Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/37 |
|
KISAH edisi 37 (17-9-2007)
|
|
______________________________PUBLIKASI_______________________________ KISAH ____________________(Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________________ Edisi 37, 17 September 2007 PENGANTAR Setiap orang pasti mengharapkan perubahan di dalam hidupnya meskipun tidak sedikit usaha yang harus dilakukan demi tercapainya perubahan yang diharapkan. Apabila saat ini kita sedang menginginkan perubahan di dalam hidup, motivasi apa yang membuat kita yakin ingin berubah? Apakah untuk diri kita sendiri? Ataukah untuk orang lain? Pernahkah kita berpikir untuk berubah karena kita ingin hidup yang kita miliki menjadi lebih berkenan di hadapan Tuhan? Melalui kisah berikut, mari kita renungkan motivasi perubahan di dalam hidup kita. Biarlah semuanya kita lakukan demi kemuliaan nama-Nya. Pimpinan redaksi KISAH, Pipin Kuntami ______________________________________________________________________ KESAKSIAN AKU TAK BISA MEMEGANG KARTU LAGI ================================ Ia pulang, duduk seorang diri dengan suasana hening dan damai, sedamai hatinya. Tadi ketika seorang hamba Tuhan berbicara dengan penuh kuasa Ilahi, hatinya dikuasai penyesalan yang sangat dalam teringat kehidupannya yang penuh dosa. Ia melihat bagaimana hari-harinya dilewati dengan berjudi, sampai tubuhnya payah dan tidak pernah sedikit pun terpikir akan anak dan istrinya. Bila ia kalah, anaknya yang datang untuk meminta uang belanja selalu diumpatnya: "Karena tadi aku kamu ganggu, maka aku jadi kalah!" Tak pernah diperhatikannya istri dan anaknya yang semakin kurus menahan derita batin dan jasmani. Bila kebetulan menang, uang yang didapatnya dibelanjakan berbagai barang kebutuhan keluarga. Karena pikirnya, dengan begitu keluarganya akan senang dan merasa terhibur. Ia berpikir seolah-olah dengan memborong barang-barang (baik yang dibutuhkan ataupun tidak), ia dapat mengurangi seluruh beban keluarganya. Saat semua disadarinya, pintu hatinya telah terbuka. Ketika hamba Injil itu mengajak orang-orang untuk bertobat dan menerima Juru Selamat, ia menjadi salah seorang di antara mereka. "Mulai saat ini, segala dosa Saudara telah dihapus oleh darah pengorbanan Kristus di kayu salib," demikian berkata hamba Injil itu, "damai sejahteralah Saudara sekarang dan tinggalkan perbuatan dosa yang dahulu." Pertobatan itu telah mengubah dirinya, ia bertekad untuk meninggalkan segala perbuatan dosa yang terdahulu. Tetapi setan tidak pernah tinggal diam. Tak henti-hentinya teman-teman berjudinya datang ke rumah, mengajaknya kembali mencari keuntungan yang tidak dihalalkan Tuhan. Bila ia berkata bahwa telah bertobat serta menerima Kristus, mereka tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Kami ingin melihat berapa lama kau bisa bertahan sebagai orang Kristen!" Ia mulai gelisah, akankah ia dapat bertahan dalam imannya? Tiba-tiba ia teringat bagaimana Kristus mencurahkan darah-Nya sebagai penebus dosa manusia, dosa dirinya, si penjudi. Maka dari dalam hatinya yang baru disucikan, timbul suatu tekad. Tuhan, demi menunjukkan kasih setiaku pada-Mu, aku rela berkorban sekalipun dengan mencurahkan darahku. Ia memanggil istrinya, "Ambilkan aku golok," katanya dengan tenang. Istrinya tidak berprasangka dan menuruti permintaan itu. Dipegangnya golok itu, kemudian tangannya yang lain diletakkan di atas meja. Golok diangkat dan istrinya memerhatikan perbuatannya dengan perasaan ngeri. Apakah yang hendak dilakukan suaminya itu? Darah mengalir deras, telunjuk terkapar di atas meja dan terpisah dari tangannya. Dengan wajah pucat menahan sakit, ia memerintahkan istrinya mengambil pembalut. "Selesai sudah," gumamnya karena baru saja memotong jari telunjuknya. Keesokan harinya ketika teman-temannya datang, ia mengangkat tangannya yang sudah tak berjari telunjuk tinggi-tinggi, "Aku sudah tidak bisa memegang kartu lagi," katanya dengan tegas. Teman-temannya pergi setelah mendengar apa yang terjadi dan mereka mengaku kalah karena iman mampu mengalahkan segala-galanya dan mampu memberi kesaksian. Di kota kecil Jepara, hidup seorang kakek berusia delapan puluh tahun. Jalan dan gerak-geriknya masih gagah, bicaranya jujur dan tegas. Selama empat puluh tahun, ia telah bersaksi dan tanpa didikan teologis telah mempertobatkan beratus-ratus orang di kota itu. Bila secara kebetulan kita bertemu dengan dia dan melirik ke tangannya, kita akan melihat bahwa tangannya tidak berjari telunjuk .... Diambil dan diedit seperlunya dari: Judul buku : Untaian Mutiara Judul artikel: Plass ... Aku Tak Bisa Memegang Kartu Lagi Penulis : Betsy T. Penerbit : Gandum Mas, Malang Halaman : 59 -- 61 ______________________________________________________________________ "Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati." (Yehezkiel 18:21) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Yehezkiel+18:21 > ______________________________________________________________________ POKOK DOA 1. Mari bersyukur kepada Tuhan yang senantiasa memberi dorongan dan harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Mintalah kekuatan dari-Nya agar kita dapat mewujudkan kehidupan yang penuh kesetiaan kepada-Nya. 2. Doakanlah orang-orang di sekitar kita yang masih berkutat dalam kehidupan lamanya, kiranya Tuhan masih memberi belas kasihan-Nya kepada mereka. Berdoalah juga agar melalui kesaksian dan teladan kita, mereka boleh diyakinkan akan anugerah dan hidup baru yang jauh lebih indah di dalam Kristus. 3. Doakan agar Tuhan memberikan komunitas atau persekutuan yang sehat bagi setiap petobat baru. Kiranya para petobat baru itu dapat mengalami pertumbuhan rohani yang sehat bersama saudara-saudara persekutuannya itu. ______________________________________________________________________ Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) 2007 YLSA YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Pipin Kuntami Staf Redaksi : Puji, Raka, Yulia Kontak : < kisah(at)sabda.org > Berlangganan : < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org > Berhenti : < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org > Arsip KISAH : http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/ Situs KEKAL : http://kekal.sabda.org/ ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |