Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/352

KISAH edisi 352 (13-11-2013)

Filsuf yang Mencari Allah

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                     Edisi 352,  13 November 2013 

KISAH -- Filsuf yang Mencari Allah
Edisi 352, 13 November 2013

Tuhan selalu punya cara untuk membawa umat-Nya datang dan mengalami Yesus dalam 
hidupnya, seperti halnya dalam KISAH edisi kali ini, yang menceritakan tentang 
pertobatan seorang filsuf terkenal yang kaya raya. Dia adalah Yustinus Martir, 
seorang filsuf yang cukup disegani pada masanya. Bukan hanya seorang filsuf yang 
pandai, dia juga kaya. Dalam perjalanan hidupnya, dia banyak mengalami konflik 
batin yang tidak terpecahkan. Namun akhirnya, ia menemukan jawaban yang selama 
ini dia cari, yaitu Yesus, yang memberikan damai dan keselamatan bagi hidupnya. 
Pada akhirnya, Yustinus harus mati karena iman-Nya kepada Yesus.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Sigit
< sigit(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/ >


Filsuf yang Mencari Allah

Yustinus Martir, seorang filsuf muda pada abad kedua, sedang mendengarkan pidato 
dari seseorang yang berpendidikan tinggi. "Orang-orang yang menjadi pengikut 
orang Nazaret yang mati itu adalah orang-orang bodoh yang percaya pada 
takhayul," kata si ahli pidato itu. "Yang mereka puja tak lain hanya awan-awan 
dan pengaruh bintang. Saya kira, mereka merupakan ancaman bagi kekaisaran ini."

Orang-orang yang berkumpul dalam bentuk lingkaran itu menganggukkan kepala. 
Namun, Yustinus tidak begitu cepat menyetujuinya. "Saya tidak begitu yakin akan 
hal itu," ia memberi komentar. "Mereka sangat tulus. Saya telah mendengar 
tentang orang-orang Kristen yang mengakui iman mereka walaupun mereka tahu bahwa 
mereka akan dilemparkan ke dalam ketel berisi minyak mendidih demi keyakinan 
mereka."

Satu di antara orang-orang itu tertawa terkekeh-kekeh. "Yustinus, kamu tidak 
akan menjadi orang Kristen, bukan?" "Saya ingin mengetahui kebenaran," jawab 
Yustinus dengan tenang. Sejak masa kanak-kanak, Yustinus telah mencari-cari. Ia 
telah mewarisi kekayaan yang cukup besar, yang dapat membiayai perjalanannya ke 
seluruh pelosok kekaisaran Romawi. Ke mana pun ia pergi untuk mencari 
pengetahuan dan kebenaran, ia melihat keteguhan iman orang-orang Kristen yang 
dihina itu. "Apa yang terpenting dalam hidup ini?" Yustinus bertanya kepada 
seorang guru yang beraliran Stoa. Orang-orang dari aliran Stoa percaya bahwa 
dunia merupakan tubuh Allah.

Orang itu menjawab, "Carilah kebajikan." Seorang pengikut Plato menasihati 
Yustinus untuk melarikan diri dari dunia dan dengan cara itu, ia akan menjadi 
seperti Allah dengan kembali ke dunia roh. Ia menerima nasihat dari guru-guru 
ternama lainnya, tetapi tak seorang pun memberikan jawaban yang memuaskan 
kepadanya. Ia berulang-ulang bertanya kepada dirinya sendiri, apa arti kehidupan 
itu? Di manakah Allah, seandainya ada Allah?

Ia memikirkan lagi tentang orang-orang Kristen yang berani itu. Pada saat itu, 
agama Kristen adalah agama yang tidak sah dalam kekaisaran Romawi. Beribu-ribu 
orang telah mati sebagai martir. Yustinus merasa bahwa orang-orang Kristen itu 
tidak bersalah. Ia merasa bahwa mereka mungkin saja tersesat, tetapi mereka 
pasti tidak jahat.

Pada suatu hari, filsuf yang sedang mencari Tuhan itu pergi berjalan-jalan dalam 
suatu ladang yang sunyi dekat kota Efesus. Sementara ia berjalan, ia tahu bahwa 
seorang laki-laki tua mengikutinya di belakang. Tiba-tiba, ia berbalik dan 
berhadapan dengan orang asing itu.

"Mengapa Anda menatap saya?" tanya orang tua itu. "Saya merasa heran menemui 
orang lain di ladang yang sunyi ini," jawab Yustinus. "Saya ada di sini untuk 
mencari seorang anggota keluarga saya. Tetapi, mengapa Anda ada di sini?" orang 
tua itu bertanya balik. "Untuk menguji akal saya." "Apakah filsafat memberikan 
kebahagiaan kepada seseorang?" jawab Yustinus. Namun, nada suaranya tidak pasti. 
"Jelaskan kepada saya, orang muda. Apa filsafat dan kebahagiaan itu?" Yustinus 
memberikan jawaban biasa. "Filsafat adalah pengetahuan yang lengkap akan 
realitas dan daya memahami kebenaran dengan jelas. Kebahagiaan adalah upah dari 
pengetahuan dan kebijaksanaan."

"Apakah definisi Anda mengenai Allah?" tanya orang tua itu. Sekali lagi, 
Yustinus menjawabnya dengan lancar sesuai yang pernah diajarkan kepadanya. Allah 
itu merupakan sebab yang tidak berubah bagi segala hal lainnya. "Lalu, dapatkah 
seseorang mengenal Allah tanpa mendengar dari seseorang yang telah melihat-Nya? 
Bagaimanakah filsuf-filsuf, yang tidak pernah melihat Dia itu, dapat membuat 
penilaian yang benar?"

Yustinus menjawab dengan mengutip Plato. "Allah hanya dapat dikenal dengan 
pikiran, dan hanya pada saat pikiran itu murni dan terang." Orang tua itu tidak 
terkejut. "Ada guru-guru pada zaman kuno yang berbicara dengan roh ilahi dan 
meramalkan masa akan datang. Mereka membuktikan diri dengan ramalan-ramalan dan 
keajaiban-keajaiban mereka." Yustinus menatap dengan aneh kepada orang tua itu. 
Ia tidak dapat memberi jawaban. "Saya harap, anakku, bahwa pintu gerbang cahaya 
akan terbuka bagi Anda. Hal-hal ini dapat dimengerti hanya oleh orang yang 
diberi hikmat oleh Allah dan Kristus."

Yustinus tidak pernah bertemu lagi dengan orang tua itu. Beberapa waktu 
kemudian, ia menyebutkan peristiwa itu dan menulis: "Dengan segera nyala api 
berkobar dalam hati saya dan kasih kepada orang-orang yang menjadi sahabat-
sahabat Kristus ini menguasai saya. Menurut pendapat saya, filsafat itu sendiri 
aman dan berfaedah. Lebih-lebih lagi, saya berharap bahwa semua orang tidak akan 
menjauhkan diri dari Juru Selamat." Pada saat ia percaya bahwa agama Kristen 
adalah satu-satunya filsafat yang benar, Yustinus pergi mengabarkan tentang 
Kristus kepada filsuf-filsuf lainnya. Setelah dibaptiskan, ia menjadi seorang 
guru yang mengembara. Ia mengunjungi persekutuan-persekutuan Kristen yang 
pertama di tempat-tempat terkenal seperti Efesus, Alexandria, dan Roma.

Ia menggunakan tulisannya untuk menantang para kritikus dan penganiaya orang-
orang Kristen. Pada masa sekarang, hampir 1800 tahun kemudian, tulisannya yang 
disebut Apologies dianggap sebagai tulisan klasik dalam kesusasteraan Kristen. 
Yustinus sendiri dianggap sebagai pembela orang-orang Kristen atau agama Kristen 
yang terbesar.

Tak dapat dielakkan lagi, Yustinus harus menentang orang-orang Romawi dan 
ditangkap karena pengajarannya. Pada tahun 163, ia dan beberapa orang Kristen 
lainnya dihadapkan ke Rustikus, kepala daerah Roma. Pada saat Yustinus dan 
sahabat-sahabatnya dengan berani mengakui iman mereka dan menolak untuk 
memberikan korban kepada dewa-dewa berhala, mereka dipenggal. Setelah 
kematiannya, filsuf yang terkemuka itu menjadi terkenal sebagai Yustinus Martir. 
Teladannya yang sangat baik menjadi inspirasi bagi orang-orang Kristen di 
kemudian hari, yang bersedia mati sebagai martir oleh karena mereka memilih 
untuk mengikut orang Nazaret yang dianggap hina itu.

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Bagaimana Tokoh-tokoh Kristen Bertemu dengan Kristus
Penulis: James C. Hefley
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1973
Halaman: 9 -- 12


POKOK DOA

1. Berdoalah kepada Tuhan Yesus untuk para penginjil yang saat ini terjun di 
   ladang pelayanan, agar Tuhan senantiasa menguatkan iman mereka meski berada 
   dalam tantangan yang besar.

2. Mari kita berdoa kepada Tuhan Yesus Kristus untuk orang-orang yang belum 
   terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, agar mereka memiliki beban dan 
   tanggung jawab untuk menyebarkan Injil Kristus Yesus kepada setiap orang yang 
   belum mengenal Yesus.

3. Mari kita berdoa kepada Tuhan Yesus Kristus untuk para penganiaya orang-orang 
   Kristen di mana pun mereka berada. Kiranya Roh Kudus menjamah hati mereka agar 
   bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.


"Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati 
untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan." 
(Roma 14:8) 


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Sigit, Bayu, dan Yegar
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org