Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/380

KISAH edisi 380 (3-12-2014)

Ketika Natal yang Telah Lalu Datang Kembali

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                   Edisi 380, 03 Desember 2014

KISAH -- Ketika Natal yang Telah Lalu Datang Kembali
Edisi 380, 3 Desember 2014

Salam kasih,

Bulan Desember telah tiba, suasana Natal sudah terasa karena beberapa
gereja atau persekutuan sudah ada yang mengadakan perayaan Natal pada
awal Desember ini. Dalam keluarga Anda sendiri, apa yang biasa Anda
dan keluarga lakukan dalam menyambut Natal? Apa pun tradisi dalam
keluarga Anda, pastikan bahwa keluarga Anda merayakan Natal yang
sebenarnya, yaitu merayakan kebaikan dan anugerah Allah melalui
kelahiran Sang Juru Selamat, Tuhan Yesus Kristus.

KISAH edisi 380 kali ini menceritakan tentang kenangan-kenangan masa
kecil yang tidak pernah terlupakan. Setiap cerita merupakan bagian
dari benang merah yang bisa mengikat sebuah keluarga menjadi satu
serta saling menguatkan selama bertahun-tahun. Silakan menyimak
kesaksian Natal kali ini dan jangan lupa mendoakan pokok-pokok doa
dalam edisi ini. Tuhan Yesus memberkati.

Staf Redaksi KISAH,
Elly
< http://kesaksian.sabda.org/ >


             KETIKA NATAL YANG TELAH LALU DATANG KEMBALI

Kenangan saya akan Natal beberapa tahun belakangan ini di kota
Lynchburg, Ohio, masih terbayang jelas di mata saya. Ayah biasanya
mengangkat tubuh saya tinggi-tinggi agar bisa menekan bel rumah nenek,
dan semua orang berlarian masuk ke dalam ketika pintu dibuka. Saya
bisa mencium bau lemak lilin-lilin yang dinyalakan di atas pohon Natal
dan aroma permen buatan nenek yang masih bergolak di panci yang masih
menyala. Merupakan pengalaman yang menggetarkan ketika bangun tidur
dan menemukan sebuah jeruk di kaus kaki, dan saya tidak pernah lupa
betapa menyenangkannya tahun itu ketika saya mendapatkan sepotong
pisang!  Kami berasal dari keluarga pendeta desa dan kami sangat
miskin. Namun, kami mengalami masa-masa yang menyenangkan.

Selama setahun, saya dan saudara saya, Bob, memimpikan mendapat hadiah
sepeda. Berbulan-bulan kami mendatangi toko untuk melihat-lihat dan
bertengkar tentang warna sepeda yang kami inginkan. Akhirnya, kami
sepakat: sepeda itu harus berwarna merah.

Pada pagi hari saat Natal, kami berlari menuju ke bawah. Di bawah
pohon Natal ada beberapa hadiah kecil  -- tetapi tidak ada sepeda.
Kemudian, ibu berkata kepada kami, "Ayo, kita pergi ke stasiun kereta
api. Mungkin sinterklas melupakan sesuatu dan bisa saja sesuatu akan
datang bersamaan kereta pagi."

Jadi, pergilah kami ke stasiun B & O untuk menunggu kereta tersebut.
Pintu bagasi mobil dibuka dan di sana terlihat -- sepeda dengan sebuah
lampu di depannya. Itu memang sepeda bekas dan kami berdua harus
bergantian saat memakainya, tetapi itu milik kami dan warnanya merah!
Beberapa saat kemudian, saya mengetahui kalau ibu tetap menggunakan
mantel tuanya agar kami bisa memiliki sepeda yang diimpikan.

Ketika saya berusia sekitar  7  tahun, keluarga kami tinggal di
Cincinnati, dekat dengan jalur para pembalap mobil jalanan berada.
Sebuah mobil khusus datang untuk meminyaki jeruji-jeruji mobil para
pembalap;  dan kami, anak-anak yang ada di sana,  --  saya malu
mengakuinya  -- kerap mengolok-olok pria tua bermuka cemberut yang
mengendarainya. "Dick Minyak," teriak kami ketika ia datang.  "Hai,
Dick Minyak!"

Suatu hari, sehari sebelum Natal, ayah meminta saya ikut karena
mendapat panggilan untuk berkunjung ke rumah sakit. "Seseorang yang
kamu kenal sedang tidak enak badan," ujarnya. Terbaring di tempat
tidur rumah sakit, Dick Minyak!  Ayah saya memperkenalkan saya
kepadanya dengan nama Dick yang sebenarnya, seperti Dick adalah
seorang pria terhormat, dan saat ia menggenggam tangan saya, tidak
terasa berminyak sama sekali.  "Aku berharap kamu akan bertumbuh
menjadi pria yang baik seperti ayahmu,"  ujarnya. Ayah berdoa untuk
Dick, dan menepuk bahunya. Ketika kami pulang, ayah berkata,  "Ingat
Norman, ia bukanlah Dick Minyak; ia adalah salah satu teman kita. Dan,
dia adalah anak Allah."

Saat beranjak dewasa, saya menyadari hal berharga yang telah diberikan
ayah kepada saya. Beliau mengajar saya untuk selalu melihat hal baik
dari setiap orang. Itu adalah hadiah Natal yang sangat memengaruhi
seluruh kehidupan saya, dan satu hal yang selalu saya doakan untuk
bisa saya bagikan kepada sesama.

Suatu kali, seorang perempuan muda di Switzerland, Ursula, tinggal
bersama keluarga saya di New York. Saat Natal mendekat, ia ingin
memberikan hadiah kepada keluarga saya sebagai tanda terima kasih.

Ia pergi ke toko perlengkapan anak, membeli sebuah baju bayi yang
indah, dan membungkusnya dengan kertas kado. Kemudian, ia mendekati
salah seorang sukarelawan Salvation Army (Bala Keselamatan) di sudut
ruangan. "Tuan," ujarnya, "saya memiliki sebuah baju untuk bayi yang
membutuhkannya. Apakah Anda bisa merekomendasikan bayi yang mau
menerimanya?"

"Sepertinya, ada lebih dari satu bayi yang mau."

Bersama-sama, mereka memanggil taksi dan sukarelawan Salvation Army
ini memberi sebuah alamat di pinggir kota. Saat taksi berhenti di
depan sebuah rumah petak yang bobrok, sukarelawan Salvation Army
membawa paket hadiah ini. "Bilang saja hadiah ini dari seseorang yang
merasa diberkati dan ingin membagi berkat tersebut kepada orang lain,"
ujar Ursula.

Ketika sopir taksi mengantarkan Ursula sampai di depan rumah kami, ia
memberi tahu Ursula bahwa ongkos taksi gratis; tidak dikenai biaya.
"Tak usah khawatir," kata sopir itu. "Saya merasa telah dibayar lebih
besar dari argo ini." Ursula memberi tahu kami tentang hadiahnya di
pagi hari. Cerita itu merupakan salah satu hadiah terbaik yang pernah
kami terima.

Setelah ketiga anak kami beranjak dewasa dan memiliki keluarga
sendiri, suatu kali saya dan istri, Ruth, berada di London untuk
berlibur. Kami ingin berpetualang ala Charles Dickens. Pada malam
Natal, kami makan malam dalam porsi besar, kemudian berjalan kaki,
bunyi sepatu kami bergema di jalan yang kering. Perjalanan terasa
suram, dan pada saat semangat Natal kami sepertinya menurun, kami
mendengar suara nyanyian dari arah yang agak jauh.

Saat kami berjalan mendekat, bunyi trompet dan suara paduan suara
terdengar semakin keras.  "O Come, All Ye Faitfhful!"  (Hai Mari
Berhimpun),  "It Came Upon the Midnight Clear!"  (Di Malam Sunyi
Bergema). Kami mendengar keseluruhan lagu tersebut. Saat kami mendekat
ke Trafalgar Square, kami bisa melihat kerumunan ribuan orang di sana.
Band dari Salvation Army bermain di atas panggung. Cuaca agak dingin,
tetapi orang-orang tersebut sedang bersukacita, menyanyikan lagu  "Joy
to the World!" (Hai Dunia Bersoraklah) sekencang-kencangnya.

Di sinilah, kami berdiri, beribu-ribu kilometer dari rumah dan merasa
di "rumah" karena semangat yang mengelilingi kami. Kami merasakan hal
yang sama beberapa tahun yang lalu saat membawa semua anak dan cucu
kami dalam perjalanan ke Afrika, dan duduk di luar tenda di bawah
kelap-kelip bintang-bintang. Kami membaca cerita kelahiran Kristus
dari Injil Lukas.

Ada sebuah kisah tentang anak laki-laki Afrika yang memberi hadiah
Natal sebuah kerang laut yang indah dan unik kepada misionarisnya,
cerita ini sangat berpengaruh bagi saya dan Ruth. Anak laki-laki ini
berjalan melalui jarak yang sangat jauh, melewati daerah yang berbatu
-batu, untuk mencapai daerah yang pantainya memiliki jenis kerang
tertentu, yang hanya ditemukan di sana. Guru tersebut sangat
tersentuh.   "Kamu menempuh perjalanan yang sangat jauh untuk
membawakanku hadiah yang indah ini," ujarnya. Wajah anak laki-laki ini
terlihat penuh teka-teki, kemudian matanya membesar dengan penuh
kesenangan, "Oh ya, Guru," jelasnya, "perjalanan panjang adalah bagian
dari hadiah."

Tentu saja, banyak sekali waktu di sepanjang tahun dipakai untuk
berbelanja sebelum Natal, menulis khotbah, serta mengatur jadwal
kebaktian terlihat sangat menyibukkan kami sehingga saya dan istri
sering tergoda untuk mengangkat tangan dan berkata,  "Arrgh, semua
kesibukan ini sangat merepotkan!" Namun, kemudian, kami berdua saling
memandang dan berkata, "Perjalanan panjang adalah bagian dari hadiah."
Dan, akhirnya, kami berdua tertawa dan kembali bekerja.

Cerita-cerita di atas adalah bagian dari benang merah yang mengikat
keluarga kami menjadi satu serta menguatkan selama bertahun-tahun.
Natal adalah penegasan yang terus berlanjut tentang idealisme dan
kenyataan yang tak pernah terpikirkan oleh manusia. Manusia merasa
lahir baru dan dikuatkan. Terus-menerus selama bertahun-tahun.

Melihat ke masa lalu tidak membuat saya bernostalgia dan merasa sedih
--  sama sekali tidak. Kenangan itu memberikan saya kejutan penuh
kegembiraan untuk terus melanjutkan hidup. Dan, kenangan tersebut
menambah kekayaan untuk menikmati perayaan Natal saat ini.

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Kisah-Kisah Iman Natal
Penulis: Norman Vincent Pale
Penerbit: Gospel Press, Batam 2006
Halaman: 302 -- 309


POKOK DOA

1. Berdoa supaya setiap orang Kristen dapat bersaksi betapa baiknya
 Tuhan dan karya-Nya yang luar biasa dalam hidup orang percaya.
 Biarlah kelahiran Sang Juru Selamat tidak sekadar menjadi cerita
 bagi setiap orang yang mendengar kesaksian kita, tetapi menjadi
 waktu bagi mereka untuk mengenal Tuhan.

2. Natal bukan sekadar perayaan, melainkan momen ketika kita berbagi
 kasih dengan orang lain. Berdoalah agar setiap orang Kristen
 dapat menunjukkan kasih yang nyata kepada Tuhan melalui sesama
 kita.

3. Doakan juga agar kita dapat mewujudnyatakan kasih itu tidak hanya
 pada saat Natal, tetapi juga setiap saat.

"Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong
dalam kasih dan dalam pekerjaan baik." (Ibrani 10:24)

< http://alkitab.mobi/tb/Ibr/10/24/ >
< http://alkitab.sabda.org/?Ibr+10:24 >


STOP PRESS: PUBLIKASI BERITA YLSA

Ingin mendapatkan informasi terbaru seputar pelayanan YLSA?  Publikasi
Berita YLSA adalah jawabannya!  Publikasi ini menyajikan informasi
-informasi terbaru dan aktual seputar perkembangan pelayanan YLSA,
yang diterbitkan secara khusus untuk menjangkau pribadi/yayasan yang
telah mendukung dan menjadi sahabat YLSA. Dapatkan publikasi Berita
YLSA setiap bulannya di mailbox Anda. GRATIS! Cara berlangganan dengan
mengirimkan     email kosong     ke    <     subscribe-i-kan-berita
-ylsa(at)hub.xc.org >. Jangan tunda lagi, kirim email sekarang juga
dan perluas wawasan Anda dengan berkunjung ke situs YLSA   <
http://ylsa.org >.


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Amidya, Bayu, dan Elly
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org