hari ini Tuhan
  memberikan aku pelajaran indah dari seekor ikan. Hari ini, Tuhan
  tidak ingin aku semakin tenggelam dalam pencarian arti hidupku di
  dunia ini.

  Aku berarti bagi-Nya, aku berharga bagi-Nya. Dalam pandangan mata,
  aku memang tidak semenarik mereka yang ada di sekelilingku, tetapi
  ada hal istimewa yang Tuhan berikan padaku, dan aku yakin itu akan
  jadi berkat bagi banyak orang karena Tuhan yang menganugerahkannya.

  Aku beranjak dari depan akuariumku. Jam di tanganku sudah
  menunjukkan waktu untuk segera berangkat ke kantor. Semangatku
  menapaki hari-hari ke depan kembali menyala. Kuucapkan syukur untuk
  semua pelajaran indah ini.

  Terima kasih Tuhan! Terima kasih ikan sapu-sapuku!

  Diambil dari:
  Nama situs        : SABDA Space
  Judul asli artikel: Belajar dari Sapu-sapu
  Penulis	    : Love
  Alamat URL        : http://www.sabdaspace.org/trackback/151
______________________________________________________________________

         "... bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya.
         Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga
             dari pada banyak burung pipit." (Lukas 12:7)
              < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Lukas+12:7 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Marilah kita bersyukur kepada Tuhan atas kepekaan yang telah Dia
     berikan sehingga kita dapat mengerti apa yang Dia kehendaki di
     dalam hidup kita.

  2. Bagi mereka yang belum memiliki kepekaan serupa, mohonkanlah
     hikmat dan pengertian yang benar dari-Nya agar hidup yang
     berharga dapat kita miliki sehingga dapat kita persembahkan bagi
     kemuliaan-Nya.

  3. Berdoalah agar kita dimampukan untuk memanfaatkan hidup yang kita
     miliki saat ini dengan perilaku dan hidup yang sesuai dengan
     kehendak Tuhan atas dasar firman-Nya yang hidup.
______________________________________________________________________

       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                       Copyright(c) 2007 YLSA
                YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/
                      http://katalog.sabda.org/
                    Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

Pimpinan Redaksi: Pipin Kuntami
Staf Redaksi    : Puji, Raka, Yulia
Kontak          : < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan    : < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti        : < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH     : http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL     : http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org